Decision

22.4K 1.4K 9
                                    

Happy reading...
Vote please

             Sunyi dan gelap. Dua hal yang di rasakan oleh Selly, ia mencoba membaui aroma di sekitarnya. Namun nihil, tidak ada aroma siapapun disekitarnya.

Selly meraba, mungkin saja ia dapat mengetahui sesuatu tentang dimana dirinya saat ini.

Selly tidak dapat melihat entah ia buta sekarang atau apalah itu, Selly tidak tahu apa yang terjadi padanya.

Ia kemudian merangkak sembari meraba tempat pijakannya. Ini terasa sulit untuk Selly. Gelap, sunyi dan tidak ada aroma atau apapun itu yang dapat ia baui.

Selly memegang knop pintu lalu mencoba membukanya, ia mengucap syukur dalam hati. Pintu itu tidak dikunci.

Ia berlari dan keluar dari rumah kecil itu. Selly tidak mengenali rumah dan hutan ini, dimana dirinya? Katanya.

Langkah kakinya membawanya menjauhi rumah kecil tersebut, kaki mungilnya mengeluarkan sedikit demi sedikit darah karena Selly menginjak tumbuhan liar yang memiliki duri yang tajam.

Selly memegang kakinya yang terkena duri dari tumbuhan liar itu.

"Werewolf lemah sepertiku mungkin tidak akan hidup lebih lama lagi. Aku lemah." ucap Selly. Lalu mendudukan bokongnya kedahan pohon yang telah roboh.

Helaan napas gusar dilepaskan oleh Selly, dimana dirinya saat ini? Katanya.

"Kenapa kau keluar dari gubuk, nona?"

Suara itu sontak membuat Selly berdiri dari duduknya dengan kaget, "Si---siapa anda nyonya?"

Wanita tua, berambut ikal itu tersenyum jenaka. "Aku Marlie, jangan memanggilku nyonya, nona."

Selly merasa was-was terhadap perempuan didepannya saat ini, "Kenapa aku bisa berada disini?"

"Langkah kakimu yang membawamu kemari, nona." wanita tua atau Marlie masih senantiasa mempertahankan senyum jenakanya.

"Ada apa dengan senyummu? Kenapa aku tidak mencium aroma apapun disini?"

"Mari kita masuk kedalam dulu, wanita muda. Di luar sangat berbahaya. Kau tahu bukan?"

Selly menoleh kiri dan kanan, lalu kembali menatap Marlie dan menganggukan kepalanya.

Marlie membawa Selly kedalam gubuk atau rumah kecil itu. Ia menyuruh Selly duduk di kursi kecil yang memperlihatkan keadaan di luar rumah.

"Aku ambilkan minum sebentar." kata Marlie lalu berjalan menuju dapur.

Selly melihat keadaan rumah ini, seingatnya ketika ia tersadar dari tidurnya keadaan disini sangat gelap. Ia mengira dirinya buta tetapi ternyata tidak.

Selly akan menanyakan hal itu pada Marlie.

"Tara... Ini dia air mineralnya dan ini obat untukmu." Selly melihat tidak yakin pada kedua minuman didepannya.

"Jangan takut, aku diperintahkan Cleorin untuk menjagamu." kata Marlie.

Mendengar perkataan Marlie, ia pun menatap penuh harap padanya. "Nyonya Cleorin Pattinson?"

"Benar sekali. Kau tahu? Dirimu hampir saja mati di tangan rogue." Selly memandang kaget pada Marlie.

"Benn---arkah? Apa yang terjadi padaku, Marlie?"

"Rogue itu memukulmu. Cleorin membawamu padaku, ia menemukanmu diatas pohon. Rogue itu telah mati, Cleorin membunuhnya." jelas Marlie.

"Apakah nyonya Cleorin terluka?"

"Tidak, nona. Ia adalah ahli pedang, Cleorin menggunakan pedang untuk membunuh rogue itu." Selly tersenyum manis mendengar jawaban Marlie.

"Ternyata senyummu indah, Selly." kata Marlie, membuat sang empunya tersenyum kikuk.

Tok... Tok... Tok...

"Marlie! Ini aku Cleorin." Marlie berdiri lalu berjalan membuka pintu rumah dengan perlahan.

"Masuklah, Eor." Cleorin Pattinson atau Ibu Jack mengangguk dan masuk kedalam rumah kecil itu dengan tersenyum.

"Hai Selly." sapanya.

"Luna? Aku mendengar dari Marlie bahwa Luna bertarung melawan rogue."

"Hanya satu rogue, tak masalah manis." kata Ibu Jack.

"Hei duduklah kalian berdua, apa tidak merasa aneh berbicara sambil berdiri, huh?" ujar Marlie yang sedang duduk melihat Ibu Jack dan Selly.

"Kau masih sama ternyata, Marlie." tutur Ibu Jack.

"Aku hanya bertambah gendut, kawan."

Ibu Jack tertawa menanggapi balasan Marlie. Lalu ia melihat secara bergantian kepada Selly dan Marlie.

"Selly akan aku bawah ke kota Marlie. Apa kau mengenal seseorang disana?"

"Kenapa Luna? Apa aku melakukan kesalahan besar sehingga membuatmu mengusirku dari istana?"

"Tidak, Selly. Aku hanya menjauhkanmu dari Jack, nak. Maafkan aku, mungkin ini yang akan membuatnya sadar atau malah melupakanmu, tapi aku yakin ini adalah keputusan yang terbaik." jelas Ibu Jack seraya mengelus bahu Selly.

"Apa tidak apa, Luna?"

"Mungkin, ya."

Selly melihat kearah kakinya, lalu menangis. Ia merasa sesak mengingat akan terpisah jauh dari Jack.

"Ini adalah yang terbaik, Selly."

Marlie melihat hal itu hanya bisa menutup matanya lalu menghembuskan napas berat. "Mungkin ini keterlaluan, Eor. Memisahkannya dari pasangan hidupnya." kata Marlie.

Ibu Jack menatap Marlie yang memasang raut wajah khawatir. "Ini untuk Jack, King Of Werewolf."

"Selly akan masuk kedalam University Of Bologna, tentang fakultas atau apapun itu aku menyerahkan kepada Selly. Ia yang akan memilihnya." jelas Ibu Jack pada Marlie.

Marlie menoleh pada Selly yang sedang menatap pada Ibu Jack dengan raut sedihnya.

"Aku mempunyai teman disana, namanya Jenifer ia memiliki rumah yang sederhana, Jenifer adalah wanita tua yang sangat baik. Ia memilik satu anak lelaki, bernama Jonathan. Jonathan berkuliah di University Of Bologna." Marlie berbicara dengan tenang.

"Mungkinkah Selly bisa tinggal disana? Aku akan membayar makan, tempat tidur, serta biaya-biaya lainnya."

"Ya, Eor. Aku akan menghubungi Jenifer sebentar." kata Marlie.

Ibu Jack tersenyum mendengarnya, lalu kembali menoleh ada Selly yang sedari tadi menatapnya dengan raut sedihnya.

Melihat raut sedih yang diperlihatkan oleh Selly membuat Ibu Jack memeluknya, "Tenanglah manis. Ini tak apa."

Bersabarlah, manis. Sebentar lagi. Katanya.

                                      🌱🌱🌱

Yayy up lebih awal ternyata😂
Vote dan komen yah teman-teman.
Salam hangat.
See you.

A Werewolf's [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang