"Bukan pelit, hanya saja kita tidak terbiasa membagi apa yang kita miliki kepada orang lain."
-Si penguntit
***
"Hera!"
Gadis yang sedang tertawa bersama laki-laki berkacamata itu menghentikan langkah dan tawa mereka sejenak. Memutar kepala searah 90 derajat.
Seorang gadis bertubuh semampai dengan rambut yang digerai panjang mempercepat langkahnya menghampiri mereka.
"Sandra?"
Gadis cantik itu tersenyum manis.
Ya, sangat manis. Bahkan Bani sempat terpesona dengan senyum gadis itu. Hera mengenalnya. Gadis itu adalah ketua basket tim putri yang baru saja menjabat tahun ini.
"Lo dipanggil Pak Abu di ruang guru, sekarang!" beritahu gadis itu yang disambut gumaman O dari Hera.
"Oke, thanks," ucap Hera yang diangguki gadis itu.
"Ayok, Ban. Temenin gue ke Pak Abu." ajak Hera yang langsung diikuti oleh Bani.
Baru saja mereka berdua jalan beberapa langkah, suara lembut gadis tadi kembali memanggil Hera. Membuat mereka mau tak mau harus menghentikan langkah dan berbalik badan.
"Ya?" bingung Hera ketika gadis itu tersenyum malu.
"Eng... gue titip ini, ya? Tolong kasih ke Angga." Gadis itu menyerahkan sebuah kotak kecil hitam kepada Hera.
Alis kanan Hera menukik. Tak mengerti mengapa kotak itu harus ia terima.
"Kenapa harus ke Hera? Kenapa gak langsung dikasih ke orangnya aja?" tanya Bani mewakili Hera.
Gadis itu menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Mmm... gue malu. Setau gue Huda berteman dekat dengan Angga 'kan?"
"Kan yang temenan Huda, bukan gue," tambah Hera yang semakin membuat gadis itu salah tingkah.
"Tapi lo kembaran Huda. So, please bantu gue, ya?" mohon gadis itu.
Apa-apaan ini? Jika gadis itu sudah tahu Huda berteman dekat dengan Anggara mengapa tidak langsung titip kepada Huda saja? Kalau begini 'kan Hera juga yang ikutan repot.
"Please ...." mohonnya diikuti mata yang menampilkan puppy eyes. Membuat siapapun yang melihatnya pasti tak tega dan akan menuruti kemauan gadis itu.
Itu mereka, tapi tidak berlaku untuk Hera. Justru ia memutar bola matanya jengah. Satu hal yang ia tahu dari gadis itu. Pemaksa.
"Oke, nanti kita kasih ke Angga. Tenang aja."
Hazel coklat Hera membolak. Mulut mungilnya ingin melayangkan protes atas keputusan sepihak Bani. Namun belum sempat melontarkan protes mulutnya sudah dibekap oleh laki-laki berkacamata itu.
Bani sialan!
"Oh, thanks! Gue duluan, ya. Bye!" Gadis itu melambaikan tangan dan berlari melewati mereka.
"Lo apa-apaan sih?" kesal Hera ketika berhasil melepaskan tangan Bani dari mulutnya.
"Apanya yang apa?"
"Ck, segala bilang mau ngasih ini ke Anggara. Ngerepotin tau gak?" Hera menatap sengit kotak hitam yang ada di tangannya.
"Ya udahlah, sini biar gue aja. Sensi banget kayaknya setiap kali berhubungan sama Angga,"
"Ya jelas sensilah! Karena gue ...."
Hera merutuki kebodohannya. Hampir saja ia mengeluarkan kalimat, "Karena gue gak suka kalo Gara dapat barang dari cewek lain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker Fifty Meter [Sudah Terbit]
Roman pour AdolescentsEksistensi Anggara sebagai Duta Sekolah SMA GARDA yang mampu mengalahkan famous-nya Ketua OSIS ternyata bisa menciptakan dua kubu yang saling bertolak belakang. Apalagi jika bukan Fans Garis Keras dan Haters yang Maha Benar. Menjadi secret admirer A...