Tawamu menjadi sebuah candu,
Ketika rasa ini nyata adanya.
Hadirmu selalu di tunggu,
Ketika hati ini mulai jatuh.
Dan hanya kamu,
Yang kini mulai memenuhi pikiranku.*****
"Ra, lo kenapa sih jadi pendiem gini?" tanya Amanda di sela-sela kegiatannya membereskan peralatan tulisnya karena bel pulang sudah berbunyi. Bukan hanya Amanda yang penasaran, melainkan Luna dan Serra juga. Pasalnya sejak tadi Dira lebih banyak diam. Gadis yang biasanya berisik itu, hari ini hanya mengeluarkan sepatah dua patah kata jika memang perlu.
Dira menahan bibirnya untuk tidak tersenyum. Ia lalu mendekatkan wajahnya untuk berbisik, "gue lagi tuker peran sama Arga."
Semua langsung melengos jengah, tak tahu lagi bagaimana jalan pikiran dua sejoli itu.
"Pantes daritadi gue liat si Arga murah senyum. Mana cewek-cewek kelas sebelah sengaja bolak-balik di depan kelas kita lagi, nggak cemburu lo?" celetuk Serra.
Dira mencebikkan bibirnya, membuat mereka bertiga terkekeh geli. Sudah dipastikan Dira cemburu. Gadis mana yang rela pacarnya di jadikan tontonan gadis-gadis lain? Meskipun mereka hanya pura-pura pacaran, tetap saja Dira tidak rela.
"Terserah lo deh ya, yang penting nanti malem jangan lupa dateng." sahut Luna sambil menyampirkan ranselnya di kedua bahu.
"Lo dateng sama siapa nanti?" tanya Serra pada Amanda. Kalau Dira tak perlu ditanya, gadis itu sudah jelas akan mengajak Arga.
"Gue sama Jeri nanti, lo?"
Serra mengerucutkan bibirnya, gadis itu menjawab kesal, "sama kakak gue, dia kan temen SMA-nya kakaknya Luna."
Mereka tertawa melihat ekspresi Serra. Dira yang paling keras tertawa. Gadis itu melupakan challange-nya dengan Arga.
"Kok gue nggak ditanya sih?" Dira bertanya dengan raut yang dibuat kesal. Padahal aslinya ia tengah menahan tawa.
"Yee, lo mah nggak usah ditanya, udah pasti ngajak Arga kan?" seru Luna gemas yang di jawab kekehan pelan oleh Dira.
"Bawa kado nggak, Lun?" tanya Serra dengan tampang polos.
"Bawa aja, tapi buat gue kadonya." Luna tertawa diakhir kalimatnya, membuat mereka memutar bola matanya malas.
"Nggak usah lah, kayak apaan aja. Lagian ini cuma tunangan, bukan nikah." imbuh Luna setelah tawanya mereda.
Mereka hanya mengangguk, kemudian ketiganya pergi meninggalkan Dira saat Arga datang menghampiri.
Arga dan Dira berjalan bersisihan menuruni tangga. Tak ada obrolan diantara mereka. Sejauh ini belum ada yang melakukan kesalahan, ini menurut Dira. Dira hanya berucap sekedarnya, selayaknya Arga biasanya. Begitu pula dengan Arga yang hari ini banyak omong. Padahal Arga tahu, Dira yang tertawa keras seperti tadi, sudah melanggar peraturan. Namun pemuda itu masih diam.
Gadis itu memberenggut kesal saat menyadari beberapa orang tengah memperhatikan mereka sambil berbisik-bisik. Gadis itu makin sensi saat ada yang terang-terangan menyapa Arga di depannya. Apakah mereka tak tahu bahwa saat ini Arga berstatus sebagai pacarnya? Sungguh menyebalkan.
Saat melewati lapangan basket, mereka berhenti sebentar karena ada salah seorang anak basket yang menghampiri Arga. Mereka mengobrol, dan lagi-lagi Dira diabaikan. Anak basket itu mengajak Arga latihan, karena dua minggu lagi ada pertandingan basket antar sekolah.
Arga menoleh kearah Dira meminta persetujuan. Dengan malas akhirnya Dira mengangguk. Arga tersenyum sambil mengacak rambutnya dengan lembut. Pemuda itu menyuruh Dira menunggunya di bawah pohon rindang yang ada di dekat lapangan basket, sedangkan dirinya sendiri pergi untuk berganti baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Fiksi RemajaHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...