Rasa yang hadir begitu dalam, sulit membedakan ini ilusi atau nyata. Kau datang membawa ketenangan, mengusir gundah yang selama ini membelenggu.
*****
"Dira? Lo kok disini?"
Kedua bola mata Dira membulat karena saking kagetnya mendengar penuturan Arga, ia tanpa sadar menyahut dan keluar dari persembunyiannya. gadis itu menampilkan raut memelas kearah Bagas.
"Yah, kak. Ketauan."
Bagas malah terpingkal, merasa geli melihat raut terkejut Arga dan memelas Dira.
Rasanya gadis itu ingin menangis. Persembunyiannya ketahuan karena kebodohannya. Malu, kesal, marah, bercampur jadi satu. Tapi juga penasaran. Ia penasaran mengapa Arga ingin mengajaknya menjalin hubungan sedangkan pemuda itu tengah menyandang status sebagai pacar Dinda.
Perasaannya tengah gundah. Senang karena Arga ingin menjadikannya pacar sungguhan, sekaligus bersalah karena itu bisa menyakiti perasaan Dinda. Dira ingin sekali menjadi pacar Arga, namun tak mau di cap sebagai perebut pacar saudara sendiri.
Gadis itu mencebikkan bibirnya. Menghentak-hentakkan kaki mendekati kedua pemuda yang menampilkan ekspresi berbeda. Yang satunya tengah tertawa lebar, sedang yang lain masih menampilkan raut terkejut sekaligus tidak percaya.
Dira berdiri di samping Bagas. Enggan menatap Arga. Gadis itu mendesis kesal mendengar tawa menyebalkan pemuda itu. Tangannya bergerak mencubit kecil lengan Bagas, membuat sang empunya lengan menghentikan tawanya lalu mengaduh kesakitan sembari mengelus bekas cubitan Dira yang terasa luar biasa panas. Gadis itu mendaratkan cubitan penuh dendam. Melampiaskan kemarahannya pada Arga dengan menyakiti Bagas karena merasa jengkel mendengar ia tertawa seperti mengejek dirinya.
Arga masih menatap Dira. Gadis yang dicarinya kemana-mana itu justru ada disini, ditempat yang justru tak di duganya. Perasaannya tak karuan. Dira tak mau memandangnya, hanya sekilas tadi, mungkin tidak sengaja. Melihat bagaimana sembab menggelayut di kedua matanya, membuat Arga merasa bersalah. Tapi ia tidak tahu kesalahannya, ditambah kalimat Dira yang mengatakan ia tengah menjalin hubungan dengan Dinda, Arga tak mengerti.
"Anterin aku pulang." pinta Dira tak terbantahkan.
Bukannya menuruti permintaan Dira, Bagas malah menggeser tubuhnya mendekati Arga kemudian menarik tangan gadis itu. Dira tak siap, tubuhnya jatuh terduduk di sebelah pemuda itu. Kini Bagas duduk diantara Dira dan Arga.
"Apa yang mau kamu tanyain?"
"Tanya apa?" gadis mengerutkan dahinya tak mengerti.
Bagas menghela nafas, ia harus menjadi penengah untuk masalah kedua sejoli ini. "Tanyain semua pertanyaan tentang Arga. Mumpung orangnya ada disini, cepet tanyain biar nanti malem bisa tidur nyenyak nggak kayak malem-malem sebelumnya, biar nggak penasaran lagi."
Dira mendelik. Bagas membongkar kebiasaannya yang sering tak bisa tidur karena memikirkan pemuda itu. Entah darimana Bagas tahu, Gadis itu tak pernah bercerita. Atau mungkin pemuda itu hanya asal bicara, Dira tak tahu. Tapi yang pasti semua itu tetap memalukan.
Tangannya bergerak untuk membali mendaratkan cubitan, namun kali ini Bagas lebih tangkas. Ia dengan gesit menangkap tangan mungil gadis itu dan mengurungnya dalam genggaman.
Pemuda itu menyeringai melihat raut kesal gadis disampingnya. Ia lalu menoleh, menatap Arga. Wajah pemuda itu terlihat seperti orang bodoh.
Bagas mendengus. Ia lalu menyikut Arga dengan lengannya, membuat pemuda itu terkesiap.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Teen FictionHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...