Terkadang seseorang bisa terlihat baik di depan, namun buruk di belakang. Begitupun sebaliknya. Jadi jangan menilai orang hanya dari luarnya saja. Hidup itu penuh dengan ketidakpastian.
*****
Begitu bel istirahat berbunyi, Dira langsung melesat menuju kelas X-5. Dan disinilah dia berada, di samping pintu kelas X-5. Dira sama sekali tak memiliki kenalan di kelas itu, jadi ia bingung bagaimana mau mengembalikan buku milik seseorang yang di tabraknya kemarin. Tepat saat ia sedang berfikir, seorang gadis dengan rambut sebahunya muncul di ambang pintu. Kesan pertama saat melihat gadis itu adalah dia cantik, dan sepertinya ia memiliki sifat anggun, terlihat dari penampilan dan caranya berjalan. Gadis itu menatapnya dengan tatapan bingung. Tapi sedetik kemudian sebuah senyum tersungging di bibirnya.
"Hai!" sapanya ceria. "Mau cari siapa?"
"Eh hai, Kananda-nya ada di dalem nggak?"
"Kananda?"alis gadis itu bertaut bingung.
"Iya Kananda, Kananda Erlan Niaraja, disini kan kelasnya?" jelas Dira sambil membaca nama lengkap lelaki itu pada sampul buku di tangannya.
"Ooh Raja, ada di dalem. Gue panggilin dulu ya." Dira hanya mengangguk.
"Kakanda Erlan Niaraja, ada yang nyariin nih!"
Dira sedikit terkejut mendengar teriakan gadis itu. Ia kira gadis itu akan melenggang pergi memasuki kelas untuk memanggil lelaki itu. Tapi nyatanya gadis itu hanya berbalik badan dan berteriak. Kesan anggun yang ditampilkannya saat pertama kali tadi sudah hilang entah kemana. Dan sepertinya gadis itu sengaja mengganti panggilan 'Kananda' menjadi 'Kakanda'. Dira tersenyum geli dibuatnya.
Tak ada respon dari dalam kelas. Beberapa detik kemudian gadis itu kembali berteriak. "Kakanda, Adinda panggilin kok nggak nyaut-nyaut sih. Ini loh ada yang nyariin, apa perlu Adinda samperin Kakanda kesitu?"
Dira semakin menyunggingkan senyum gelinya saat mendengar teriakan kedua dari gadis itu. Apalagi melihat wajahnya yang di buat sok kesal.
Gelak tawa terdengar dari dalam kelas. Sepertinya kelas ini cukup asik. Ah Dira ingin sekali memiliki teman sekelas seperi mereka.
"Kakanda gimana sih, udah di panggilin sama permaisurinya tuh, samperin gih." celetukan yang berasal dari dalam kelas itu membuat gelak tawa semakin terdengar keras. Senyum geli yang terpantri di bibir Dira sudah di gantikan dengan kekehan kecil.
"Sialan lo!" umpat seseorang dari dalam kelas. Dira yakin bahwa orang yang baru saja mengumpat itu adalah lelaki yang di tabraknya kemarin. Keyakinannya di dasari karena hanya lelaki itu yang menjadi korban bully sekarang.
"Sen, lain kali jangan sampe lepas. Liat tuh malah bikin malu gue."
"Sorry Ja, peliharaan gue emang suka gitu. Tadi talinya sama dia di gigit-gigit makanya bisa lepas."
Suara-suara itu masih saling bersahut-sahutan di dalam kelas dan masih dipadukan dengan gelak tawa.
Dira melirik kearah gadis itu. Gadis itu menatap kesal kearah seseorang di dalam kelas. Tapi kemudian wajah kesalnya berganti dengan senyum lebar saat seorang laki-laki menghampiri mereka berdua. Tatapan lelaki itu lurus menatap Dira.
"Eh lo cewek yang kemaren marah-marah sama gue padahal lo yang nabrak gue kan?"
Dira mendegus kesal untuk menutupi debaran jantungnya yang berpacu cepat. Rindu. Itu yang di rasakannya sekarang. Apakah benar lelaki yang di depannya ini adalah Ken? Jika memang benar, ia ingin sekali memeluknya untuk menyalurkan kerinduannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Teen FictionHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...