"Aku baru berumur sembilan tahun—"
"Sembilan tahun?" seru Manuela mengulang sepenggal kalimat pembuka sang Don.
"Sembilan tahun," ulang sang Don lembut meski sambil meringis gara-gara Manuela tak sengaja menjambak rambutnya terlalu kuat.
"Maaf," cengir gadis itu, kemudian kembali memijat rambut basah sang Don yang berbusa.
Pria itu merelakskan lagi otot-ototnya. Manuela duduk di tepi jacuzzi dengan kedua paha terbuka lebar supaya sang Don bisa bersantai dengan kepala dipijat-pijat tepat di bawahnya. Don Pedro menimang segelas anggur, sambil sesekali mengecupi bagian dalam paha Manuela yang mulus, ramping, tanpa cela.
Seperti janjinya, sang Don membuka dirinya usai bercinta.
"Kakakku waktu itu tujuh belas tahun—"
"Di mana orang tuamu?"
"Astaga!" seru sang Don sambil menyipakkan air ke atas kepalanya dan membuat Manuela menjerit geli. "Biar kuselesaikan dulu kalimatku, kau benar-benar nakal!"
"Maafkan aku, Senor. Aku hanya tak sabar."
"Tak sabar akan membunuhmu, Mi amor, percayalah kepadaku. Dengarlah saat kau harus mendengar, dan tutup mulutlah. Bicara hanya kalau sudah waktunya. Mengerti?"
"Si, si," ucap Manuela malu, diam-diam cemberut sambil menambahkan cream pemijat kulit kepala.
"Saat kami lebih muda lagi, ayah dan ibuku berpisah. Ibuku tinggal di desa, di dekat sebuah peternakan, sedangkah ayahku bekerja di kota. Seperti kebanyakan orang desa tanpa pendidikan yang merantau di kota, dia melakukan banyak pekerjaan berbahaya untuk upah tak seberapa. Matinya pun sia-sia. Singkatnya, ibuku meninggal karena terlalu lapar dan lelah bekerja, sedangkan ayahku meninggal tanpa mendapat penguburan yang layak karena kami terlalu miskin. Kami dibawa ke sebuah panti asuhan yang dibangun oleh orang kaya setempat."
"Apa aku sudah boleh bertanya sekarang?"
"Si, Mi amor."
"Apa dia... kakakmu yang sekarang sering meneleponmu dari Kolombia?"
"Si, Bonita, exacto, tepat." Sang Don mengulurkan tangannya ke udara, berusaha meraih kepala Manuela. Gadis itu menunduk untuk mengecup bibir sang Don yang mendongak ke atas untuk disambutnya.
"Aku berutang nyawa kepada kakakku, selamanya," gumam Don Pedro, matanya menatap ke depan, namun jiwanya menerawang ke masa lalu. "Kau tidak tahu betapa mengerikannya tinggal di panti. Tidak semua orang berjubah dan selalu tersenyum itu baik, mereka hanya tersenyum kepada orang dewasa yang datang membawa makanan, atau minuman untuk persediaan, tapi selalu kejam terhadap kami. Tak jarang, kami diperlakukan tak senonoh. Kakakku dikeluarkan setelah membela dirinya, dan dia membawaku serta...."
"Kau mau pundaknya dipijat juga?" bisik Manuela saat lamunan sang Don terlalu khusyuk.
Sang Don mengangguk untuk tawaran manis itu.
Sementara Manuela memijat tengkuk dan pundaknya, laki-laki itu kembali menyambung, "Kakakku sudah cukup dewasa untuk bergabung dengan mafia, penyelundup, penjual ganja, atau mengambil pekerjaan-pekerjaan mengantar kecil yang sesungguhnya sangat berbahaya. Aku diam di tempat-tempat terakhir ia meninggalkanku; di rumah bibi, kawan, di tepi sungai, di dekat hutan, atau di mana saja. Tugasku hanya menantinya, dan selama itu aku dilarang bertingkah, membuat gaduh, atau terlalu lapar. Masalahnya aku baru berumur sembilan tahun, aku selalu lapar."
Manuela mengulum senyum manisnya.
"Aku mencuri di sebuah vila besar yang kutahu milik orang kaya. Aku sudah lupa bagaimana kakakku meninggalkanku di dalam rumah itu, kemungkinan dia menitipkanku kepada pengurus rumah tangga vila yang kebetulan kenal dengannya, pokoknya aku kelaparan dan akhirnya mencuri roti. Bodohnya, aku tidak memakannya di situ, melainkan membawanya lari. Aku tahu itu bukan hal gawat, tapi saat itu aku takut bukan main. Mereka menyeretku keluar dari dapur, kupikir aku akan mati, meskipun sebenarnya mereka hanya mengomeliku dan menyuruhku bergabung dengan tikus kalau mau mencuri. Saat sedang dihukum dan dijadikan bulan-bulanan ke sana kemari, sebuah mobil mewah masuk ke pekarangan vila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desired by The Don
RomanceWarning: adult and explicit sensual content. Juan Pedro Silas datang dari Kolombia atas utusan Salazar Silas untuk mengurus bisnis gelapnya dengan seorang mitra di New York dan Miami. Pada jamuan makan malam, tuan rumah memberinya hadiah manis yang...