CHAPTER 38

7 1 0
                                    

"What? Apa kau sudah kehilangan kewarasanmu Brad? Rencanamu benar - benar gila!" seru Chester setelah dia mendengar bagaimana rencana yang dimiliki Brad untuk mengusir iblis itu dari tubuh Mike.

"You okay with crazy dan aku benar- benar butuh bantuanmu." jawab Brad.

"Aku memang okay with crazy tapi kegilaanku tidak pernah menyangkut nyawa orang lain." Chester membayangkan rencananya Brad. "Kau harus bisa melakukannya tepat waktu jika kau mau menyelamatkan Mike dengan cara seperti itu."

"Iya aku tahu itu, makanya aku butuh bantuanmu, aku tidak bisa melakukan ini sendiri. Jika kau membantuku aku yakin aku bisa melakukannya tepat waktu."

"Kau yakin? Di hutan yang gelap dan dingin begini?"

"Chaz please, don't make me down. Jika aku tidak ragu aku pasti bisa melakukannya."

Chester terdiam sesaat membayangkan kembali rencana yang akan dilakukan Brad dan akan menjadi tragis jika mereka gagal. "Jika misalkan kita gagal...apa dia punya keluarga di Jerman?"

"Tidak. Mike merantau ke Jerman sendirian."

"Tapi dia punya keluarga kan di Jepang?"

"Iya. Tadinya dia punya."

"Tadinya?"

"Kedua orangtuanya sudah meninggal dan adiknya bunuh diri, selain itu aku tak pernah mendengar dia bercerita mengenai paman atau bibi nya."

"Oh...poor Mike." Chester menggelengkan kepalanya sambil membayangkan hal tersebut.

"Sebaiknya kita jangan berpikir jika kita akan gagal itu malah akan mensugesti alam bawah sadar kita. Please Chaz, aku pasti bisa melakukannya tepat waktu dengan bantuanmu."

Chester menghela napas dan mengangguk, "Segila - gilanya diriku ternyata ada lagi yang lebih gila. Kau sangat berani untuk mengambil resiko itu. Aku sebenarnya berharap kita berhasil hanya saja...aku agak takut untuk melakukannya."

"Aku juga tapi hanya itu rencana terbaik yang terpikirkan olehku."

"Well, aku berharap raja Heinrich melihat ini dari neraka dan menyesali perbuatannya."

Entah kenapa Brad jadi tertawa mendengarnya, jiwa jenaka Chester masih terlihat walaupun mereka ada dalam kondisi sedarurat apapun. Selama beberapa menit mereka terdiam sambil berjalan menyusuri jalan setapak masuk ke hutan lebih dalam. Jarak antar pohon semakin rapat dan langit diatasnya hampir tertutup seluruhnya oleh pohon - pohon besar yang saling bertautan. Mereka harus konsentrasi dalam setiap langkahnya karena mereka melewati jalanan berbatu, jangan sampai mereka tersandung dan jatuh. Keadaan disekitar sangat suram dan mereka hanya memiliki satu senter.

"Kita hanya punya satu lampu senter." kata Brad.

"Kau bisa gunakan flashlight ponsel. Apa cahayanya mulai redup?" tanya Chester.

"Tidak. Hanya untuk berjaga - jaga. Oh Shit...!" seru Brad.

"What?" tanya Chester dengan penasaran.

Tanpa jawaban dari Brad, Chester bisa langsung mengetahui apa yang terjadi. Dia melihat kedepan dan tidak menemukan ada terusan dari jalan setapak yang mereka lalui. Jalan setapaknya habis, hanya ada pohon - pohon besar yang saling bertautan.

Chester berkata, "Damn it! Mungkin ini sebabnya mereka bilang disini tidak boleh dilintasi. Sekarang apa yang harus kita lakukan Brad?"

Brad mengambil sebuah batu dan menggores batang pohon yang ada didekatnya. "Sebaiknya kita buat tanda pohon mana saja yang sudah kita lewati." Brad menggores batang pohon itu dengan membuat tanda 'X' , ketika digores kulit pohon bagian luarnya terkelupas dan memberi warna yang berbeda dengan bagian yang tidak digores sehingga bisa tetap terlihat dalam hutan yang kelam ini. "Ayo lanjut."

Der Kreuzer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang