Banyak hal yang tak bisa terungkap secara terburu-buru, namun suatu hari nanti waktu yang akan menjawab, pada waktu yang tepat.
*****
"Statusnya udah beda ya, makanya kemana-mana bareng."
Dira memutar bola matanya malas mendengar sindiran Riki saat ia dan Arga memasuki ruang band secara bersamaan. Gadis itu tak memperdulikan sindiran itu, ia mengikuti Arga yang berjalan menuju sofa dipojok ruangan. Setelah duduk disamping Arga, Dira mengedarkan pandangannya dan tak menemukan Vania disana. Ia lalu menatap kearah Riki dan Reno yang sibuk dengan ponsel masing-masing.
"Vania mana?"
"Lagi rapat Osis sebentar." jawab Reno tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
Dira hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O. Ia lalu mengambil ponselnya di saku baju dan melanjutkan chatingannya dengan Raja. Sejak tadi Dira memang bertukar chat dengan pemuda itu.
Fokusnya teralihkan saat mendengar petikan gitar, ia menoleh dan mendapati Arga yang tengah sibuk dengan gitarnya. Entah kapan pemuda itu mengambil gitar yang tadi ada di sebelah Reno. Mungkin karena Dira terlalu asik bertukar chat dengan Raja makanya ia tak menyadarinya.
Melodi indah mulai mengalun dari petikan gitar yang dimainkan Arga, dan suara merdu pemuda itu mulai terdengar memenuhi seisi ruangan. Dira dibuat tertegun saat mendengar lagu yang dinyanyikan Arga.
"Adakah ku singgah di hatimu, mungkinkah kau rindukan adaku, adakah ku sedikit di hatimu?.....Bilakah ku mengganggu harimu
mungkinkah tak inginkan adaku, akankah ku sedikit di hatimu?.....Bila memang ku yang harus mengerti
mengapa cintamu tak dapat ku miliki, salahkah ku bila
kaulah yang ada di hatiku....."Arga menghentikan permainan gitarnya. Ia menatap kearah Dira yang kini tengah menatap kosong kearahnya. "Ngapain bengong?"
Gadis itu terkesiap. Ia mengangguk tengkuknya yang tidak gatal. "Nggak papa." jawabnya canggung.
Entah mengapa Dira merasa Arga menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan seperti memang pemuda itu ingin menyampaikan isi hatinya. Dan entah mengapa Dira merasa lagu itu di tujukan padanya. Mungkinkah?
"Kok lo nyanyinya langsung dari tengah-tengah lirik, kenapa nggak dari awal?"
"Pengen aja." jawab Arga cuek.
"Ulang dong, dari awal sampe selesai."
"Males. Mainin aja sendiri."
"Kalo gue bisa maen gitar, gue nggak akan nyuruh lo, Ar." jawab Dira ketus. Gadis itu melipat tangannya di depan dada sambil menatap kesal kearah Arga.
"Mau gue ajarin?"
"Eh?"
"Gue ajarin."
Arga lalu menarik tangan Dira dan meletakkan gitar itu di pangkuan gadis itu. Tangannya menuntun tangan Dira untuk mulai menciptakan melodi-melodi indah. Awalnya terasa kaku, namun lama-lama ia merasa nyaman dan senang. Gadis itu tak berhenti tersenyum dan bersorak senang saat ia bisa menguasai satu-persatu kunci gitar.
"Salah, tangan lo harusnya disini." Arga kembali menuntun tangan Dira untuk berpindah pada posisi yang benar. Pemuda itu lalu mengangkat kepalanya dan pandangannya langsung berserubuk dengan Dira. Beberapa detik berlalu, mereka masih bertahan pada posisinya dengan detak jantung yang sama-sama menggila. Sampai kemudian, deheman seseorang menyadarkan mereka.
"Maaf-maaf nih, bukannya mau ganggu. Ini Vanianya udah ada, ayok cepet latihan. Pacarannya di tunda dulu. Harap menghargai perasaan para jomblo." ucap Reno dengan nada yang dibuat-buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Teen FictionHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...