Akupun bingung
Antara aku yang tidak peka, atau kamu yang terlalu tertutup dan misterius.
Yang jelas, semua tentangmu sulit untuk ku mengerti.*****
Hujan semakin lebat, terpaksa Dira mengajak Arga untuk mampir sebentar dirumahnya. Bukan apa-apa, ia hanya takut terjadi sesuatu pada Arga saat diperjalanan pulang dan ia yang akan disalahkan karena dirinyalah yang terakhir bersama pemuda itu.
Dira membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan mempersilahkan Arga untuk masuk. Bersamaan dengan itu, seorang gadis seumuran Dira menuruni tangga dan menghampiri mereka berdua.
"Lo kemana aja Ra? Jam segini baru pulang." bukan sapaan hangat yang diterimanya, malah justru omelan dari gadis yang baru menuruni tangga itu yang Dira terima.
Dira menghampiri gadis itu dengan antusias. Ia bahkan melupakan Arga yang belum di persilahkan duduk. Alhasil pemuda itu berdiri di samping pintu seperti patung selamat datang.
"Yaampun Dinda, lo kok nggak bilang-bilang mau kesini sih?"
Dinda tersenyum melihat reaksi Dira. Ia memeluk singkat sepupunya itu. "Niatnya mau ngasih lo surprise, eh lo nya malah nggak ada dirumah."
"Gue habis nonton. Oh ya lo kesini sama siapa?"
"Gue tadi bareng sama om Aryo."
"Papa tadi ngater lo kesini?"
Dinda mengangguk. Bisa ia lihat raut wajah Dira yang berubah kecewa. Gadis itu kecewa karena tidak bisa bertemu sang Ayah. Seharusnya ia tadi langsung pulang saja bukan malah keluyuran bersama Arga.
Arga? Astaga. Dira melupakan pemuda itu. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Arga yang tengah berdiri di dekat pintu. Matanya langsung bertemu dengan sorot mata dingin milik Arga. Dira menyengir lebar pada Arga. Ia kemudian berjalan menghampiri pemuda itu. Tak lupa ia juga menyeret Dinda untuk menemaninya.
"Kok nggak duduk Ar?" tanya Dira dengan raut polos.
Dinda yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan sepupunya itu, langsung menginjak kakinya. "Emang lo udah nyuruh dia duduk?"
"Eh, emang belom ya?" Dira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Duduk dulu deh Ar."
Dinda memutar bola matanya malas saat melihat kebodohan sepupunya itu. Ia lalu pamit ke belakang untuk membuatkan minum. Dan tinggalah mereka berdua di ruang tamu. Dira bingung harus memulai percakapan seperti apa, begitu pula dengan Arga.
"Ganti baju sana, ntar lo masuk angin lagi." titah Arga memulai pembicaraan.
Dira melirik seragam sekolahnya yang sedikit basah karena nekat menerobos hujan saat ingin memasuki rumah. Rambutnya juga sudah lepek karena terkena air hujan.
"Baju lo juga basah, ganti sana." titah Dira balik.
"Ganti pake apa?"
"Pake baju lah."
Arga berdecak kesal. Gadis itu sungguh sangat menyebalkan.
"Gue nggak bawa baju."
"Pake baju gue gimana?" tanya Dira disertai senyum manis. Namun senyumnya berganti cengiran lebar saat melihat pelototan tajam dari Arga. "Bercanda elah, nggak usah baper gitu."
Beberapa detik kemudian, cengiran Dira berubah menjadi raut cemas saat mendengar suara mobil yang sudah di hafalnya, mobil ibunya. Tak sadar ia memukul-mukul lengan Arga karena panik.
"Aduh nyokap gue pulang lagi, gimana ini?"
"Memangnya kenapa?"
Belum juga pertanyaan Arga terjawab, seorang wanita yang berumur sekitar empat puluhan memasuki rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
JugendliteraturHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...