CHAPTER 9

7 1 0
                                    

Darek tengah duduk di kursi belakang kemudi mobilnya sembari menulis beberapa catatan kecil di buku jurnalnya. Darek saat ini berada di halaman depan St. Maximilian sedang menunggu Pastur Hendrik. Sesekali dia menyandarkan kepalanya sambil menikmati hembusan angin musim gugur yang merontokkan daun - daun pohon mandelbaum yang seluruh daunnya sudah berwarna cokelat. Rontokan daunnya memenuhi halaman depan gereja dan sebagian terbang tertiup angin, beberapa lembar daun terbang dan masuk ke mobilnya. Darek menghela napas, dia mengambil daun - daun itu dan membuangnya keluar.

Saat ini rencananya, dia dan Pastur Hendrik hendak ke sebuah rumah diperumahan Mendelweg. Ada seorang gadis 17 tahun yang menurut orang tuanya dia mengalami sakit yang aneh sejak kemarin. Gadis itu tiba - tiba menjadi sering berteriak tanpa sebab, tidak mau makan dan tidak mau minum. Saat orang tuanya mencoba menenangkannya dengan membacakannya Bible, gadis itu semakin histeris, bersembunyi dikolong tempat tidur dan melukai orang yang mencoba membawanya keluar. Mirip seperti yang terjadi pada Sister Irene tapi dia tidak sempat melukai orang lain.

Darek menutup buku jurnalnya dan mengalihkan pandangannya menatap halaman depan St. Maximilian yang tenang dan sunyi. Hanya terdengar suara angin dan gemerisik daun yang berguguran. Dia berpikir, saat ini sudah ada 2 kasus kerasukan yang terjadi, apakah sudah cukup sebagai tanda kedatangan Der Kreuzer? sepertinya belum. Der Kreuzer bisa berada dimana saja, tapi paling tidak ada satu tempat yang bisa dia periksa, satu tempat yang bisa dia selidiki untuk saat ini adalah di Heinrich Heine University. Dia butuh data - data mahasiswa baru yang masuk tahun ini, mungkin dia harus membujuk bagian admnistrasi untuk memberikan datanya atau mungkin dia akan berbicara lagi mengenai ini dengan Brad. Apakah Brad akan menerimanya? mungkin mereka malah berdebat lagi seperti sebelumnya.  

Darek melihat Pastur Hendrik tengah berjalan menuju mobil sambil menenteng sebuah tas hitam. Dia duduk disebelah Darek, menutup pintunya dan menghela napas. 

"Jadi...kau yakin gadis ini kerasukan?", tanya Darek.

"Berdasarkan ciri - ciri yang diceritakan dari orang tuanya sepertinya memang seperti itu. Tapi aku harus memastikannya dulu," jawab Pastur Hendrik sambil melepas kacamatanya.

"Apakah mereka religius?". Darek menyalakan mesin mobilnya.

"Iya, bahkan gadis itu hapal Exodus 1 hingga 20," jawabnya.

"Apakah seperti pada kasus Sister Irene? Mungkinkah ini tanda - tandanya?"

"Masih belum cukup bukti. Kau sudah menyelidiki mahasiswa baru di kampus Heinrich Heine?"

"Belum. Aku agak sulit membujuk Brad,"

"Kalau begitu kau kerjakan saja sendiri,"

"Tidak. Aku harus bisa meyakinkan Brad. Dia harus percaya bahwa Der Kreuzer itu ada karena jika aku wafat lebih dulu, dia akan melanjutkannya."

"Jika seperti itu, akan butuh waktu lama untuk membuatnya percaya tapi...janganlah menyerah, aku yakin suatu saat dia akan mendengarmu,"

Darek mengangguk lalu menjalankan mobilnya menuju Mendelweg. Selama perjalanan mereka lebih banyak terdiam. Pastur Hendrik lebih sering menatap pemandangan dari jendela disampingnya sedangkan Darek masih terus berpikir. Dia sedang dilema, sebenarnya dia juga tidak mau terburu - buru menyimpulkan bahwa ini tanda - tanda Der Kreuzer tapi di satu sisi dia juga khawatir jika memang ini benar dan dia terlambat bertindak. Dia juga berpikir dengan cara apa lagi dia harus menyakinkan Brad. Mungkin dia bisa mengcopy jurnalnya dan memberikannya untuk Brad sambil berharap semoga dia mau menerima dan membacanya, atau mungkin dia malah tambah membencinya. Darek sebenarnya ingin menjalin hubungan yang baik dengan Brad, tapi sepertinya dia belum bisa menerima apa yang dikerjakan Darek, bahkan itu membuatnya pergi dari dari rumah. Darek tak bisa mencegahnya.

Der Kreuzer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang