Dua Puluh Satu

794 130 3
                                    

Keesokkan harinya, seperti seharusnya, aku mengenalkan adikku kepada teman-temanku, Ex, Dayne, dan Mark. Mereka semua berkumpul di ruang tengah yang luas itu sambil mengerjakan --- entah apa itu urusan mereka masing-masing.

  “Oke, jadi sekarang aku akan memperkenalkan adikku” kataku sambil menarik David ke ruang tengah untuk bertemu teman-temanku.

  “Ini David” sambungku.

  “Ohhh! Ini adik Mam yang waktu itu Mam ceritakan yah?!” seru Ex keras.

  “Iya iya” jawabku.

  “Dia berbeda dari yang aku bayangkan. Aku kira ia lebih kecil karena kau menyebutnya ‘adik kecilku’ saat cerita. Lihat! Tingginya bahkan hampir sama denganmu” kata Dayne yang fokus pada tingginya.

  “Dia kecil, Dayne. Dia kecil dan akan selalu menjadi kecil” jawabku penuh penekanan.

  “Apa sih kau ini. Terima saja bahwa sebentar lagi, tinggiku akan melebihimu” kata David protes.

  “Eeeh? Mana mungkin!” kataku tak percaya.

  “Ya sudah nanti lihat saja” David mencibir.

  “Ya sudah!” kataku.

  “Jadi ini mau dilanjut apa nggak perkenalannya?” kata Jesica tiba-tiba.

  “Hah? Ng,… oke oke maaf” kataku bingung.

  “Seperti yang kalian tau, kita berpisah karena, yaaa sedikit kesalahpahaman. Maksudku, kelaparan dan rasa lelah membuat kalian sedikit kesal, bukan? Ya seperti itulah” kataku bingung menjelaskan.

  “Mam, ceritakan soal bagaimana awal mula virus zombie!” kata Ex bersemangat.

  “HAH?!” seru Jesica, Yuki, Hany, dan Fauzia yang sepertinya kaget.

  “Apa? Kalian belum tau apa-apa?” tanyaku yang juga bingung.

  “Tau apanya?” tanya Hany.

  “David, kau tidak memberitahu mereka?” tanyaku sambil melihat ke arah David.

  “Aku menjaga nama baikmu tau” katanya menggerutu.

  “Oke, agar makin jelas, aku akan menceritakan semuanya” kataku sambil mulai duduk disusul oleh David yang akan duduk juga.

  “Jadi,…” baru saja aku mulai bercerita, ia sudah memotong omonganku. Huft.

  “Apa ada yang punya popcorn? Sepertinya cerita ini akan seru” kata Dayne tiba-tiba, tak tahu malu.

  “Tak ada popcorn disini. Tapi kalau kau mau keripik, aku menaruhnya di toples warna hijau di sebelah microwave” kata Fauzia.

  “Okay” kata Dayne berdiri dan mulai menuju dapur.

  “TOLONG AMBILKAN BUATKU JUGA YAAA!” teriak Yuki memekikkan telinga.

  “OKAYYY! JANGAN MULAI CERITANYA TANPA AKU!” teriak Dayne dari kejauhan. Mereka sungguh berisik!

Setelah Dayne menghilang dari pandanganku, ya maksudku menuju dapur, kami hening untuk beberapa waktu. Sial, ini sangat canggung! Tak lama kemudian, Dayne kembali dengan 2 toples hijau yang berisi keripik. Ia pun memberikan satu toples pada Yuki, dan mulai duduk.

  “Apa yang kau tunggu? Ayo mulai cerita” kata Dayne membuatku kesal.

  “Menurutmu dari tadi kami menunggu siapa?” tanyaku ketus.

  “Oh iya ya?” tanya Dayne yang… sudahlah, aku lelah.

  “Jadi, dulu kakekku pernah melawan zombie…” belum selesai aku bicara, ucapanku sudah dipotong lagi. Menyebalkan.

  “Maksudmu kakekku?” tanya David sebenarnya tidak penting.

  “Kakekku, David” kataku kesal.

  “Kakekku, El” kata David.

  “Baiklah, baiklah kakekmu” aku berkata pasrah.

  “Jadi, dulu kakekku pernah…” sudah kuduga, pasti akan terpotong lagi.

  “Hey! Kita sudah sepakat itu kakekku” kata David. Aku tak mengerti apa yang ada di pikirannya.

  “DAVID! Berhentilah bicara!” kataku benar-benar kesal.

  “Huft” katanya mengeluh.

  “Jadi, dulu kakek David pernah melawan zombie. Eh tunggu, mulai darimana yah ceritanya?” kataku bingung.

  “AAAAAAKK!” teriak orang-orang hampir bersamaan.

  “Jadi kapan cerita ini mulai? Aku masih punya banyak hal untuk dikerjakan!” kata Jesica.

  “Iya! Aku sudah mulai lelah dengan cerita yang terputus-putus ini!” kata Mark protes.

  “Sabar, sabar. Okay kita mulai dari sini saja” kataku sambil sedikit terkekeh.

  “Saat itu sore hari, aku dan David pergi ke halaman belakang rumah untuk mengungkap suatu misteri tentang pesan dari kakek kami yang ada di buku. Namun saat pencarian kami yang amat melelahkan…” ceritaku terpotong lagi. Kenapa begitu banyak gangguan?

  “Apa apaan? Kau hanya diam melihatku dari jauh karena kau tak mau terkena kotor, El!” kata David tak terima.

  “Terserah terserah, ini ceritaku jadi biarkan aku bercerita” kataku tak peduli.

  “Huft” katanya kesal, merasa tak adil.

  “Okay, saat David sedang mencari sebuah petunjuk, tiba-tiba kami mendengar suara aneh” kataku bercerita dan LAGI-LAGI TERPOTONG. SIALAN.

  “Apa itu zombie?” tanya Yuki penasaran.

  “Bukan, itu anjing milik Bu Betty” jawabku disusul oleh ekspresi kecewa orang-orang.

  “Nah, karena kami panik, kami lompat ke sebuah lubang untuk bersembunyi dari anjing rabies sialan itu. Namun, saat aku melihat ke arah kanan, aku melihat sebuah papan kayu besar yang sepertinya menutupi sesuatu. Saat aku mau membukanya, tiba-tiba…”

Life in Death : Re-50.yearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang