19. Perasaan senang

273 23 0
                                    

"Lucu, saat semua pasangan merencanakan suatu hal untuk keharmonisan hubungan mereka, kita malah merencanakan kapan kita akan berpisah."
Nadira Cecilia


*****

Dira berdecak kesal, diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam tiga sore, itu artinya sudah setengah jam ia menunggu Arga. Mereka memang berencana untuk pulang bersama. Namun Arga harus latihan basket terlebih dahulu karena beberapa minggu lagi ada pertandingan basket antar sekolah. Alhasil, Dira menunggu Arga sampai selesai latihan.

Lama-lama ia juga bosan. Menunggu sendirian dibangku yang ada di koridor kelas X. Dira memang sengaja tidak menunggu di dekat lapangan basket karena pasti banyak orang disana, dan Dira tidak suka berada di keramaian.

"Loh Ra, belom pulang?"

Dira menoleh kearah sumber suara saat mendengar pertanyaan itu. Dilihatnya Raja yang kini sudah duduk disampingnya.

"Eh belom Ja, masih nungguin Arga."

Raja hanya mengangguk. Pemuda itu mengambil duduk si sebelah Dira. Kemudian hanya ada keheningan diantara mereka. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Masalah kemaren, maaf ya karena gue ngehindarin lo. Arga udah jelasin semuanya." ucap Raja memecah keheningan.

"Eh? Nggak papa kok." ucap Dira tak enak hati. "Emang Arga bilang apa aja sama lo?"

Raja menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada yang akan mendengar percakapannya dengan Dira. "Kalo kalian cuma pura-pura pacaran." ujar Raja. Dira hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sebagai permintaan maaf dan terimakasih, gimana kalo lo gue anterin pulang?"

Kata 'Ya' sudah ada diujung lidah Dira, namun ia teringat dengan syarat yang diajukan Arga saat di pantai kemarin. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk menerima tawaran Raja.

"Sorry banget Ja, gue udah janjian buat pulang bareng sama Arga."

"Nggak papa kok." jawab Raja sambil tersenyum. Senyum yang terlihat manis dimata Dira. Gadis itu ikut tersenyum.

Raja kembali menoleh kearah depan. Sedangkan Dira masih memperhatikan wajah pemuda itu dari samping. Gadis itu tak bisa menampik bahwa ia memang menyukai pemuda itu. Segala hal yang ada di diri Raja, Dira menyukainya. Buru-buru Dira mengalihkan pandangannya saat Raja kembali menoleh kearahnya. 

"Oh ya tadi lo bilang, sebagai permintaan maaf dan terimakasih? Terimakasih untuk?"

"Terimakasih berkat lo Arga mulai mau ngobrol lagi sama gue, yah meskipun cuma sebentar. Tapi dia udah nggak nyuekin gue kayak sebelumnya gue udah seneng."

"Arga kan emang cuek, Ja."

"Beda Ra, cueknya dia ke kalian itu kayak males berurusan sama kalian. Tapi kalo sama gue, dia kayak nggak nganggep gue ada."

Dira mengerutkan keningnya mendengar penuturan Raja. Diserongkan tubuhnya menghadap Raja, gadis itu mulai tertarik dengan kisah antara Raja dan Arga.

"Kenapa bisa gitu?"

Raja menarik nafasnya dalam-dalam. Mempersiapkan diri untuk menceritakan kisah yang membuatnya di belenggu rasa bersalah hingga sekarang. Dira layak tahu. Karena sekarang gadis itu telah masuk kedalam hidupnya dan Arga. Ia tak bisa mengelak, bahwa kini ia mulai menaruh hati pada gadis itu. Prihal sikap Dira nantinya setelah mendengar kisahnya, biarlah itu urusan belakangan. Jika Dira nanti menjauhinya, tak apa, Raja bisa memakluminya.

FAKE BOYFRIEND [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang