"Aku bukanlah matahari yang akan tetap bersinar meskipun kehadirannya tak dianggap."
*****
Senyuman tak pernah lepas dari bibir Dira. Gadis itu menatap gantungan kunci berbentuk Dora yang menggantung di resleting tasnya yang kini ia letakkan diatas meja. Gantungan kunci itu adalah pemberian Raja sore kemarin. Dan hal itu semakin membuat Dira yakin bahwa Raja adalah Ken. Karena tak mungkin tiba-tiba Raja memberikan sebuah benda yang berbentuk kartun kesukaannya itu. Amanda yang notabene-nya teman sebangkunya, sampai bergidik ngeri melihat kelakuan Dira yang tersenyum sendiri layaknya orang gila itu."Lo sehat, Ra?" tanya Amanda tak tahan melihat kelakuan gadis itu.
Dira menoleh kearah Amanda, ia mengangguk bingung. Untuk apa juga temannya itu menanyakan hal seperti itu.
"Kenapa nanya gitu, Nda?" tanya Serra yang tadi mendengar pertanyaan Amanda.
"Habisnya dari tadi dia senyum-senyum sendiri ngeliatin tuh gantungan kunci, merinding gue."
Serra menjulurkan kepalanya untuk melihat gantungan kunci yang dimaksud Amanda. Gadis itu mengulum bibirnya sambil menatap Dira. "Dari siapa? Arga ya?"
Dira gelagapan mendengar pertanyaan Serra. Tak mungkin kan ia menjawab bahwa gantungan kunci itu dari Raja. Bisa dikira selingkuh ia.
"Ya iyalah, gimana sih. Arga kan pacar dia, jelas dia senyum-senyum liat itu." sahut Luna.
"ARGA!" teriak Serra nyaring. Semua pasang mata yang ada dikelas langsung menatapnya, termasuk Arga. Pemuda itu hanya menaikkan alisnya untuk merespon panggilan Serra.
"Dira dari tadi senyum-senyum nih liat gantungan kunci yang lo kasih." goda Serra yang mendapat sorakan dari teman-teman sekelasnya.
Dira membelalakkan matanya mendengar godaan Serra. Gadis itu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Mati dia. Dira tak berani melihat reaksi Arga. Tapi bisa ia tebak, pemuda itu pasti kaget. Pasalnya memang bukan ia yang memberikan gantungan kunci itu.
"Suruh sini aja." ucap Arga yang kembali mendapat sorakan menggoda dari teman-temannya.
Gadis itu menengok kearah Arga saat mendengar ucapan pemuda itu, dan pandangannya langsung beradu dengan manik mata Arga. Arga menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Mereka saling memandang dalam diam. Sampai kemudian celetukan Adel membuyarkan semuanya.
"Udah sana mojok berdua di kursi belakang."
Dira mendengus kesal saat mendengar celetukan Adel. Ia kembali menghadap kedepan tak mempedulikan godaan teman-temannya.
Saat mereka tengah sibuk dengan urusannya masing-masing, tiba-tiba pintu kelas yang awalnya tertutup, terbuka lebar. Semua orang yang ada dikelas berlarian menuju bangkunya masing-masing. Namun saat Dio menampakkan diri dari balik pintu sambil menyengir lebar, semua orang yang ada di ruangan menyorakinya. Mereka kira yang membuka pintu adalah guru. Bahkan Arsen sampai maju dan menendang tulang kering Dio saking kesalnya.
Setelah mengaduh kesakitan yang sama sekali tak digubris teman-temannya, Dio berjalan menghampiri Dira.
"Ra, lo dapet masalah apa?"
Dira mengerutkan dahinya bingung saat mendengar pertanyaan Dio.
"Tadi gue liat bokap lo masuk ruang kepala sekolah, lo dapet masalah apa sampe orang tua lo dipanggil?"
Dio yang notabene-nya teman sekelas Dira sejak SMP yang pernah berkunjung kerumahnya dan bertemu sang ayah, tentu mengenalinya.
Teman-teman Dira yang lain mulai menyimak pembicaraan Dira dan Dio, termasuk seseorang di bangku belakang yang pura-pura cuek namun memasang telinganya baik-baik. Siapa lagi kalau bukan Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Teen FictionHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...