Dayne sibuk membersihkan pedang Yuki dan gergaji mesinku yang berlumuran darah. Sayangnya, senjata milik Dayne masih bersih karena ia belum membunuh zombie menggunakan rantai besinya itu. Sementara Mark terlihat lemas.
“Ada apa, Mark?” tanyaku.
“Peluru. Peluruku sepertinya tertinggal di mobil itu katanya lemas sambil mengecek tasnya kembali.
“Berapa sisa pelurumu saat ini?” tanyaku menanggapi dengan serius.
“Sialnya hanya tinggal 6” katanya.
“Apa yang bisa aku lakukan tanpa peluru? Bagaimana kita akan bertahan?” tanya Mark panik.
“Tak apa Mark, kau punya kami” kata Ex sambil menoleh ke arah Mark.
“Okay, karena sudah terlanjur, mari kita cek barang-barang yang masih sempat kita bawa di tas kita” usulku, takut kalau-kalau ada barang penting yang ikut meledak dengan mobil.
Kami semua mengecek tas kami masing-masing, berharap barang-barang yang kami selamatkan benar-benar penting bagi kami untuk ke depannya.Kami kehilangan mobil yang berarti kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan. Dan kami harap, kami tak kehilangan sesuatu yang penting lagi.
“Di tasku ada beberapa makanan, kotak obat ini, 2 botol air mineral, dan 2 pasang pakaian. Bagaimana dengan Mam?” tanya Ex.
“Hmm… mam punya cemilan, 3 pasang pakaian tipis, kotak darurat berisi pisau, gunting, senter, dan lainnya, air mineral, dan tisu yang tak tau fungsinya untuk apa” jawabku.
“Tasku isinya hanya makanan dan minuman saja. Ada roti, kue, kentang rebus tumbuk, penyedap rasa, air mineral kecil, minuman berbagai rasa, dan masih banyak lagi. Oh! Bahkan disini ada daging mentah, jagung mentah, dan beberapa makanan mentah lainnya” kata Yuki setelah mengecek tasnya.
“Ummm… BBQ” kataku sambil nyengir.
“Tasku isinya hanya kain. Ada lap kecil, baju, dan entahlah mengapa ada pakaian dalam disini” kata Dayne sambil sedikit tersipu dan membuatku menutup mata saat ia menunjukkan bahwa itu pakaian dalam wanita.
“Tasku isinya bensin, air mineral, tali tambang, 1 pasang pakaian, beberapa pemantik, palu, obeng, dan entahlah” kata Mark tak mau melanjutkan.
“Pemantik dan bensin dalam satu tas? Sini Mark pemantikmu, biar aku yang bawa” kataku khawatir.
“Sekarang giliranku” kata David sambil tersenyum.
“Tasku isinya celana pendek, tali berukuran sedang, sandal tipis, piloks, buku, cermin…” belum selesai David menyebutkan barang-barangnya beberapa dari kami mulai menyela.
“Untuk apa kau bawa cermin?” tanya Mark heran.
“Sini! Sini! Aku pinjam cerminnya!” kataku semangat.
“Argh, bekas dihidungku sepertinya akan permanen. Aku rindu kulitku yang mulus” kataku sambil melenguh setelah melihat wajahku di cermin. Bekas luka di hidungku benar-benar mengganggu.
“Aku juga mau pinjam, Mam” kata Ex sanbil mengambil cerminnya dariku.
“Oh indahnya mataku” kata Ex sambil memperhatikan bola matanya yang berwarna emas itu.
“Aku juga, aku juga!” seru Yuki sambil mengambil cermin itu dari Ex.
“Dasar perempuan” kata Mark.
“IIIIIII” kata dia sambil memeriksa giginya di cermin. Kurasa ia sangat memperhatikan gigi karena ia suka sekali senyum sambil memperlihatkan deretan gigi-giginya.
“Kenapa warnanya jadi begini? David apa kau punya sikat gigi?” tanya Yuki.
“Ah,… ada, aku bawa setoples. Entahlah isinya berapa buah, mungkin 12. Aku juga punya sabun, shampo, dan pasta gigi” tambah David.
“Alat mandi? Ahhh senangnya~ aku mau mandi!” teriakku semangat. Yah, lagipula kita berada di sungai, kan?
“Jangan, El. Ini masih tengah malam. Nanti kalau sudah tua badanmu pegal-pegal” kata Mark menasehati.
“Tapi aku sangat ingin mandi” kataku.
“Besok pagi saja, sekarang kita ganti baju dan tidur” kata Mark.
“Tapi kalau hanya gosok gigi tak apa, kan?” tanya Yuki.
“Ah iya, itu sih tak apa-apa” kata Mark.
![](https://img.wattpad.com/cover/160996321-288-k26612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life in Death : Re-50.years
Macera(LANJUTNYA DI S2) Terkadang, penasaran itu bisa membunuhmu. Maksudku, benar-benar membunuh. Sialnya, rasa penasaranku justru menyebabkan kekacauan di seluruh dunia. Makhluk-makhluk sialan itu- ah. Aku bersumpah aku akan menyelesaikan kekacauan ini...