(47)

626 19 4
                                    

  

Pada saat itu Bryan menginjak usia sekolah dasar, Sisil sudah sering menitipkannya ke panti asuhan 'kasih ibu' karena kesibukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada saat itu Bryan menginjak usia sekolah dasar, Sisil sudah sering menitipkannya ke panti asuhan 'kasih ibu' karena kesibukan. Bryan bahkan lebih sering di panti daripada berada dirumah.

Saat hari pertamanya di bawa ke panti, Bryan bertemu dengan beberapa teman baru hingga dirinya sangat betah tinggal di sana, salah satu temannya adalah Varo orang yang sekamar dengan Bryan saat itu. Varo suka membaca buku sendiri sedangkan Bryan sangat aktif bermain hingga saat itu Bryan lah yang mengajar Varo mengendarai sepeda milik Bryan, lalu Bryan tahu Varo juga dititipkan karena orang tuanya yang sudah tidak ada. Sejak saat itu Varo dan Bryan berteman baik hingga masa SMP tiba, namun sejak kelulusan SD  Bryan tidak lagi bertemu Varo dan begitu pula sebaliknya dan karena masuk di SMA yang sama mereka bertemu kembali namun kedekatan mereka tidak seperti dulu lagi, bahkan kadang ada pertengkaran di antara mereka.

"Bunda ini Bryan ada sedikit hadiah" ucap Bryan menyodorkan amplop cokelat

"Apa ini nak?" tanya wanita itu

"Bryan dengar ada adek disini yang pengen operasi karena jantungnya lagi sakit, dan aku ada sedikit rejeki buat bantu dia Bun, tolong Bunda terima"

"Makasih nak, Bunda terima hadiahnya, Bunda bangga sama kamu yang masih peduli sama adek-adek disini"

"Ini juga karena Bryan pernah ngerasain tinggal disini"

   Wanita paruh baya itu tersenyum mendengar ucapan Bryan.

Waktu itu Bryan menang di lomba adu tinju saat di gedung tua, dia tahu bahwa ini sangat di larang apalagi Bryan masih beratatus pelajar namun karena berita adeknya lagi membutuhkan dana dan dia ingin berusaha sendiri maka dia terima tawaran adu jotos ini saat ada seseorang yang menawarkannya. Dia mendapatkan hadiah itu lalu di hadiahkan oleh adeknya seperti sekarang ini, perasaannya lega bisa membantu dan berharap agar adeknya segera sembuh.

"Yaudah Bryan pamit pulang Bunda" ucap Bryan

"Iya kamu hati-hati di jalan, ingat jangan ngebut-ngebut"

"Iyaya Bunda"

*****
Natasya melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan kampus setelah kelas hari ini selesai.  Sesekali dirinya mendengus kesal pada apa yang di lakukan Bryan kepadanya, lagi. Mengapa lelaki itu selalu merepotkan perasaannya dengan sering menghilng tanpa kabar begitu saja

   Dilain tempat Bryan sedang memandangi kolam renang yang berada di hadapannya dengan segelas air dan beberapa obat di genggamannya, wajahnya kusut meremas kantongan obat yang harusnya hanya di gunakan oleh orang-orang sakit namun dirinya bahkan sedang bergelud dengan benda itu, bahkan setiap hari.

Wajahnya pucat melindungi warna abu pada wajah yang seharusnya putih bibirnya yang biasa terlihat merah muda sekarang malah putih bahkan sangat putih, sungguh dia seperti orang sakit, bukan seperti, namun benar sakit.

   Natasya memencet bel pada tombol rumah Bryan namun yang muncul adalah wanita paruh baya menyapanya

"Non Natasya cari den Bryan ya" ucap bibi

"Iya Bi Bryan ada?"

"Ada kok, ada di kolam non"

"Makasih Bi"

Natasya beralih kebelakang, berhasil mendapati sosok yang sedang duduk di pinggir wadah besar berisi air itu senyumnya terukir setelah melihat lelaki itu baik-baik saja.

Belum sempat sampai Natasya menyapa, dirinya melihat Bryan menyimpan kantongan obat itu di sampingnya setelah menelan beberapa biji dari mereka, wajah Natasya berubah bingung dia langsung duduk di samping lelaki itu, hingga Bryan kaget di buatnya.

"Natasya?" ucap Bryan mengambil lagi kantongan obat itu berusaha menyembunyikannya. Natasya menahannya membaca beberapa nama bungkusan obat itu dia tampak mengerti dengan artinya karena Grey kadang kala mengajarinya soal obat-obatan, wajah Bryan terlihat seperti kepergok mencuri.

"Itu,,, " Bryan lagi memikirkan alibi apa untuk saat ini

"Ini obat, punya kak Bryan?" berharap Bryan bisa menjelaskannya sendiri walaupun dia tau itu obat apaan

"Iya"

Natasya tersenyum, lelaki itu jujur syukurlah.

"Kak Bryan bisa cerita sekarang?" sungguh Natasya sangat penasaran

Natasya menatapnya lekat, Bryan menunduk tidak tahu harus berkata apa bibirnya bahkan berat untuk terbuka hawa badannya terasa panas karena memang dirinya sedang demam bahkan demam tinggi. Natasya meraih tangan Bryan merasakan rasa hangat itu lalu beralih pada jidat lelaki itu mencoba merasakan tubuhnya yang panas.

"Kak Bryan, kakak demam, kita kerumah sakit ya" ucap Natasya cemas

Bryan hanya tersenyum meraih tangan wanita itu lalu berdiri.

"Antar aku ke kamar aja" ucapnya

Natasya membantu Bryan berjalan hingga sampai ke kamar lelaki itu, kamar yang masih tampak sama saat Natasya masuk pertama kali, dimana dia tidak sengaja melihat Bryan baru keluar dari kamar mandi. 

Bryan menarik kursi yang tidak jauh dari tempat tidurnya, itu adalah kursi yang kadang di pakainya untuk bermain game.

"Duduk" suruh Bryan

Natasya lalu duduk setelah itu Bryan menarik kursi beroda itu mendekat samping tempat tidurnya, posisi mereka sedang berhadapan Natasya bahkan sedang gugup sekarang karena jarak mereka begitu dekat

"Aku bakal cerita, semuanya" ucap Bryan masih memegangi kedua ganggang kursi itu sembari menatap Natasya

Natasya tersenyum lalu mengedipkan matanya pelan mengisyaratkan bahwa tidak apa-apa kalau dia cerita sekarang, semua akan baik-baik saja.

"Aku sakit" Bryan mulai menjelaskannya

"Aku ngidap penyakit traumatik kronis pada otak penyebabnya karena beberapa benturan keras pada kepala saat kecelakaan, mungkin waktu aku balapan sama kecelakaan pas di Amric. Kata dokter,,, " Bryan memberhentikan kalimatnya

"Kata dokter apa kak?" tanya Natasya

"Aku,,, umur aku, katanya umur aku tinggal dua bulan dan ini udah sampai sebulan Sya" Bryan menunduk kaku hingga sulit berkata-kata lagi semuanya terasa sakit, sakit fisik dan sakit batin. Air mata lelaki itupun menetes tidak dapat menahan genangannya lebih lama sungguh dia sangat rapuh, Bryan yang katanya bad boy jago berantem sekarang sudah lemah sangat-sangat lemah bahkan air mata pun dia tidak bisa tahan.

Natasya membawanya ke pelukan walaupun yang di rasakan hawa panas saat menyentuh tubuh lelaki ini, Natasya lalu mengangkat kepala Bryan agar menatapnya hingga beralih mengecup kening lelaki itu pelan penuh cinta. Natasya sangat menyayanginya dan melihatnya sekarang ini seperti mengiris hatinya berkali-berkali dengan tajam.

Dimana Bryannya yang kuat? Dimana Bryannya yang tampan dan gagah? Dimana pacarnya yang kadang sok cool? Mengapa harus Bryan Tuhan.

"Semua bakal baik-baik saja kak"

Be Alright(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang