13. Kita pacaran?

339 22 0
                                    

Kamu itu seperti rumus matematika, sulit ku mengerti. Bahkan untuk memahami mu saja aku harus terbiasa memecahkan teka-teki dari mu.

*****

Raja:
Gue mau ngajak lo nonton besok, mau? Nggak boleh nolak tapi😂

Dira tersenyum membaca chat dari Raja yang berisi pemaksaan itu. Ia berjalan dikoridor sambil mengetikkan balasan untuk Raja.

"Hai, kita ketemu lagi."

Dira menghentikan langkahnya saat Tomi muncul dihadapannya dan menyapanya. Dira hanya menatapnya sebentar dan langsung memasukkan ponselnya ke saku bajunya, ia kemudian kembali berjalan melewati Tomi.

"Eits, mau kemana?" ucap Tomi seraya mencekal pergelangan tangan Dira.

Dira membalikkan tubuhnya dan menatap kesal kearah kakak kelasnya itu. "Lepas nggak?"

Tomi hanya tersenyum. Ia kemudian memandang sekelilingnya yang sudah terlihat ramai saat istirahat seperti ini.

"Temenin gue ke kantin." Tomi menarik pergelangan tangan Dira untuk mulai berjalan, namun Dira tetap bertahan pada posisinya membuat Tomi menghentikan aksinya. Ia berbalik dan menatap lekat kearah Dira.

"Saya. Nggak. Mau!" ucap Dira penuh penekanan disetiap katanya.

"Nggak usah sok jual mahal deh. Gue tau aslinya lo udah seneng banget kan gue kejar-kejar gini?"

"Percaya diri banget ya kak." ucap Dira sinis. Ia kesal karena kakak kelasnya ini selalu mengusik ketenangannya akhir-akhir ini. "Asal kak Tomi tau, nggak semua cewek seneng diginiin sama kakak. Ada beberapa yang nggak suka, dan justru terkesan risi, contohnya saya." sarkas Dira yang kontradiktif antara sapaan dan ucapannya. Sapaan yang ia gunakan masih terkesan sopan, tapi ucapannya terkesan tajam dan menusuk.

Rahang Tomi mengeras. Untuk pertama kalinya ada seorang gadis yang berani menolaknya. Ia mengeratkan genggamannya membuat Dira meringis kesakitan.

"Nggak usah sok deh lo! Apa sih lebihnya lo?! Sok cantik banget jadi cewek! Lo itu nggak lebih cantik dari mantan-mantan gue. Nggak usah sok jual mahal lah, jadi perawan tua baru tau rasa lo."

"Kak, lepas. Sakit." mata Dira sudah memerah, antara marah, kesal, dan takut bercampur menjadi satu. Apalagi ucapan Tomi yang menusuk. Perlahan Dira menoleh ke sekelilingnya. Sekarang mereka telah menjadi pusat perhatian. Tomi mempermalukan dirinya didepan umum. Ingin rasanya Dira menghilang dari hadapan mereka semua saat ini juga. Mati-matian ia menahan air matanya agar tidak menetes. Akan lebih malu rasanya jika ia menangis didepan umum seperti ini.

"Lepas!" ucapan dengan nada dingin dan menusuk itu membuat semua pasang mata yang ada disitu menatap kearah sumber suara. Kerumunan membelah, memberikan jalan pada seseorang yang baru berucap itu untuk memasuki lingkaran setan. Kedua bola mata Dira membulat saat melihat Arga yang berjalan mendekati mereka.

Arga menyorot dingin tepat dimanik mata Tomi. Ia kini berdiri diantara Dira dan Tomi. Sebelah tangannya menggenggam lembut tangan Dira yang masih di cekal Tomi, sedangkan tangannya yang lain mencengkram kuat tangan Tomi yang masih mencekal tangan Dira.

Tomi melepaskan cekalannya pada Dira, ia lalu mengibaskan tangan Arga membuat cengkraman itu terlepas.

Arga menatap Dira lembut, tak ada sorot dingin disana. "Lo nggak papa?"

"Nggak, gue nggak papa." jawab Dira sembari menarik tangannya dari genggaman Arga. Sebelah tangannya yang lain menutupi pergelangan tangannya yang baru saja di cengkram kuat oleh Tomi.

FAKE BOYFRIEND [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang