Yang awalnya acuh, akan menjadi peduli jika terbiasa bersama.
Memang ya, hanya kata 'terbiasalah' yang mampu mengubah segalanya, termasuk perasaan seseorang.*****
Dira kembali membuka mata. Sudah hampir dua jam ia berusaha memejamkan matanya, namun tak juga terlelap. Diliriknya jam yang tergantung di dinding kamar, sudah pukul sebelas malam. Gadis itu mendudukkan tubuhnya, lalu mengacak-acak rambutnya. Ada perasaan resah yang menggelayuti hatinya. Ia penasaran dengan kondisi Arga saat ini.
Dira menoleh kesamping, Rara dan Dinda sudah terlelap sejak tadi. Ia kemudian mengambil ponselnya yang ada di nakas. Dicarinya kontak Arga, namun baru saja jempolnya sudah ingin memencet icon panggilan, gadis itu mengurungkan niatnya. Ini sudah malam, Arga pasti sudah tidur.
Akhirnya, untuk menunggu rasa kantuk datang, Dira mulai berselancar di dunia maya. Gadis itu membuka aplikasi instagram. Jarinya berhenti bergerak saat melihat instastory Amanda. Gadis itu mengunggah vidio singkatnya saat sedang berada dirumah sakit. Ada Arga dan Jeri yang tertangkap kamera. Dira menggerutu kesal saat melihat postingan itu baru diunggahnya sekitar dua puluh lima menit yang lalu. Kemungkinan besar Amanda ikut bermalam dirumah sakit. Karena tidak mungkin jika gadis itu pulang larut malam.
"Tadi aja gue suruh pulang, giliran Amanda malah dibolehin nginep." gerutu Dira.
Pada postingan itu, Amanda juga menandai akun instagram milik Arga dan Jeri. Dengan iseng, jari Dira bergerak menyentuh nama Arga yang tertera di postingan itu. Hanya ada beberapa foto yang di posting pemuda itu, namun followersnya sangat banyak. Dira tersenyum kecil saat melihat foto Arga yang diambil secara candid, dengan pose Arga sedang fokus pada gitarnya. Dibawah postingan itu, terdapat caption 'be your self.'
Jempol Dira tak sengaja menekan icon love dibawah postingan Arga. Gadis itu panik, ia menggigiti bibir bawahnya sendiri sambil memaki pelan kecerobohannya. Baru saja ia akan meng-unlove postingan itu, nama Arga muncul di layar ponselnya sebagai penelfon. Dira semakin menggigiti bibir bawahnya, gadis itu menunggu sampai Arga mengakhiri panggilan itu.
Dira menghela nafas lega saat nama Arga tak lagi muncul dilayar ponselnya, namun baru beberapa detik, Arga kembali menelfonnnya. Dira langsung bangkit dan berjalan menuju balkon kamarnya, tak mau mengganggu Rara dan Dinda yang sudah terlelap.
Dengan jantung yang berdetak kencang serta rasa gugup yang menggelayuti, perlahan Dira mulai mengangkat panggilan itu. Ditempelkannya ponsel miliknya dengan hati-hati didepan daun telinganya.
"Hallo, lo ngapain sih nelpon malem-malem gini, ganggu orang tidur aja." Dira berujar dengan suara yang dibuat-buat seperti orang yang baru bangun tidur.
Dari sebrang telfon, terdengar kekehan pelan Arga. Dira kembali menggigiti bibir bawahnya resah menunggu jawaban pemuda itu.
"Lo kalo bohong kurang kreatif, Ra. Belom tidur kan? Makanya bisa stalking instagram gue?"
Dira mendengus kesal. Otaknya bekerja cepat mencari alasan agar pemuda itu tidak kegeeran. "Maksud gue ganggu Rara sama Dinda yang lagi tidur."
"Masa?"
"Iya."
"Trus ngapain stalking instagram gue? Lo kan nggak follow gue, jadi nggak mungkin kan kalo postingan gue masuk ke beranda lo?"
"Ya karena....." Dira mengacak-acak rambutnya, otaknya buntu untuk memikirkan alasan terlogis yang akan ia berikan pada pemuda itu.
"Karena?" tanya Arga tak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Fiksi RemajaHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...