"Dia memintaku menyampaikan permintaan maafnya karena semalam tak pulang, ada hal mendesak yang tak bisa ia tinggalkan. Malam ini juga sepertinya dia tak akan pulang."
Menuela menyahut mantel tidur satin yang diletakkannya di punggung kursi paling dekat dengan tempat tidur dan segera mengenakannya. Ia sangat terkejut mengetahui Carlos lah yang mengendap masuk kamar tidur saat ia masih terlelap. Pria itu meminta maaf dan mengatakan bahwa sejak tadi ia melihat ke arah lain. Ia tidak pulang bersama sang Don. Manuela mengawasi kesibukan Carlos di depan lemari pakaian tuannya.
"Bukankah besok acara Santiago yang harus kami hadiri berdua?" tanya Manuela, mencoba tenang. "Apa dia masih marah padaku?"
"Aku—"
Manuela memenggalnya, "Aku tahu kau kesal kutanyai terus-terusan, tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan kalau besok sang Don tidak hadir ke acara itu."
Carlos berbalik. "Kalau el patron tidak hadir, untuk apa kau hadir?"tanyanya.
Manuela merasa bodoh. "Oh ... ya, kau benar. Dan kau"—menunjuk suit bag berlogo perusahaan mode Diego Herera yang dijinjing Carlos—"akan membawa pakaiannya ke sana, jadi dia akan mandi ditempat lain?"
"Si," angguk Carlos, sedikit tersenyum melihat keluguan Menuela.
Lalu, tiba-tiba laki-laki itu seperti disambar petir. "O Dios Mio!" serunys. "Dengar, yang penting, besok kau berdandan, dan siap satu atau dua jam sebelum acara dimulai. Entah kau akan bertemu patron di sana, atau dia akan menjemputmu ke sini, belum pasti. Sementara itu ... cobalah tidak memikirkan di mana dia mandi. Oke?"
Tentu saja, Manuela tidak puas sebelum ia mendapat keterangan sebanyak mungkin, "Jadi dia tidak pulang bukan karena masih marah padaku?"
"Kau bukan istrinya, Senorita, kalau dia marah padamu ... kau yang akan diusirnya."
"Lalu—"
"Berapa kali aku harus bilang ... dia ada urusan, dan sebaiknya—"
"Aku tutup mulut," sambung gadis itu.
"Aku tidak bermaksud berkata sekasar itu, tapi memang ... kau sebaiknya tak perlu ikut campur. Urusan-urusan kami sebaiknya tak kauketahui, supaya hidupmu lebih nyaman, dan terhindar dari masalah. Suatu hari jika terjadi sesuatu dan kau ditanyai, kau tak perlu menyembunyikan apapun karena kau memang tak tahu menahu. Mengerti?"
Manuela mengerti, tapi ia enggan mengangguk. Dagunya tetap terangkat, menatap Carlos yang bicara kepadanya seperti kepada gadis tolol. Tatapan tajam Manuela setidaknya menghenyakkan Carlos hingga pria itu mendengkus. "Nak, kuberitahu, rasa ingin tahu itu bisa sangat berbahaya."
"Apa dia yang membunuh orang-orang di berita itu, Carlos?" tanya Manuela berani.
"Baiklah cukup. Rupanya kecil-kecil kau susah diberitahu. Aku akan bilang pada Don Pedro bahwa kau bertanya macam-macam," Carlos mengancam meski masih sangat terkejut mendengar Manuela menembak langsung ke pokok permasalahan.
"Itu urusan yang dilakukannya di Miami, kan? Kenapa dia membunuhi orang-orang itu, Carlos? Kudengar bahkan ada korban yang masih anak-anak—"
"Hey!" hardik Carlos sungguh-sungguh. "Sepatah kata lagi, aku akan mengatakan pada Don Pedro apa yang barusan kautuduhkan. Entah kau paham atau tidak, aku sudah cukup banyak melindungimu dari tajamnya mulutmu sendiri, Manuela. Dia baik padamu karena dia sedang suka tidur denganmu, bukan berarti kau bisa melampaui batas lebih dari itu. Uruslah masalahmu sendiri. Dalam dunia kami ... perempuan menunggu di dalam kamar, diam, dan tidak banyak bicara. Mereka hanya keluar untuk membelanjakan uang suami, tanpa tahu dari mana datangnya uang yang kalian belanjakan. Don Pedro masih salah satu dari kami, dia tak jauh berbeda. Cobalah kau ikut campur seperti itu di depannya, jangan sampai aku mengembalikanmu kepada adikmu yang malang dalam keadaan tidak utuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desired by The Don
RomanceWarning: adult and explicit sensual content. Juan Pedro Silas datang dari Kolombia atas utusan Salazar Silas untuk mengurus bisnis gelapnya dengan seorang mitra di New York dan Miami. Pada jamuan makan malam, tuan rumah memberinya hadiah manis yang...