Aylin Hildegard, seorang mahasiswi tingkat akhir di universitas Heinrich Heine Dussledorf, tengah berjalan dikoridor asrama kampus. Rambut hitamnya yang panjang digerai berayun - ayun seirama dengan langkah kakinya ditambah dengan tubuhnya yang ramping dan gemulai membuatnya seolah - olah tampak berjalan melayang. Dia menyandangkan ranselnya dibahu sebelah kanan dan melangkah santai menuju kamar diujung koridor tidak mempedulikan tatapan nakal beberapa mahasiswa yang berpapasan dengannya. Asrama putra tampaknya lebih parah jika dilihat dari dalam, suara musik rock terdengar kencang dibeberapa kamar, sekumpulan mahasiswa yang berteriak - teriak tidak jelas dikamar entah apa yang mereka mainkan dan sepasang kekasih yang memadu asmara dikamar yang bahkan mereka tidak menutup pintunya. Aylin berdecak dan geleng - geleng kepala melihat itu semua, pada kenyataannya asrama putri juga hampir seperti itu tapi paling tidak mereka menutup pintunya.
Aylin sudah sampai didepan kamar diujung koridor lalu dia mengetuk pintunya. Samar - samar dia mendengar suara gitar yang sedang memainkan lagu yang dia kenal, Paramore - The Only Exception. Aylin mengetuk sekali lagi tapi suara gitar itu tampaknya terdengar lebih keras dari sebelumnya. Dia menghela napas dan hendak mengetuk lagi sebelum suara pria dibelakangnya mengagetkannya.
"Hey manis, apa kau hendak bercinta dengannya? sayang sekali dia hanya bercinta dengan gitarnya." kata pria tersebut yang entah muncul darimana.
"Diam kau. Dia sepupuku,bodoh." jawab Aylin setengah berteriak. Pria itu cekikikan dan pergi menyusuri koridor.
Aylin menghela napas lagi untuk menenangkan diri, dia mengetuk lagi pintunya dan mendengar suara sepupunya menyanyikan bait pertama lagu tadi. Dia berkesimpulan bahwa mungkin sepupunya tidak mendengar ketukannya, dia mencoba membuka pintu dan berharap pintunya tidak dikunci. Ternyata memang tidak dikunci. Apa semua mahasiswa putra disini tak pernah menutup pintu atau bahkan mengunci pintu? Aylin membuka pintunya dan melangkah masuk. Dia melihat sepupunya sedang duduk dikasurnya dan bersandar ditembok sambil memainkan gitar dan bernyanyi dengan suaranya yang lirih, dia bahkan tidak menoleh melihat Aylin.
Aylin memperhatikan sekeliling kamar sepupunya. Kasur berantakan, kaleng kosong bekas minuman dilantai, beberapa buku dan kertas berserakan dimeja disebelah kasurnya.
"Brad?" panggil Aylin.
Sepupunya tidak menjawab, dia masih menyanyikan lagu paramore dan memainkan gitarnya dengan lebih keras.
"Brad?" teriak Aylin yang mulai tidak sabar.
Akhirnya sepupunya itu menghentikan nyanyian, dia memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya ke dinding dibelakangnya sambil menghela napas.
"Oh sial..." jawab Brad. Dia meletakan gitarnya dikasur lalu dia menegakkan kepalanya menatap Aylin. "Ada apa?"
"Ada apa? seharusnya aku yang bertanya begitu, bukannya kau ada kelas hari ini?" tanya Aylin sambil memungut kaleng - kaleng kosong dilantai.
"Aku masih belum menemukan jawabannya." jawab Brad sambil menatap jendela disampingnya.
"Jawaban apa?" tanya Aylin. Dia membuang kaleng - kaleng tersebut ke tempat sampah kecil dipojok kamar lalu dia menatap sepupunya, Brad Delson. Mahasiswa kurus tingkat akhir yang memiliki bola mata yang hitam pekat, rambut hitam keriting kribo dan kulit yang putih pucat.
Brad mengusap - usap dahinya, "Jawaban atas diriku yang menjadi satu - satunya mahasiswa hukum yang tak berminat dengan hukum."
Aylin terdiam. Dia tahu sebenarnya Brad tidak mau kuliah tapi ayahnya yang merupakan dosen disini memaksanya.
"Lihat, kau tampaknya juga tidak tahu jawabannya." kata Brad yang masih bersandar didinding.
"Aku yakin maksud ayahmu baik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Der Kreuzer [END]
FanfictionSejarah kelam dari masa lalu kota Dusseldorf - Jerman tampaknya akan membuka gerbang neraka. Berawal dari sebuah perjanjian masa lampau seorang raja dengan iblis yang akan membuka kotak pandora berisi bencana dan musibah yang akan memakan korban jiw...