(48)

668 22 0
                                    

   Ambulance melajukan mobilnya dengan secepat mungkin membunyikan suara khasnya agar semua orang tidak menghalangi jalannya, pagi ini yang harusnya di sapa dengan penuh keceriaan malah berbalik menjadi tegang dan mencemaskan, Sisil bahkan membata...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Ambulance melajukan mobilnya dengan secepat mungkin membunyikan suara khasnya agar semua orang tidak menghalangi jalannya, pagi ini yang harusnya di sapa dengan penuh keceriaan malah berbalik menjadi tegang dan mencemaskan, Sisil bahkan membatalkan acara meeting yang ada di luar kota.

Sosok Bryan sekarang terbaring dalam mobil ambulance dengan beberapa alat yang sudah terpampang rapi di area kepalanya, Natasya terus saja mengalirkan air matanya deras begitu pula Sisil yang berada di sebelahnya. Segala doa Natasya ucapkan agar lelaki ini akan baik-baik saja.

Tuhan tolong sembuhkan kak Bryan, Tuhan jangan sakiti dia, kepalanya sungguh sakit, bolehkah dia membuka matanya aku mengawatirkannya, Tuhan jangan ambil kak Bryan dulu.

Troli di turunkan saat ambulance sampai di rumah sakit, seluruh petugas mengarahkan Bryan ke ruang ICU, Sisil dan Natasya di perizinkan menunggu di luar.

   Semalam Natasya masih mengobrol dengan Bryan hingga Sisil pulang kantor tepat jam delapan malam barulah Natasya pamit pulang, namun saat ingin ke kampus pagi tadi Natasya mendapat telfon dari Sisil bahwa Bryan tidak dapat menahan rasa sakit kepalanya lagi dan seluruh badannya sangat panas. Saat itu pula Natasya melajukan mobilnya kerumah Bryan dan menyuruh Grey menyiapkan semuanya agar Bryan bisa cepat di bawa ke rumah sakit.

Natasya rapuh benar-benar rapuh melihat Bryan terbaring tidak berdaya di dalam sana Grey dapat melihat adiknya yang sangat tidak berdaya sekarang, Sisil pun sama hanya ada deras air mata di antara keduanya.

Semalam aku masih melihatnya tertawa, semalam dia masih berbicara, semalam Bryan masih bisa menatapku tulus, dia kuat dia bahkan mampu menghadapi semua kesakitannya sendiri, apa dia bakal pergi? Bahkan kita masih belum memulai apapun.

   Reza dan Aditia sampai di rumah sakit tempat Bryan di rawat, dengan cemas mereka berlari menuju keruangan Bryan. Saat sampai mereka langsung melihat Sisil dan Natasya sedang terduduk lemas di kursi panjang menunggu hasil pengobatan Bryan.

"Gimana dok, anak saya gimana keadaannya?" pertanyaan tidak sabar dari Sisil setelah Grey keluar dari ruangan, Natasya ikut berdiri.

"Bryan,,, " Grey takut bersuara sungguh dia benar-benar kaku sekarang

"Kakak jawab!?" Natasya bersuara tidak sabar dengan mata yang sudah membengkak

"Maaf Tan, maaf Sya. Bryan meninggal, Bryan udah pergi ninggalin kita"

Sisil terduduk lemas, rapuh dan kalah. Bryan pergi meninggalkannya tangisnya sekarang sangat deras keluar dengan rasa sakit sungguh dia merasa hidupnya mati, semua hilang, kebanggaannya pergi, putra satu-satunya pergi Bryan sudah tidak ada.

"Kak Grey bohong!" Natasya memukul dada Grey keras dengan tangisnya yang mulai menyerakkan suaranya, dia tidak percaya dengan omongan gila Grey.

"Kak Grey bohong! Kak Grey gila! Natasya ga percaya sama kak Grey, kakak bohong kan? Tolong kak, tolong bicara yang sebenarnya. Hiks,, hikss" Natasya sungguh seperti orang gila.

Grey mencoba menenangkan adiknya, memeluknya erat hingga air matanya pun ikut mengalir, Grey sangat merasakan sakit yang di rasa Natasya sekujur tubuh Natasya gemetar, bibirnya tampak terlihat pucat dia kalah dengan takdir, takdir menang melawan Natasya dan berhasil mengambil Bryan, semua tidak adil.

Reza dan Aditia bersandar lemah di tembok, sungguh sahabatnya itu benar-benar pergi meninggalkan mereka Reza menangis benar-benar menangis untuk pertama kalinya, Aditia tunduk lemas menyembunyikan kesedihannya.

Sisil ingin berdiri namun sangat lemas, Grey langsung menahannya saat tubuhnya hampir jatuh.

"Tante sabar, Tuhan lebih menyayangi Bryan, Cinta Tuhan lebih besar kepada Bryan dari pada cinta kita" Grey mencoba menenangkan

Natasya masuk ke dalam ruang ICU, sosok yang pertama kali dia lihat adalah Bryan, lelaki itu tertidur dengan pulas, sangat-sangat pulas. Natasya menghampirinya dengan gemetar wajah lelaki itu masih sama, tampan. Natasya memegangi wajahnya yang kemarin hangat sekarang menjadi dingin, tangannya merapikan rambut lelaki itu tulus.

"Kak Bryan tidur aja masih tampan" ucap Natasya menatap Bryan masih menangis

"Kak Bryan aku kalah kak, takdir menang membawa pergi kakak menjauh dari Natasya, maaf kak Natasya kalah, maaf." lanjutnya lirih

Sungguh Natasya sangat rapuh melihat lelaki ini pergi, tapi harus bagaimana lagi dia sudah kalah dengan takdir.

Aku mencintainya namun tuhan lebih besar cintanya.

Be Alright(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang