(50)END

1.3K 24 2
                                    

   Satu, dua, tiga, empat, lima hari berlalu Natasya kembali ke kampus mengejar ketertinggalannya selama beberapa hari, masa terpuruknya mungkin telah selesai tapi rasa kehilangannya masih terus terbesik, pagi ini dia menghirup udara segar di tama...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu, dua, tiga, empat, lima hari berlalu Natasya kembali ke kampus mengejar ketertinggalannya selama beberapa hari, masa terpuruknya mungkin telah selesai tapi rasa kehilangannya masih terus terbesik, pagi ini dia menghirup udara segar di taman kampus pandangannya tidak di alihkan dari laptop, tugasnya benar-benar menumpuk dia telah keluar dari zona nyaman sekarang dia harus menjalani hidup seperti seharusnya, Bryan masih sosok yang dia cintai, Bryan masih teringat di setiap momen hari-harinya bahkan tempat-tempat yang sering mereka kunjungi dulu selalu menampakkan sosok Bryan tampan yang di kagumi namun realitanya itu hanya angan-angan, dia harus fokus untuk kuliahnya demi impiannya yang sedang berusaha dia wujudkan.

Varo memandangi sosok Natasya dari jauh, pandangannya masih sama dia masih menyukai wanita itu bahkan sangat. Sekarang sosok yang bahkan di percaya Varo untuk menjaga Natasya sudah tidak ada, apakah wanita itu baik-baik saja sekarang?. Varo melangkahkan kakinya menghampiri Natasya dengan amplop pink yang ada di genggamannya.

"Natasya" sapa Varo

"Eh, kak Varo ada apa kak?" balas Natasya

"Gue bakal ganggu ga sih?"

"Sedikit"

"Yaudah deh ga jadi"

Natasya tertawa melihat muka Varo berubah jadi kusut, Varo dapat melihat pemandangan luar biasa indah walau hanya beberapa detik, Natasya tertawa.

"Gue mau ngasih lo sesuatu" ucap Varo

"Apa kak?"

Varo duduk di sebelah Natasya memperlihatkan amplop pink yang sudah ada di genggamannya sedari tadi. Natasya menerima amplop itu lalu segera membukanya, sepertinya dia mengenal amplop ini, ini seperti amplop yang di berikan Aditia dulu.

Natasya membaca tiap kalimat yang tertulis indah disana, surat itu adalah tulisan Bryan. Natasya makin serius membaca tiap perkata hingga akhirnya genangan air yang tersimpan di dalam matanya keluar tanpa sadar, hatinya rapuh sungguh rapuh semua kenangan teringat kembali tentang lelaki itu, Natasya sempat tersenyum namun tidak menghilangkan kesedihannya, Bryan sungguh menghamburkan pikirannya bahkan walaupun dia hanya menitipkan sebuah surat, lelaki itu telah berhasil menjebaknya, berhasil membuat dirinya menanggung rasa rindu sendirian yang begitu dalam, haruskah Natasya menghiraukannya karena dirinya sudah tidak berada di satu bumi yang sama lagi?. Sungguh takdir tidak memihaknya dan detik inipun sama.

Natasya menangis. Menutupi kesedihannya, dia tidak kuat lagi, dia lemah, lemah jika menyangkut perasaannya.

Varo yang berada di sampingnya tidak tahan, lagi-lagi Natasya menangis di hadapannya dan mengapa harus dia yang melihatnya menangis lagi. Lelaki itu membawa Natasya ke pelukannya, pelukan tulus untuk menenangkan wanita yang di sayanginya walau wanita itu masih menyimpan nama Bryan di dalam hatinya, tapi salahkah jika Varo sekedar ingin menenangkannya saja?. Betapa sakit melihat wanita yang kamu sayangi menangis karena lelaki lain? Apakah Varo akan terus melihat air mata Natasya?. Varo tidak ingin jadi orang egois dia hanya tidak bisa menahan melihat Natasya terus-terus menangis, dia harus membuat Natasya tersenyum lagi.

*****
Varo memarkirkan motornya setelah berada di parkiran cafe milik Aditia, dia melangkah masuk kedalam tempat yang bernuansa putih abu-abu itu, beberapa orang sedang nongkrong di sana dan di lihatnya Aditia sedang melayani pelanggan.

"Cappucino satu Dit" ucap Varo

"Eh lo Ro, ok wait ya" ucap Aditia

Varo duduk di salah satu meja yang di sana terlihat Reza sedang sendiri asyik memainkan laptopnya.

"Gue boleh duduk disini?" tanya Varo

Reza melihatnya sekilas lalu mengangguk iya.

Beberapa menit kemudian Aditia datang dengan segelas Cappucino di tangannya, menghampiri meja Varo lalu ikut bergabung bersama mereka.

Aditia tahu bahwa Reza masih sedikit tidak menyukai Varo, tapi begitulah sifat Reza sulit untuk memaafkan.

"Gue ada perlu sama lo berdua" Varo membuka percakapan

"Bryan pernah nitip ini ke gue dan nyuruh ngasih kalian kalau waktunya udah tepat" lanjutnya

Aditia mengambil amplop itu lalu membaca isi surat yang di tulis Bryan. Kalimatnya tidak panjang namun membuat Aditia dan Reza tersenyum bahagia melihat isinya.

"Gue sudah ingat semuanya, gue bangga punya sahabat kaya lo berdua, makasih udah mau jadi sahabat gue, maaf kalau gue pernah buat salah."

Untuk Reza dan Aditia dari sahabat ganteng lo.

Mereka lanjut mengobrol, Reza sudah tidak se sinis tadi Varo bahkan menceritakan masa-masa dirinya saat masih di panti bersama Bryan dan mereka baru tahu cerita itu.




END.



Be Alright(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang