Bonita (39)

56.8K 3.3K 388
                                    

Jangan lupa vote, juga komen ^^

***


Terdengar suara roda kecil bergesekan dengan lantai marmer.

Juan Pedro Silas membasuh mukanya dengan air keran dan menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya yang basah. Dia tak seharusnya melukai Manuela dengan ucapannya. Gadis itu pantas kesal setelah dilecehkan oleh sekelompok pria, sementara satu-satunya lelaki yang seharusnya melindungi tak berbuat banyak untuk menyelamatkan harga dirinya. Dalam hati ia mengakui bahwa kemarahannya diakibatkan oleh perasaan cemburu. Wajahnya memerah berang saat menerima laporan bahwa agen DEA itu—Boyd-Matthew Williams—mendatangi Manuela dengan gagah berani seperti ksatria yang akan merebut sang putri dari monster jahat.

Dia bukan monster jahat, sang Don meyakinkan dirinya sendiri, ia hanya membunuh orang-orang yang mencuri darinya dan Salazar. Ia menghabisi para pengkhianat, dan orang-orang yang berusaha menghalangi jalannya dalam berbisnis. Mereka tak bisa dipercaya, apa yang mereka curi adalah hak orang-orang yang bekerja dengan jujur. Hanya polisi, dan musuh-musuhnya lah yang menganggapnya monster jahat. Sebenarnya dia hanya seorang adik yang patuh, paman yang perhatian, kawan yang menyenangkan, dan kekasih yang baik hati.

Di dunia sekarang ini, baik dan jahat adalah hal yang relatif.

Sang Don mencampakkan handuk yang baru saja dipakainya untuk mengeringkan wajah. Dengan malas, dia keluar dari kamar mandi. Hari-harinya akan sepi setelah ini, mungkin dia tak akan bisa tersenyum lagi selama di Miami. Dia bukan pria yang dengan mudah mengganti kesayangannya dengan seseorang yang lain. Meskipun hanya sebagai teman tidur, sang Don sangat pemilih jika ia akan mengulang permainan cinta dengan orang yang sama. Sekali saja sudah cukup jika seorang gadis tak memberi kesan di hatinya.

Manuela memberikan kesan teramat dalam, ia mengingatkan sang Don pada masa-masa mudanya dulu, di mana gadis-gadis begitu mudah memikatnya dengan cinta. Kekasihnya dulu bernama Paula, dia juga mungil seperti Manuela. Namun, ia memilih membalas cinta seseorang yang jauh lebih berpengaruh di Kolombia, dan mencampakkan lamaran tulusnya. Cinta kedua dan ketiganya tak jauh berbeda, gadis-gadis itu terus mengecewakannya, sedangkan satu-satuya gadis yang hampir mampu menyeretnya ke altar pernikahan justru terbunuh dalam sebuah kecelakaan. Itu sudah lama sekali, desah sang Don, dan ia sudah hampir melupakan semuanya sampai Manuela mengetuk kembali hatinya.

Don Pedro sedang akan menelepon Carlos untuk mengajaknya keluar bersenang-senang dan melupakan segala duka lara saat menyadari uang yang dijatuhkannya tadi masih berserak di lantai.

Ia tertegun.

Manuela tak memungut serpihan harga diri yang dibuang oleh sang Don dengan sangat keji. Seketika, pria itu sangat menyesal.

"A la Mierda, sialan!" makinya kepada diri sendiri.

Tanpa mengenakan alas kaki dan dengan busana yang tak lagi rapi, sang Don berlari keluar kamar mengira Manuela pasti sudah jauh. Ia kembali tertegun saat mendapati gadis itu masih berada di ambang pintu lift, berbicara dengan wajah berlinang air mata kepada Carlos. Sang Don mendekat, Carlos menyingkir, menghilang di balik salah satu pintu.

"Lobi," kata Manuela kepada seorang operator lift berseragam.

Tak yakin dengan perintah Manuela, sebab dia sudah melayani keduanya sejak pertama sang Don menginap di sana, pemuda itu meminta persetujuan dari Don Pedro. Sang Don menggunakan isyarat mata supaya operator itu lebih mematuhinya.

"Aku mau ke lobi," desak Manuela.

"Maaf, Senorita, tapi—"

"Oh, ya Tuhan!" seru Manuela kesal. "Kau juga bisa dibeli olehnya? Menyingkir kau dari situ!"

Desired by The DonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang