Entah pukul berapa saat Brad tiba di Mendelweg tapi langit malam diatasnya terlihat makin kelam seiring dengan bulan yang tertutup awan dan tidak terlihat adanya bintang - bintang di langit. Suasana sepi di Mendelweg hanya terdengar suara jangkrik dan gonggongan anjing di kejauhan ketika Brad keluar dari mobilnya yang dia parkir di depan rumah Chester. Dia menghubungi Chester dengan ponselnya sambil melangkah menuju pintu depan, bunyi kerikil dan daun kering terinjak sepatu Converse nya terdengar jelas dimalam yang sunyi ini. Brad menghubungi Chester hingga 3 kali tapi tak kunjung dijawab.
"Shit!" seru Brad lalu dia menggedor - gedor pintu depan sampai beberapa kali sampai his knuckles terasa sakit.
Tak lama setelah itu terdengar suara Chester yang terdengar marah dari balik pintu "Who the hell is that?"
"It's me Brad, come on open the door!" teriak Brad, dia tidak peduli apakah suaranya akan membangunkan tetangga disekitar.
"How can I be sure if you really are Brad?" seru Chester dari balik pintu.
"Fuck! Don't you know my voice? Damn it!" teriak Brad yang kesal dan hampir putus asa.
Setelah itu terdengar kunci pintu yang dibuka lalu pintu depan terbuka, Chester yang hanya memakai boxers dimalam yang dingin begini menatap Brad dengan heran, "What the hell you doing in front of someone's house in the middle of the night?"
Brad tidak menjawab itu, dia mendorong Chester masuk kembali kedalam rumah lalu dia menutup pintunya.
"Whoa...whoa...whoa...What the hell happened? What the fuck is wrong with you?" tanya Chester dengan heran.
"Ches, listen to me, i...i need to talk to you." jawab Brad dengan ekspresi serius sambil tetap pinned Chester on the wall.
"So...kau mau bicara denganku atau apa?" tanya Chester yang tangannya masih ditahan di tembok oleh Brad.
"I am sorry." jawab Brad lalu dia melepaskan Chester.
"Duduklah, kalau kau datang kesini mau bicara denganku kau kan bisa datang dengan baik - baik." kata Chester sambil menutup pintu depan.
Brad menghela napas lalu dia melemparkan tubuhnya di sofa yang ada didekatnya tapi itu rupanya membuat kepala nya jadi sakit dan pusing. Dia meraba pelipisnya yang terluka, yang belum selesai diobati, dia merasakan masih ada darah basah dilukanya itu.
Chester duduk disebelahnya, "Kepalamu kenapa? Apa yang terjadi padamu?"
Brad tidak menjawab, dia meringis menahan sakit kepala sambil mengusap - usap pelipisnya yang terluka.
Chester melanjutkan, "Kau tahu? Sebenarnya ada juga yang ingin aku bicarakan denganmu. Sebenarnya aku mau bicarakan ini ketika aku menjenguk Mike dirumah sakit tapi ketika aku melihat keadaan kalian, aku mengurungkan niatku." Chester diam sambil menunggu reaksi Brad tapi Brad tidak menjawab dan masih meringis sambil mengusap pelipisnya. "Apa kau masih tertarik pada band kita?"
Akhirnya Brad menjawab, "Ches...Bisakah kita...bisakah kita tidak membahas tentang band dulu? Bukan ini yang hendak aku bicarakan...Ugghh...my head..."
"Lalu apa masalahmu? Karena aku merasa kau seperti menjauh beberapa hari ini, bukan hanya aku tapi yang lain juga."
Brad memejamkan untuk sambil menahan sakit kepalanya, "Aku...terlibat sesuatu."
"Terlibat apa? Narkoba? Prostitusi? Human Trafficking?" tanya Chester yang menyerocos karena tidak sabaran.
"Can you shut the fuck up for a minute?" Mereka berdua terdiam sesaat lalu Brad kembali berkata, "Aku akan jelaskan padamu semuanya tapi aku butuh waktu...satu menit...kepalaku sakit." Brad menyandarkan kepalanya di sofa sambil mengusap - usap pelipisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Der Kreuzer [END]
FanfictionSejarah kelam dari masa lalu kota Dusseldorf - Jerman tampaknya akan membuka gerbang neraka. Berawal dari sebuah perjanjian masa lampau seorang raja dengan iblis yang akan membuka kotak pandora berisi bencana dan musibah yang akan memakan korban jiw...