Pada rasa yang datang tanpa di duga, pada hati yang mencinta tanpa batasan, hanya mampu terdiam, menunggu balasan dari hati yang ku puja, yang kini masih enggan menoleh ke belakang, dimana aku berada untuk menantinya.
*****
"Selamat ulang tahun ya nak." ucap Maya sambil mengecup singkat dahi Dira. "Maaf kemarin Mama lupa. Semalem waktu Mama pulang kamu udah tidur."
"Iya nggak papa kok, Ma." Dira tersenyum, menyembunyikan kekecewaannya.
"Ini kado dari Mama. Oh iya ini satu lagi Mama nemu di depan pintu rumah semalem."
Dira menerima dua buah kado yang di serahkan Maya dengan kening berkerut. Siapa yang mengiriminya kado?
"Dari siapa, Ma?"
"Nggak tau, dari pacar kamu kali."
Kening Dira semakin berkerut. Dengan rasa penasaran yang amat besar, dibukanya kado yang ditemukan Ibunya itu di teras rumah. Matanya menyipit saat ia melihat didalamnya terdapat sebuah buku binder bersampul Dora dan ada sebuah surat juga. Tangan Dira terulur mengambil surat itu, dibacanya huruf-perhuruf yang tersusun rapi membentuk tulisan di dalam surat itu. Awalnya Dira mengira kado itu dari Arga, namun setelah membaca suratnya, gadis itu membeku ditempatnya.
Selamat ulang tahun.
Semoga kamu suka, curahkan semua perasaan kamu di buku itu, karena saya tak lagi bisa menjadi sandaraanmu, tak lagi bisa menjadi tempat curhatmu.
Maaf, tapi kamu akan mengerti suatu hari nanti.
Salam sayang dari saya.Ken. Satu nama yang kini melintas diotaknya. Tapi apa maksud Ken dalam surat itu? Dira tak mengerti. Mungkinkah Ken tak akan kembali lagi? Karena jelas, dalam surat itu ia mengatakan tak bisa lagi menjadi sandaran Dira. Kepala Dira terasa berat memikirkan maksud dan siapa yang mengirim kado itu.
"Dari siapa sayang?" tanya Maya membuyarkan lamunan Dira.
"Dari temen, Ma." ucap Dira berbohong, gadis itu kemudian memasukkan kembali surat itu kedalam kado dan meminta bi Suti untuk menaruh kado-kado itu dikamarnya. Setelahnya Dira melanjutkan sarapannya dengan pikiran yang melana kemana-mana.
*****
"Guys, besok malem kakak gue tunangan, jangan lupa dateng ya." ucap Luna sambil menyerahkan undangan ke teman se-gengnya.
"Wah gila, bakal patah hati kayaknya gue. Kakak lo yang ganteng itu kan?" seru Serra histeris.
Luna memutar bola matanya malas, gadis itu mendaratkan jitakan pada kepala Serra, membuat gadis itu mengusap kepalanya dengan wajah cemberut. "Iyalah, lo kira kakak gue ada berapa?"
"Cuma kita doang nih yang diundang?" kali ini Dira membuka suara. Gadis itu membolak-balikkan undangan di tangannya.
"Iya, kan ini acara kakak gue. Tapi berhubung kalian bestfriend gue, makanya gue undang. Jangan lupa bawa pasangan ya, gue juga nanti bawa gebetan gue."
Mereka bertiga langsung heboh, lebih tepatnya Serra-lah yang mendominasi. Selain bingung harus membawa siapa, mereka juga penasaran siapa gebetan Luna. Namun Luna hanya tersenyum ketika ditanya, membuat mereka mendesah kesal.
Dira lebih banyak diam. Gadis itu sudah pasti akan mengajak Arga. Ia juga tidak kepo seperti teman-temannya mengenai siapa gebetan Luna. Nanti juga pasti tau, pikirnya. Namun untuk sekedar menghargai mereka, Dira ikut berekspresi seperti mereka, seolah-olah memang benar-benar penasaran.
"Udah yuk ah, ke kantin." ajak Luna, merasa jengah di cecar pertanyaan beruntun seperti itu.
Serra mencebikkan bibirnya, namun ia juga ikut bangkit bersama Luna dan Amanda karena perutnya sudah keroncongan. Sedangkan Dira bersiap untuk menghampiri Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE BOYFRIEND [Completed]
Teen FictionHanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya untuk menjadi pacar palsunya. Sungguh diluar dugaan Dira. Karena yang ia tahu, Arga memiliki sifat y...