Empat Belas

880 147 2
                                    

Di pagi buta ini, aku sudah terbangun, dan seperti biasa aku tak melihat Ex. Padahal aku yakin ini masih pagi sekali dan tak mungkin ia berburu saat langit masih gelap. Aku pun bangun dan mengambil tasku.

Sebenarnya aku sudah memikirkan untuk pergi dari semalam, meninggalkan rumah ini. Entahlah apa yang akan terjadi selanjutnya, yang pasti aku lebih memilih untuk pergi membunuh zombie sendirian dibandingkan tetap bersama mereka yang menyiksa batinku. Mungkin ini pilihan bodoh, tapi inilah pilihan yang aku inginkan.

Aku berjalan keluar rumah, menuju--- entah kemana. Namun belum sampai 5 menit aku berjalan, suara langkah kaki itu terdengar.

  “Siapa itu?” tanyaku sambil melihat ke belakang.

“Mungkin cuma angin” pikirku.

Aku pun lanjut berjalan lagi, tapi suara itu tetap saja muncul lagi. Aku yakin itu bukan suara langkah kakiku karena saat aku berhenti berjalan, suara itu masih ada dan tiba-tiba berhenti.

  “Siapa disana?!” teriakku sambil melihat ke belakang. Tiba-tiba munculah kepala Ex dari balik pohon di belakang sana sambil tersenyum.

  “Ex?” tanyaku.

  “Hai” sapa Dayne sambil membuka tudungnya yang juga muncul dari balik pohon itu.

  “Dayne?” tanyaku.

  “Mau apa kau disini?” tanyaku pada mereka sambil memegang kepalaku.

  “Ng,… aku tau Mam akan pergi, jadi kami sudah persiapan lebih awal untuk mengikutimu, Mam” kata Ex. Akhirnya mereka keluar dari tempat persembunyiannya dan mulai menghampiriku.

  “Hmmm,… kalau Ex sih aku masih bisa mengerti. Tapi Dayne, untuk apa kau mengikutiku?” tanyaku pada Dayne.

  “Aku ingin ikut saja” katanya sambil membuat tanda “peace” dengan jari tangannya.

  “Oh iya, Mam. Bukan hanya Dayne yang ikut. Mark juga ikut” kata Ex tiba-tiba.

  “Mark?” tanyaku agak bingung.

  “Mark keluarlah!” teriak Dayne pada pohon disebelah kiri.

  “Ng,… aku mau minta maaf, El” katanya sambil keluar dari balik pohon itu.

Aku pun tersenyum lebar. Mungkin mereka tak suka denganku, mungkin mereka kesal padaku, tapi sepertinya,… mereka tidak akan membiarkanku berjuang sendirian.

Kami pun berjalan bersama-sama ke tempat dimana kami bisa mengakhiri segala kekacauan ini. Aku dengan gergaji mesinku, Ex dengan kedua cakram bajanya, Dayne dengan rantai sabitnya, dan Mark dengan senapannya. Entah bahaya apa yang akan kami temui selanjutnya, kami siap.

Life in Death : Re-50.yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang