Hal paling menyakitkan dari sebuah pertemanan adalah ketika kita di buang saat tidak dibutuhkan lagi.
*****
Dira menaburkan kelopak bunga mawar pada sebuah gundukan tanah yang sudah mendekap salah seorang yang di sayanginya. Sudah lewat bertahun-tahun lalu, tapi tetap saja air matanya selalu menetes jika ia pergi ke tempat ini. Ia menyeka air matanya sebelum mengelus nisan itu.
"Selamat ulangtahun kak, semoga kakak selalu bahagia disana. Kak Dino apa kabar? Aku kangen kakak." dadanya bergemuruh hebat saat kejadian yang membuatnya kehilangan kakaknya ini terputar kembali di otaknya seperti kaset rusak. Air matanya semakin deras keluar. Ia tak peduli apabila ada yang menganggapnya gila karena berbicara dan menangis di depan sebuah pusara. Dira menarik nafasnya perlahan untuk mengurangi sesak di dadanya. "Kakak tau? Semuanya udah nggak kayak dulu lagi. Semenjak kakak pergi, mama sama papa semakin gila kerja. Aku sendirian kak. Kakak tega banget ninggalin aku sendiri. Dan semenjak mereka cerai, sikap papa sama aku berubah kak. Mungkin kakak bosen denger ceritaku, karena setiap aku kesini, aku selalu ngeluh terus tentang ini. Tapi demi apapun kak, itu yang selalu aku rasain. Aku pengen semuanya kayak dulu lagi. Aku nggak pengen kayak gini kak...."
Sudah. Dira tak sanggup berkata-kata lagi. Air matanya yang kini seolah berbicara sebesar apa rasa sakit yang dirasakan Dira. Ia masih menangis seenggukan saat seseorang duduk disampingnya dan mengelus pundaknya. Dira menoleh dan mendapati Dinda disana. Matanya juga sudah berkaca-kaca.
Dinda menarik Dira kedalam pelukannya. Air matanya juga keluar. Tangannya tetap mengelus pundak sepupunya itu. "Udah, Ra. Kak Dino udah bahagia disana. Jangan nangis lagi, lo tau kan kak Dino paling nggak suka liat orang yang dia sayang nangis?"
"Lo juga nangis, Din."jawab Dira yang masih seenggukan.
Dinda terkekeh pelan bersamaan dengan air matanya yang semakin deras keluar.
"Din, kenapa sih cuma kak Dino aja yang pergi? Kenapa nggak gue sekalian?" tanya Dira lirih.
Dinda melepaskan pelukannya dan menatap lekat wajah Dira. Dira hanya menunduk tak berani membalas tatapan Dinda. Sudah kesekian kalinya Dira selalu berucap begitu.
"Lo ngomong apa sih, Ra. Harusnya lo bersyukur tuhan masih biarin lo hidup untuk ngerasain kasih sayang dari orang-orang terdekat lo."
"Kasih sayang?" Dira terkekeh hambar. Ia tak mengerti kasih sayang apa yang di maksud Dinda.
"Lo nggak pernah mikir apa, kalo sampe lo ikut pergi juga kayak kak Dino, sesedih apa tante Maya, om Aryo, gue, bunda, ayah dan orang-orang terdekat lo. Kami udah cukup sedih kehilangan kak Dino, Ra."
"Gue pengen semuanya kembali seperti dulu, Din. Gue capek kayak gini." Dira semakin terisak di tempatnya. Dinda yang tak tega melihat sepupunya serapuh itu, kembali menariknya kedalam pelukannya.
"Yang sabar, Ra. Semuanya butuh waktu untuk kembali."
"Gue kangen kak Dino, Din." isak Dira.
*****
Bel pergantian jam sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Tapi guru yang seharusnya mengajar kelas XI IPA 2 di jam selanjutnya belum juga hadir. Alhasil, kelas menjadi gaduh. Semua siswa melakukan aktivitasnya masing-masing. Sama halnya Dira dan ketiga temannya. Mereka bercerita tentang kisah mereka masing-masing. Dira dan Amanda menghadap kebelakang, tepatnya menghadap kearah Luna dan Serra.
Dira sama sekali tak bercerita. Ia hanya menjadi pendengar. Sesekali ia merespon atau tertawa saat mereka bercerita tentang kejadian lucu. Saat ia sedang tertawa, tak sengaja matanya menangkap basah Arga yang sedang menatapnya dari bangkunya yang berada di dekat tembok barisan ketiga dari belakang. Dira menghentikan tawanya saat tersadar Arga masih menatapnya. Arga sangat leluasa menatapnya karena Dira berada di barisan paling depan. Seharusnya Arga salah tingkah atau memalingkan wajahnya karena tertangkap basah sedang menatapnya. Tapi Arga malah semakin menatapnya terang-terangan dan membuat Dira salah tingkah. Dira bergerak tak nyaman di bangkunya. Ia sudah tak fokus mendengarkan Serra yang kini sedang bercerita tentang kisah cintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Teen FictionHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...