Empat Puluh Enam

656 101 0
                                    

Namun… entah bagaimana, para zombie itu hanya melewati ruangan ini begitu saja. Mereka hanya melihat ke arah pintu dan berpaling. Aku menghembuskan nafas, lega. Benar-benar lega.

Untuk keadaan seperti, aku sendiri tak yakin bisa menghadapi mereka semua. Maksudku, keadaan kami semua sedang tidak fit.  Lemah, lelah, sakit, kata apalagi yang bisa menggambarkan keadaan kami?

  “Uh sial, bau amis segar apa ini?” batinku berbicara sementara aku menutup hidungku.

  “Mam…” kata Ex tiba-tiba sambil memperlihatkan kakinya.

Kaki Ex… Kaki Ex mengalami pendarahan lagi. Darah segar keluar begitu banyak. Dan aku tak bohong, baunya tak bisa disembunyikan. Sebenarnya baunya tak begitu busuk, tapi tetap saja bau darah itu bukan bau yang enak. Maksudku, kau akan lebih suka mencium aroma kue panggang daripada bau darah, bukan?

Dan tiba-tiba…

  “ARRGHH!!”

Raungan itu terdengar lagi. Tapi… tapi kenapa? Ah tunggu, apakah makhluk bernama zombie itu juga bisa menghirup aroma?

Seperti yang diperkirakan, raungan-raungan itu terdengar jelas lagi, yang artinya zombie-zombie itu semakin mendekat ke ruangan ini. Ah, aku terlalu ceroboh menganggap kami akan baik-baik saja.

Nyatanya, takdir memang sebercanda itu. Membuat kami merasa lega, dan beberapa saat setelahnya membuat kami dalam bahaya. Selucu itukah hidup?

Life in Death : Re-50.yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang