Tiga Puluh

709 114 0
                                    

  “Aku sendiri sudah biasa menebas zombie-zombie sialan itu dan melihat darah mereka menciprat kemana-mana. Tapi jujur, kurasa sampai saat ini aku belum bisa memotong jari-jariku sendiri hahaha” kata Yuki.

  “Kau tau sensasi saat kau menunggu detik-detik kau disuntik dan merasa ngeri karena kau tau kau akan segera disuntik?” tanya Ex.

  “Mengerikan” kata David yang aku tahu ia takut pada jarum suntik.

  “Ngomong-ngomong David, kenapa kau tadi buru-buru ingin menjalankan mobil padahal kau tau kalau Ex masih belum naik?” tanya Dayne pada adikku. Sebenarnya dari tadi aku menunggu seseorang menanyakan hal ini karena jika aku tak menjelaskan aku takut mereka berpikir bahwa David dan aku egois.

  “Sebenarnya David sudah memperkirakan kalau Ex akan muncul dari sisi samping depan karena tadi saat Ex bilang ingin buang air kecil is pergi ke samping dan kita berjalan maju lagi. Ex punya kemampuan berlari kencang dan aku yakin ia bisa mengetahui ada gerombolan zombie datang dari arah lain, yaaa lagipula suara raungan abstrak zombie-zombie itu cukup kencang di telinga Ex. Kalau kita diam dan menunggu Ex kembali, kemungkinan besar zombie-zombie itu akan sampai di mobil kita lebih cepat, sedangkan Ex menunggu sendirian dari arah samping depan” kataku panjang lebar sambil menyetir tanpa peduli apakah penjelasanku bisa dimengerti atau tidak.

  “OOOOOHH” kata mereka ber-oh ria hampir bersamaan.

  “Aku bahkan tak sampai kepikiran” kata Yuki.

  “El, aku kan tak pernah bercerita tentang pikiranku padamu” kata David yang sepertinya kaget.

  “Entahlah, aku hanya kepikiran seperti itu” jawabku.

  “Ngomong-ngomong tanganku mulai terasa sakit. Mark, mau gantian menyetir lagi?” tanyaku pada Mark.

  “Okay” jawabnya singkat sambil bertukar posisi denganku.

Aku pun menyenderkan diri ke kursi, meregangkan badanku yang mulai pegal-pegal. Aku meminta nasi ketan berisi telur berukuran kepalan tangan anak kecil dari tas belakang dan mulai memakannya.

Matahari mulai terbenam, tahu bahwa malam bukan lagi waktu untuk dia menampakkan diri. Cahaya langit berwarna jingga terlihat sangat indah dari kaca mobil, untung saja aku pilih duduk di depan. Beberapa burung berterbangan, kembali ke sarang tempat ia harusnya berada.

Dayne, Yuki, David, dan Ex tertidur pulas di belakang. Mungkin mereka lelah dengan perjalanan yang tak pasti, yang tak tahu kapan harus berhenti. Rasa lelah pada tubuh, pikiran, dan hati ini mulai terasa lebih kuat saat hari beranjak malam. Dan aku yakin, begitupun pada Mark yang sedang fokus menyetir dan terlihat mulai lelah. Lelah akan semuanya.

Life in Death : Re-50.yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang