40. Move on

279 22 1
                                    

Aku berdiri diatas keraguan. Menatapmu yang jauh di depan.
Kaki ini bisa saja berjalan mendekat.
Namun hati memilih diam di tempat.
Menunggu mu memberikan kepastian.
Tentang dimana hatimu telah berlabuh.

****

"Ra, tunggu bentar ya. Gue kebelet pipis nih." ujar Dinda. Sebelum Dira menjawab, gadis itu langsung keluar dari mobil dan berlari kecil memasuki rumah.

Dira hanya menghela nafasnya. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul 06.40 pagi. Itu artinya bel masuk akan berbunyi dua puluh menit lagi.

Gadis itu menyenderkan tubuhnya di jok mobil dengan tangan yang masih memegang setir. Karena Pak Udin yang masih pulang kampung, Maya mengizinkan Dira untuk membawa mobil sendiri ke sekolah.

Dira memejamkan mata. Membiarkan pikirannya berkelana kemana saja. Gadis itu membuka matanya saat mendengar suara notifikasi dari sebuah ponsel. Di raihnya ponsel miliknya yang ada di saku serangamnya. Tidak ada pesan masuk satupun. Perhatiannya lantas beralih di jok sebelahnya. Ponsel Dinda tertinggal. Dan kemungkinan besar bunyi notifikasi itu berasal dari ponsel sepupunya itu.

Entah dapat dorongan dari mana, Dira meraih ponsel Dinda. Gadis itu mengecek pesan yang masuk. Matanya membulat sempurna saat melihat ada nama Arga di bilah notifikasi. Arga-lah yang baru mengiriminya pesan. Yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah isi pesannya.

"Aku tunggu kamu di sekolah, hati-hati dijalan sayang?" Dira mengeja tulisan yang ada di bilah notifikasi tersebut. Hatinya mencelos. Muncul rasa sesak yang tak diinginkan hadirnya. "Arga panggil Dinda sayang? Aku-kamu? Mereka pacaran?"

Belum habis rasa terkejut Dira, matanya menangkap siluet Dinda yang berjalan mendekati mobil. Cepat-cepat gadis itu mengembalikan ponsel sepupunya di posisi semula. Dira menarik nafasnya perlahan, mencoba meredakan rasa sesak yang tiba-tiba hadir.

"Yuk berangkat." ajak Dinda setelah ia duduk dengan sempurna di samping Dira.

Dira tak menjawab. Gadis itu segera menjalankan mobilnya menuju sekolah. Sesekali ia melirik kearah sepupunya yang tengah tersenyum sendiri dengan pandangan yang fokus ke ponsel. Dira mendengus pelan.

"Lo punya pacar ya, Din?" tanya Dira tak bisa membendung rasa penasarannya.

Dinda terlihat terkejut. Gadis itu sontak menoleh kearah sepupunya itu. "Lo tau?"

"Cuma nanya."

Helaan nafas lega terdengar. Gadis itu lantas menyenderkan tubuhnya di jok mobil. Terlihat ia tengah menahan senyumannya.

"Ih jawab, lo punya pacar?" kesal Dira melihat reaksi Dinda.

"Punya, tapi kita backstreet. Jangan bilang siapa-siapa ya?"

"Kenapa backstreet? Kayak anak SMP yang baru pacaran aja." cibir Dira menutupi perasaannya.

"Dia lagi jaga perasaan orang sih."

"Wah parah, lo jadi selingkuhan?"

"Enak aja, enggak lah!"

"Terus?"

"Ya jadi dia lagi kejebak friendzone gitu. Dia nggak enak sama cewek ini. Nunggu cewek ini dapet pacar dulu baru kita publikasiin hubungan kami."

"Cewek itu suka sama cowok lo?"

"Nggak tau. Katanya sih sukanya sama temennya dia, tapi akhir-akhir ini lengketnya sama cowok gue. Cowok gue nggak enak, karena cewek ini kayaknya masih ngira kalo cowok gue suka sama dia."

FAKE BOYFRIEND [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang