" Cowok berbuat baik kepada semua cewek itu bukan berarti PHP. Kalian aja yang baperan."
-Si duta sekolah
***
Ting tung!
Suara bising dari bel rumah yang dipencet dari luar mengusik kesibukan aktivitas membaca novel seorang gadis berambut panjang lurus dengan tubuh semampai itu di atas kasurnya. Ingin meneriaki orang rumah yang lain untuk membukakan pintu namun sayang ia baru ingat jika hanya ia sendiri yang sedang ada di rumah ini.
" Sabar! "
Mau tak mau dengan terpaksa gadis itu turun dari kasurnya. Merapikan sedikit penampilannya yang hanya mengenakan kaos kebesaran dan hotpans. Ia keluar dari kamarnya dengan mulut yang menyumpah serapah pelaku yang sudah menganggu waktu rehatnya.
" Ganggu banget sih, ah! Gak tau lagi nyantai juga masih berani bertamu! " umpatnya mengiringi langkah ke arah pintu utama.
" Pokoknya kalo sampai ini Nara sama Rena awas aja! " ekspetasinya sebelum membuka pintu.
Ceklek
Pintu kayu jati yang berukir itu ia buka lebar dengan kesal. Namun kedua matanya mengerjap beberapa kali saat sosok yang berdiri di depan pintu rumahnya justru sosok laki-laki jangkung yang sedang mengembangkan senyum hingga kedua pipi tirusnya menunjukkan lesung.
" Angga! " panggilnya tak sadar dengan sorot mata yang masih menatap tak percaya.
" Sandra, ya? " tanya Anggara memastikan.
Dengan gerakan patah-patah Sandra mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu tak kuasa menahan wajahnya agar tak merona saat Anggara kembali tersenyum.
" Ah, ternyata lo beneran Sandra. "
Sadar dengan siapa ia berhadapan saat ini, Sandra mempersilakan Anggara untuk masuk ke dalam namun ditolak halus oleh laki-laki itu.
" Lo cuma sendirian? " tanya Anggara ketika Sandra menawarinya masuk.
" Iya."
" Kalau gitu gue cukup di luar aja. Lebih aman, " ucap Anggara sedikit melirik penampilan Sandra yang sebenarnya sangat jauh dari kata sopan untuk menjamu tamu.
" Sorry, mungkin lo bisa ganti pakaian dulu? Gak enak dilihat orang," tegur Anggara yang membuat Sandra mematut diri.
Mendapat teguran dari Anggara seperti ini membuat Sandra jadi malu sendiri. Pantas saja laki-laki itu dipercaya menjadi duta sekolah, sikap disiplinnya bukan hanya sekedar pencitraan belaka namun fakta nyata bawaan laki-laki itu.
" Eh, iya. Gue pikir lo tadi temen-temen gue. Kalo gitu lo duduk aja, gue ke dalam dulu buat ganti. Sekalian deh lo mau minum apa? "
" Apa aja."
" Oh oke, bentar ya! "
Anggara mengangguk, Sandra pun segera melesat masuk ke dalam rumah dengan jantung yang berdetak abnormal. Susah payah Sandra menelan salivanya. Kejutan dalam rangka apa ia mendapati sang idola muncul di hadapan rumahnya?
Dengan gerakan secepat mungkin Sandra mengganti hotpans dengan rok di bawah lutut berwarna pink soft. Kaos putih kebesarannya ia masukan ke dalam rok yang sangat terlihat cocok dan apik untuk dilihat dan yang pastinya terlihat lebih sopan. Merasa sudah lebih baik, gadis itu keluar dari kamarnya.
Sekarang Sandra menuju dapur, mengambil jus jeruk yang tersimpan di dalam lemari pendingin kemudian ia seduh ke dalam gelas kaca. Tak lupa pula satu toples berisi kue kering ia taruh di atas nampan bersama segelas jus jeruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker Fifty Meter [Sudah Terbit]
أدب المراهقينEksistensi Anggara sebagai Duta Sekolah SMA GARDA yang mampu mengalahkan famous-nya Ketua OSIS ternyata bisa menciptakan dua kubu yang saling bertolak belakang. Apalagi jika bukan Fans Garis Keras dan Haters yang Maha Benar. Menjadi secret admirer A...