Satu

4.8K 344 3
                                    

Kisah ini dimulai saat aku berlibur ke rumah ibuku pada liburan musim panas. Ya, ibuku dan ayahku bercerai entah beberapa tahun yang lalu, aku pun tak ingat. Dan sekarang aku tinggal bersama ayahku dan istri barunya, Nessie. Sebenarnya aku lebih suka tinggal bersama ayahku dan istri barunya, namun mereka sibuk menyiapkan keperluan untuk pindah rumah dan mengatakan bahwa aku akan bosan selama liburan musim panas. Inilah sebabnya aku ada disini, menghabiskan liburan musim panasku.

Angin sepoi-sepoi meniup beberapa bunga dandelion. Matahari yang perlahan-lahan  mulai tertutup oleh awan, dan udara segar yang selama ini aku tunggu-tunggu. Suasana disini jauh berbeda dengan rumah ayahku yang penuh dengan kota-kota metropolitan dan asap-asap kendaraan yang membuat sesak. Yaaah, mungkin itulah alasan ayahku memutuskan untuk pindah rumah ke tempat yang lebih tenang, mungkin.

  “Wah wah wah… coba lihat sekarang anak Mama sudah sebesar apa!” katanya bersemangat sambil menghampiriku.

  “Iya, ya. Kau sudah besar, seperti gajah” kata adik laki-lakiku, David yang masih berumur 13 tahun dengan nada mengejek.

  “Diam kau anak kecil” kataku pada David kesal.

Aku jarang sekali berkunjung kesini, ke rumah bekas nenek-kakekku yang telah meninggal karena umur. Mungkin sekitar 4 tahun sekali, dan ini adalah kunjungan keduaku sejak aku ikut ayahku pindah ke kota.

Aku masuk ke dalam rumah sambil membawa tasku yang beratnya melebihi berat 30.000 orang dewasa. Ah tidak, sebenarnya tasku tidak berat sama sekali karena isinya hanya beberapa baju untuk musim panas. Kamarku terletak di lantai atas, berwarna biru cerah yang ditempeli oleh beberapa foto masa kecilku. Setelah selesai merapikan beberapa barang, aku pun membaringkan tubuhku ke kasur. Huft, ini hari yang melelahkan dan kurasa aku harus tidur sebentar.

Namaku Liana Rox-el dan tahun ini aku berumur 18 tahun. Sudah cukup besar untuk mengecat rambutku menjadi warna ungu. Dan sialnya, sudah cukup besar untuk terlalu sibuk dengan komputer sampai-sampai aku menderita miopia berat sehingga aku harus memakai kacamata tebal ini. Aku adalah orang yang benar-benar suka kebersihan, tapi aku tidak termasuk mysophobia. Kau tahu, beberapa orang tak suka terkena bakteri, bukan?

Beberapa jam setelah aku tertidur, aku pun bangun untuk makan malam di lantai bawah bersama ibuku dan adikku. Klasik. Mereka hanya bertanya-tanya tentang bagaimana aku hidup disana, tentang sekolahku, tentang teman-temanku, dan yang paling aku tidak sukai adalah tentang… pacarku. Ya, aku tahu dengan umurku yang semakin beranjak dewasa, ditanyakan hal semacam itu adalah pertanyaan yang normal. Tapi tak tahu kenapa aku merasa risih dan terganggu, entah karena memang aku tak suka bahasan semacam itu atau karena aku yang tidak punya pacar.

Setelah selesai makan malam, aku mengajak adikku untuk menemaniku di kamar atas, sekedar untuk mengobrol. Yaaa, kau tahu, bukan hanya mereka yang penasaran tentang kehidupanku. Terkadang aku juga penasaran tentang bagaimana kehidupan mereka disini, bagaimana kabar ibu yang sekarang,… uhm,… tidak memiliki pasangan, bagaimana adikku dan sekolahnya, dan terkadang aku penasaran bagaimana keadaan nyonya Betty, tetanggaku dulu yang sangat galak dan suka melempariku dengan sandal saat aku masih kecil.

  “Kau tau? Kau tau? Aku punya rahasia besar yang kudapat dari Mama! Aku yakin kau tak akan pernah menduganya!” kata adikku sesaat setelah aku menutup pintu.

  “Hmmm? Rahasia apa?” tanyaku sambil menghampiri adikku yang sedang duduk di karpet.

  “Cerita lama yang aku temukan di dalam laci lemari Mama! Dan bahkan aku sendiri pun tak percaya, dan kau tak akan percaya, dan…” katanya bertele-tele.

  “Jadi, itu cerita macam apa?” tanyaku memotong ucapannya.

  “Kakek kita dulu itu pernah berperang melawan zombie! Ah, tunggu sebentar, aku punya bukunya” katanya sambil berdiri dan membuka pintu untuk turun tangga.

Life in Death : Re-50.yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang