D U A

701 55 5
                                    

" Berharap itu ibarat memenangkan lotre.
Menang hoki, kalah ya coba lagi."

-Si penguntit

***

Bel pulangan telah berdentang sejak lima belas menit yang lalu. Di depan kelasnya, Hera menyandarkan tubuh mungilnya pada tembok. Sesekali hazel cokelatnya melirik ke arah pukul tiga. Di sana, tepatnya di kelas XII IPS 1 ada beberapa penghuni kelas itu yang melaksanakan piket kebersihan. Termasuk ada Huda di sana yang sedang memantau anggota kelasnya.

" Lo nunggu apa sih, Ra? " tanya Bani yang telah bosan menemani gadis itu.

" Nunggu Huda," jawab Hera sekenanya.

Hera berjalan ke depan, menatap lapangan yang mulai dipenuhi dengan anak-anak club basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hera berjalan ke depan, menatap lapangan yang mulai dipenuhi dengan anak-anak club basket. Dulu, ia begitu terobsesi untuk menjadi pemain basket putri. Bahkan gadis bergigi gingsul itu juga berhasil menjadi kapten basket putri sewaktu masih duduk di kelas sebelas. Namun obsesinya itu harus berhenti sebelum gadis itu merasakan tournament basket persahabatan tahunan yang merupakan event yang paling ditunggu-tunggu club basket SMA GARDA karena hanya dilaksanakan setiap dua tahun sekali.

Seminggu sebelum hari H, Hera mengalami kecelakaan yang menyebabkan tulang kaki kanannya mengalami keretakan yang apabila dipaksakan untuk mengikuti tournament dapat memperparah keadaan kakinya. Baginya, keadaan kaki bukanlah menjadi penghalang dalam meneruskan bakatnya di dunia basket. Namun sayangnya, bunda melarang anak gadisnya itu untuk kembali terjun ke dunia basket.

" Kamu boleh main basket lagi tapi kamu stop sekolah umum dan cukup home schooling,"

Seperti itulah kata bunda saat Hera merengek ingin kembali ke dunia basket. Alhasil, di sinilah kembaran Huda itu sekarang. Hanya bisa menatap dan memberikan suport kepada club basket sekolahnya tanpa bisa terjun ke lapangan. Jika dulu Hera adalah pemain, maka posisinya sekarang adalah sebagai penonton. Miris.

Bani melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 14.30 . Laki-laki berkacamata itu mendekati Hera yang sedang menatap lapangan dengan fokus.

" Ra." Bani menepuk punggung gadis itu.

" Gue duluan ya, bentar lagi waktunya akustik latihan."  Bani pamit undur diri yang diangguki mengerti oleh Hera.

" Oke, semangat ya! "

Bani tersenyum simpul dan menepuk-nepuk kepala Hera.

Ah, jika Hera perhatian seperti ini maka jangan salahkan Bani kalau semakin menyukai gadis berhazel coklat itu.

***

" Gue udah selesai, duluan ya! "

Huda mengangguk saat Anya, gadis berkacamata itu pamit pulang setelah menyelesaikan tugas piketnya. Tepat setelah Anya keluar dari kelas, sepersekian detik berikutnya gadis berhazel cokelat masuk ke dalam kelasnya. Seperti tahu apa yang ingin dilakukan gadis itu, Huda mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Stalker Fifty Meter [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang