Rasa takut kehilangan hadir karena rasa sayang yang besar. Tapi ego yang besar menghalangi untuk seseorang menyadari hal tersebut.
*****
Pagi yang cerah, Dira memasuki kelasnya dengan perasaan riang. Gadis itu mengerutkan dahinya saat melihat mejanya di kelilingi oleh teman-teman sekelasnya. Saking sibuknya dengan urusan masing-masing, mereka sampai tak menyadari kehadiran Dira.
Gadis itu berjalan mendekat. Dira berdiri di belakang salah satu siswa. Ia berusaha mengintip apa yang terjadi sampai mejanya di kelilingi banyak orang seperti ini. Namun sia-sia. Tubuhnya yang pendek tak mampu melihat apapun. "Kalian ngapain?"
Seperti adegan film, mereka semua serempak menoleh kearah Dira. Desahan kesal langsung meluncur dari mulut mereka masing-masing. Serra yang berada ditengah-tengah mereka, segera berdiri diatas kursi agar keberadaannya diketahui Dira.
"Ih Dira, seharusnya lo pura-pura nggak tau kek. Kita kan lagi nyiapin kejutan buat lo." pekik Serra dengan bibir yang dimanyung-manyungkan.
Luna yang gemas dengan tingkah sahabatnya itu segera menyusul berdiri diatas kursi. Tanpa segan, tangannya menggeplak kepala Serra dengan keras sampai gadis itu mengaduh kesakitan.
"Lo bego banget sih, Ser. Dira kan nggak tau kalo kita mau ngasih kejutan. Dia aja tadi tanya kita ngapain. Lo ngomong gitu dia malah jadi tau."
Dira tak bisa lagi menahan tawa gelinya. Namun hatinya menghangat saat melihat perhatian kecil teman-temannya. Ada rasa haru yang menyelinap dalam hati. Sedangkan teman-temannya yang lain mulai mengeluh karena rencana mereka untuk memberi kejutan ulang tahun untuk Dira gagal.
"Udah sana Ra, lo keluar lagi terus masuk. Nanti lo pura-pura kaget gitu ya?" titah Serra.
Dira kembali tertawa. Gadis itu keluar kelas untuk melaksanakan titah Serra, ia tak mau membuat teman-temannya kecewa. Dira sengaja menutup pintu kelas dari luar. Terdengar gusrak-gusruk dari dalam. Dira mengulum bibirnya.
"Udah siap belom?" tanya Dira.
"Bentar."
Dira menundukkan kepalanya saat menyadari beberapa pasang mata siswa dari kelas lain sedang memperhatikannya. Mungkin mereka heran mengapa Dira berdiri di depan pintu sendirian seperti orang bodoh.
"Udah, Ra." terdengar teriakan Serra dari dalam. Dira segera membuka pintu kelas itu, dan saat itu ia dapat melihat teman sekelasnya berbaris rapi didepan pintu dengan Amanda yang berdiri paling depan sambil membawa kue.
"HAPPY BIRTHDAY, DIRA." Pekik mereka serempak.
Tawa Dira lagi-lagi berderai. Kini bukan hanya Dira yang tertawa, melainkan seluruh siswa di kelas XI IPA 2 ini juga ikut tertawa, mentertawai kebodohan mereka sendiri.
*****
Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, namun Dira tak kunjung beranjak dari tempatnya. Hari ini, di hari ulang tahunnya, ia banyak mendapatkan ucapan selamat dari teman-teman sekelasnya. Bahkan gadis itu juga mendapatkan kejutan dari Amanda dan teman sekelasnya yang lain. Ternyata mendiaminya adalah sebagian rencana dari kejutan ini. Dira juga mendapatkan beberapa kado, salah satunya boneka dora yang berukuran cukup besar, dari Raja. Tentu saja Dira sangat bahagia. Namun rasa resah masih menggelayutinya karena nomor ponsel Arga tidak aktif sejak pagi. Di tengah-tengah usahanya menelfon Arga, sebuah pesan masuk di ponselnya.
Jeri:
Udah bel pulang kan?
Lo masih di sekolah?Dira mengerutkan alisnya membaca pesan dari Jeri. Pemuda itu memang tidak masuk sekolah hari ini, mungkin menemani Arga dirumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Teen FictionHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...