" Sedang ada di fase pacar rasa teman."
- Si duta sekolah.
***
Kringg... kringgg...
Kegiatan Huda yang sedang mengerjakan soal matematika di papan tulis selesai tepat bel istirahat berbunyi. Semua yang ada di kelas itu bersorak sebab sebelumnya Bu Maya dan seisi kelas membuat kesepakatan. Ada lima soal yang diberikan oleh guru matematika itu. Soal itu harus selesai tepat bel istirahat berbunyi. Tidak boleh sebelum ataupun sesudahnya. Jika soal selesai sebelum bel maka akan ada soal tambahan dan apabila selesai setelah bel berbunyi maka setelah istirahat nanti satu jam pelajaran matematika yang tersisa akan dihabiskan dengan mengerjakan kuis. Huda adalah orang yang terakhir mengerjakan soal dan untung saja sang ketua kelas mampu mengerjakannya dengan baik dan tepat waktu.
" Good job! " puji Bu Maya yang disambut tepuk tangan seisi kelas.
Huda kembali ke tempat duduknya, bertos ria dengan Anggara dan beberapa temannya yang duduk di deretan belakang.
" Berhubung kalian sudah berhasil menyelesaikan soal-soal tersebut dengan benar dan tepat waktu, satu jam kedepan kalian free class! " ucap Bu Maya yang disambut sorak syukur bahagia oleh seisi kelas.
Pasalnya, Bu Maya ini adalah guru yang sangat anti memberikan jam kosong. Guru yang selalu datang tepat waktu bahkan selalu masuk. Tidak pernah izin ataupun sakit selama mengajar. Benar-benar rezeki yang tidak boleh disia-siakan!
" Ya sudah, silahkan istirahat." Bu Maya keluar dari kelas.
Setelah guru itu benar-benar keluar dari kelas, barulah seisi kelas menjejakan kaki mereka keluar. Menuju kantin yang saat ini telah ramai dipenuhi siswa-siswi SMA GARDA yang kelaparan. Termasuk Huda, laki-laki itu bahkan sudah berlari keluar kelas mengejar Anya yang telah lebih dulu meninggalkan kelas.
Berbeda dengan Anggara, duta sekolah itu masih memilih stay di tempat duduknya. Ia tak mau mengikuti Huda. Lebih tepatnya, tak mau mengganggu sahabatnya yang sedang gencar-gencarnya mendekati Anya. Namun yang sebenarnya bukan itu alasan Anggara untuk bertahan di dalam kelas. Tepatnya, ia sedang menunggu kotak bekal biru yang sampai sekarang belum menghuni laci mejanya.
Anggara pikir, mungkin Sandra akan memberinya secara langsung. Tidak seperti hari-hari lalu yang diam-diam diletakkan setiap pagi buta. Mengingat identitas sang pemilik bekal saat ini telah resmi menjadi pacarnya, mungkin saja ia akan mendapatkannya secara langsung bukan?
Ingin rasanya ia pergi ke kantin, tapi bagaimana jika Sandra ternyata datang ke kelas ketika ia sedang tak ada di tempat? Anggara jelas tidak bisa membuat seseorang menunggu. Apalagi jika orang itu sekarang adalah pacarnya. Ingat, PACARNYA!
Ah, apa mungkin akan lebih baik jika Anggara yang langsung datang menemui Sandra?
Ya, sepertinya itu lebih baik. Memang sudah seharusnya laki-laki yang mendatangi perempuan bukan?
Anggara berdiri dari duduknya. Ia berjalan keluar kelas, menuju kelas XII IPS 3. Kelas yang hanya seling satu kelas dengannya.
" No, no, no! Mulai sekarang, nasi goreng ini buat Anggara, " ucap Sandra ketika Nara dan Rena ingin mencicipi nasi goreng yang berada di dalam kotak bekal hijau itu.
" Ah, gak asik lo. Buatin untuk kita juga, kek! " protes Rena.
" Hooh, pahala tau! " tambah Nara.
" Huuu... makanya belajar masak! Eh, siapa sih yang nutup mata gue? "
Nara dan Rena yang semula ingin memberitahu refleks menutup mulut ketika Anggara memberikan isyarat diam lewat jari telunjuk di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker Fifty Meter [Sudah Terbit]
Ficção AdolescenteEksistensi Anggara sebagai Duta Sekolah SMA GARDA yang mampu mengalahkan famous-nya Ketua OSIS ternyata bisa menciptakan dua kubu yang saling bertolak belakang. Apalagi jika bukan Fans Garis Keras dan Haters yang Maha Benar. Menjadi secret admirer A...