Kami mengambil ancang-ancang untuk melawan karena dalam keadaan seperti ini, mustahil kami bisa kabur dan menghindari zombie-zombie mengerikan itu. Aku mulai menyalakan gergaji mesinku, menghasilkan suara berderu bising yang khas. Ex sudah siap-siap dengan kedua cakram bajanya yang ia kepal di tangannya, siap melemparkannya dengan cepat sampai melesat tepat ke kepala zombie-zombie itu seperti biasanya. Mark sudah memegang senapannya yang seolah siap kapanpun untuk menembak ke segala arah. Sedangkan Dayne menutup kepalanya dengan tudung hitam pada jubah itu lagi dan menggenggam ujung rantai dari rantai sabitnya yang besar itu, membuat dirinya terlihat seperti malaikat maut yang datang untuk mencabut nyawa.
“3…” Mark berbisik memulai hitungan.
“2…” Dayne berbisik melanjutkan hitungannya.
“1…” kata Ex, sepertinya ia tak berniat untuk ikut berbisik seperti yang lainnya.
“MULAI!” aku berteriak, disusul oleh gerakan kami yang melesat maju ke arah masing-masing untuk menghancurkan zombie-zombie itu.
Aku berjalan cepat ke depan, menebas zombie-zombie yang berusaha menghampiri untuk menggerogotiku.Tubuh mereka terbelah, kepala mereka terpenggal, jatuh ke aspal dengan darah yang menciprat kemana-mana. Tatapan mata kufokuskan untuk penyerangan, memastikan bahwa semua gerakanku akan mengenai mereka. Keringat mulai bercucuran di pipiku, disusul oleh nafasku yang mulai memendek. Terlebih lagi, terkadang aku harus membenarkan kacamataku yang hampir merosot itu karena saking banyaknya gerakan. Sekitar 30 lebih zombie harus aku selesaikan sendiri.
Aku terus mengayunkan gergaji mesinku kesana dan kemari, berharap zombie-zombie itu akan mati. Ex sibuk dengan cakramnya. Ia melompat untuk memperbesar jarak serangannya. Tak seperti aku, gerakan Ex lebih cepat dan lebih kuat. Ditambah dengan matanya yang tajam, membuat cakram itu 2 kali lebih berguna. Satu cakram bisa membunuh 2 zombie sekaligus karena perhitungannya yang sepertinya tak pernah meleset. Ex akan selalu mengincar leher zombie-zombie itu karena mereka akan langsung tumbang.
Mark sibuk dengan senapannya. Ia membidik ke segala arah, ke zombie-zombie yang mulai menghampirinya. Satu dua peluru melesat tepat ke otak mereka. Membuat mereka langsung tumbang. Awalnya aku agak ragu saat kupikir senjata api kurang bisa dipercaya untuk membunuh zombie karena senjata itu tak mengenai bagian tubuh zombie secara langsung. Tapi kini, aku percaya Mark akan baik-baik saja dengan senjata apinya itu.
Sedangkan Dayne? Ia sibuk melemparkan rantai yang berujung sabit itu pada zombie. Mengenai kepala, dada, dan perut mereka. Mengotori sabit besar itu dengan darah. Ini pertama kalinya aku melihat senjata seperti itu, dan aku bahkan tak tahu cara kerjanya. Tapi melihat Dayne yang mahir menggunakannya, kurasa ia akan baik-baik saja.
Kami semua berjuang dan terus melawan. Mempertahankan nyawa kami dari zombie-zombie yang lapar akan kehidupan. Rasa lelah dan letih tak menghentikan kami untuk membunuh mereka.
“Dorr!!” tembak Mark. Akhirnya zombie terakhir selesai terbunuh, membuat jalanan penuh dengan zombie-zombie menyeramkan tak utuh yang tergeletak penuh darah. Dan disini, kami berdiri kelelahan, dikelilingi oleh zombie-zombie yang tumbang. Aku mematikan gergaji mesinku, mencoba untuk meregangkan semua otot-ototku yang sudah pegal ini. Begitu pula Ex, Dayne, dan Mark yang terlihat kelelahan.
“Aku pusing” kata Ex sambil memegang kepalanya.
1 detik, 2 detik ia masih berdiri. Namun setelah hampir 1 menit sejak ia mengatakan itu, Ex tiba-tiba pingsan. Daripada mengangkatnya, aku memilih untuk ikut berbaring di atas aspal karena tubuhku memang kelelahan, diikuti oleh Mark dan Dayne yang sama-sama berbaring di tengah jalanan, mencoba melepas penat walau hanya sesaat.
![](https://img.wattpad.com/cover/160996321-288-k26612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life in Death : Re-50.years
Aventure(LANJUTNYA DI S2) Terkadang, penasaran itu bisa membunuhmu. Maksudku, benar-benar membunuh. Sialnya, rasa penasaranku justru menyebabkan kekacauan di seluruh dunia. Makhluk-makhluk sialan itu- ah. Aku bersumpah aku akan menyelesaikan kekacauan ini...