CHAPTER 22 - 23

7 1 0
                                        

Darek tidak terkejut mendengar itu, dia malah tersenyum ramah dan menyeruput kopinya lagi, "Apa kau yakin?" tanyanya.

"Yeah, aku sangat yakin. Aku terpicu dengan kejadian cewek yang kerasukan di asrama, setan yang merasukinya berbicara denganku,"

"Benarkah? Apa yang dia katakan?" tanya Darek sambil meletakkan cangkirnya.

"Dia tahu Der Kreuzer ada di Dusseldorf, dia memintaku untuk menyingkirkan iblis itu,"

"Kenapa dia bicara padamu?"

Brad terdiam sesaat lalu menjawab, "Aku tidak tahu," jawabnya berbohong.

Darek menghela napas, "Aku ada softcopy data mahasiswa baru, nanti akan aku kirim ke emailmu dan aku sudah membuat salinan jurnalku sejak beberapa bulan yang lalu." Dia membuka tasnya dan mengambil sebundle kertas lalu dia letakan di meja, "Karena aku yakin suatu saat aku akan menemukan waktu yang tepat untuk memberikan ini kepadamu dan tampaknya saat yang tepat itu adalah sekarang."

Brad mengambil sebundle kertas tersebut dan melihat – lihat sekilas beberapa halaman awal, "Kau dulu pernah bilang padaku, untuk menyingkirkan Der kreuzer, orang yang kerasukan tersebut harus di bakar atau ditenggelamkan, benarkah seperti itu?"

Darek mengangguk, "Itu sudah dilakukan sejak zaman The Dark Ages, makanya di zaman itu juga banyak penyihir yang dibakar karena diduga dirasuki Der Kreuzer."

Brad meletakkan bundle kertas itu dimeja, "Apakah hanya itu caranya?"

"Sampai saat ini hanya itu caranya,"

"Walaupun itu akan membunuh orang yang kerasukan tersebut?"

Darek mengangguk kembali. Setelah itu pelayan datang membawakan pesanan Brad, Gulaschsuppe, sup kuah kental dari daging sapi dan disajikan dengan potongan roti. Aroma sup yang hangat dan lezat itu sangat menggugah selera, hampir memecah konsentrasi Brad.

"Makanlah dulu," kata Darek lalu dia meminum kembali kopinya.

Brad tertawa, dia menyendok supnya ke mulut dan menikmatinya. Rasa gurih dan hangat sup itu membuatnya lupa sejenak dengan masalah yang sedang dia hadapi. Gulaschsuppe adalah makanan favoritnya, sebenarnya dia juga menyajikan ini di resto nya tapi entah kenapa dia lebih menyukai buatan Resto Maredo daripada buatannya sendiri. Brad sebenarnya menyadari jika Darek terus memperhatikannya selama dia sedang makan, dia sempat melihat sekilas, tatapan Darek sangat ramah seperti orang tua yang sedang menunggu anaknya selesai makan, tidak terlihat ekspresi kesal atau dendam padanya padahal Brad sering membentaknya. Secara personal, Brad sungguh menyesali jika dia dulu sering berdebat dengan ayahtirinya ini.

Setelah menghabiskan supnya, dia minum Kirschgluhwein, minuman hangat yang dibuat dari buah cheri yang di masak dengan tambahan kayu manis dan cengkeh. Minuman ini biasanya banyak disajikan saat menjelang natal tapi banyak resto yang menyajikannya sejak bulan Oktober.

"Thank you Darek, aku sudah lama tidak minum ini," kata Brad sambil meletakkan gelasnya yang sudah kosong.

"Bukannya di Im Schiffchen juga menyajikan itu?"

"Tidak dibulan Oktober, Im Schiffchen menyajikan ini beberapa hari sebelum natal,"

"Oh iya, kata Aylin asistenmu mengundurkan diri? Kau sudah dapat penggantinya?"

Brad menggelengg.

"Anaknya temanku ada berminat, dia lulusan tata boga, nanti aku suruh dia kirim resume ke emailmu. Tenang saja, dia tahan banting."

Brad tertawa mendengarnya.

Darek melanjutkan, "Jadi...mengenai masalah yang sedang kita coba bereskan ini...kau mau mulai dari mana? Dari mahasiswa baru di asrama putra?"

Der Kreuzer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang