Keesokkan harinya, aku terbangun di pagi hari, sendirian. Aku pun bangun, mencuci muka di sungai, dan mulai mencari Ex. Apa sih yang sedang dilakukannya di pagi hari seperti ini? Aku berjalan dan terus berjalan sambil meneriakkan namanya.
“Ex! Ex!!” teriakku kesusahan karena namanya yang memang aneh jika diteriakkan.
“Iya Mam! Disini!” teriaknya dari arah pepohonan.
Aku pun menghampiri asal suaranya. Hmmm, rupanya ia sedang mengambil buah apel. Tapi sebentar, apa itu,… cakram?
“Ex, apa itu cakram?” tanyaku padanya.
“Iya! Selama beberapa tahun aku belajar menggunakan cakram baja ini. Dan akhirnya sekarang aku sudah lancar. Lihat, Mam!” serunya sambil melemparkan kedua cakram tajam itu ke ranting pohon apel. Dan ajaibnya, kedua apel itu jatuh disusul dengan Ex yang berlari untuk menangkap cakram yang memutar kembali padanya. Apa ini sihir atau dia memang mahir?
“Cakram,…”
“Cakram,…”
“CAKRAM!”“Oh! Jadi ‘si cakram’ itu kamu?!” tanyaku keras padanya.
“Apanya yang ‘si cakram’, Mam?” ia bertanya balik.
“Ayo kita duduk sebentar! Ada yang perlu aku bicarakan” kataku.
Ia pun menghampiriku sambil membawa kedua apel itu. Kami pun duduk di sebuah kayu besar yang berada di dekat situ.
“Aku dan adikku sedang mencari orang yang bisa membantu kami melawan dan memusnahkan virus zombie. Daftar petunjuk yang harus dicari ada di buku usang lama milik kakekku karena kakekku dulu juga mengalami masa zombie seperti ini. Hmmm, singkatnya seperti kejadian 50 tahun yang terulang kembali” kataku panjang lebar.
“Jadi?” tanyanya singkat.
“Oh my God, sebenarnya untuk apa aku menjelaskan panjang lebar. Jadi maksudku, aku harus mencari orang-orang yang bisa membantuku dengan petunjuk yang ada di buku, sama seperti kakekku 50 tahun lalu” jawabku mulai kesal.
“Oh oh oh! Aku mengerti, Mam! Tapi, sekarang dimana buku itu?” tanyanya yang baru mengerti itu.
“Ng,… dibawa adikku?” kataku yang sebenarnya juga bingung.
“Terus bagaimana mau mencari teman-teman sesuai daftar?” tanyanya.
“Justru itu” jawabku yang bahkan aku sendiri ingin tertawa.
“Tapi kita tak bisa diam saja disini. Besok kita akan mulai berangkat mencari sekutu untuk memusnahkan zombie-zombie itu sebelum mereka yang memusnahkan kita” aku melanjutkan.
“Mam mau apel?” tanyanya tiba-tiba sambil menyodorkan salah satu apel.
“No, Ex. Aku tak suka buah” jawabku.
“Kalau Mam lapar, ambil saja muffin keju yang ada di tasku ya, Mam!” katanya disusul dengan gigitan besar giginya pada apel yang dipegangnya. Yaaah, siapa sangka anak ini adalah reinkarnasi dari si cakram yang melegenda?
Malam pun tiba. Kami memasang api unggun lagi dan mulai memasak ayam yang Ex buru dan bunuh dengan cakramnya. Yaaah, senjataku memang lebih berguna untuk melawan zombie, tapi kau tak bisa memotong kepala ayam dan mengambil apel dengan gergaji mesin, bukan?
“Mam, mau dengar tentangku?” tanyanya.
“Ceritalah” jawabku.
“Tahun ini aku berumur 16, mungkin, akupun tak yakin. Mam-ku pergi entah kemana setelah kami kecelakaan pesawat. Sedihnya, aku tak bisa mengingat wajah keluargaku, kecuali Mam. Aku bahkan tak bisa ingat namanya” katanya sambil tiduran diatas rumput.
“Aku bahkan tak tau dia dimana, atau apakah ia masih hidup di tengah-tengah keadaan seperti ini. Aku tak tau apakah ia masih ingat aku, atau apakah ia ingin bertemu denganku juga” lanjutnya.
“Aku harap aku bisa bertemu Mam,… itulah sebabnya aku sangat senang saat melihatmu yang sangat mirip dengan Mam-ku…” lanjutnya sedih sambil melihat langit.
“Kau bisa panggil aku Mam jika kau mau” kataku tiba-tiba. Entahlah, mungkin ini akan membuatnya sedikit senang.
“Benarkah?” tanyanya.
“Iya,…. Tapi jangan terlalu sering” kataku bingung sendiri.
“Terima kasih, Mam” katanya santai.
“By the way, apa rambutmu memang seperti itu? Hitam dengan sedikit bagian yang putih seperti Anna dari film Frozen?” tanyaku.
“Mam pernah dengar Marie Antoniette Syndrome?” tanyanya.
“Belum. Itu bahasa dari planet mana?” tanyaku cuek.
“Sepertinya aku mulai yakin kalau kau bukan Mam-ku. Mam-ku tak sebodoh kau, Mam” katanya membuatku pusing.
“Lalu mata itu memang berwarna emas sejak kau lahir?” tanyaku.
“Aku tak tau, hmmm,… atau aku tak ingat yah?” katanya bingung sendiri.
Malam ini, bintang-bintang bermunculan menghiasi langit malam. Bahkan beberapa kunang-kunang berterbangan menambah indahnya malam. Dan esok hari, petualangan bertahan hidup kami, akan dimulai.
![](https://img.wattpad.com/cover/160996321-288-k26612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life in Death : Re-50.years
Aventura(LANJUTNYA DI S2) Terkadang, penasaran itu bisa membunuhmu. Maksudku, benar-benar membunuh. Sialnya, rasa penasaranku justru menyebabkan kekacauan di seluruh dunia. Makhluk-makhluk sialan itu- ah. Aku bersumpah aku akan menyelesaikan kekacauan ini...