Shit, sepertinya kecurigaan Brad benar. Dia yakin setelah apa yang terjadi di perpustakaan kampus, dia yakin Aylin tidak akan lagi memegang janjinya. Sebenarnya dia sudah menyadari itu akan terjadi tapi lagi - lagi dia belum punya rencana apapun. Ini artinya mereka sudah ketahuan melalui apa yang dikatakan Aylin tapi mungkin Darek ingin mencari tahu langsung dengan bertanya kepadanya. Jika dia jujur, mungkin dia masih bisa mendapatkan sedikit waktu. Tapi...benarkah?
Darek berkata, "Brad, aku sudah tahu apa yang terjadi dari Aylin, oleh karena itu aku harus bicara denganmu...dan teman sekamarmu."
Fuck! benar kan? Mereka sudah ketahuan.
Brad menjawab sambil berusaha setenang mungkin, "Darek, aku butuh waktu untuk mengatasi ini semua."
"Aku tahu. Aku tahu itu, hanya saja aku perlu bicara dengan kalian, jadi...sekarang kau ada dikamar berapa?"
Brad tidak menjawab, dia mematikan ponselnya dan menggebrak kursi plastik ruang tunggu yang berada tepat disebelahnya dengan keras ( untung saja tidak sampai retak) bersamaan dengan perawat yang tadi keluar dari kamar. Perawat itu terlonjak kaget melihat apa yang dilakukan Brad.
Brad jadi salah tingkah, dia menghela napas untuk meredakkan emosinya, "Maaf..." katanya.
Perawat itu awalnya terlihat agak kesal dengan apa yang dilakukan Brad lalu akhirnya dia tersenyum singkat dan pergi dari sana dengan langkah cepat.
Brad mencoba menghubungi Aylin tapi tidak dijawab. "Shit!" serunya.
Setelah itu dia berdiri dan kembali ke kamar. Dia menutup pintunya perlahan lalu dia duduk dikursi disebelah tempat tidur. Dia menyandarkan kedua tangannya ditepi tempat tidur dan mencondongkan kepalanya lebih dekat ke leher Mike sehingga dia bisa mendengar napasnya. Brad menatap Mike yang masih tertidur dihadapannya, matanya masih tertutup rapat, masker oksigennya belum dilepas, tubuhnya masih terhubung dengan wires yang tersambung ke mesin dan monitor dan tangan kanannya masih tersambung pada selang infus. Melihat Mike seperti itu dia baru menyadari jika tadi malam tidak terjadi insiden apapun. Dia tidak tidur berjalan ataupun ngelindur. Sepertinya obat yang diberikan untuk mengistirahatkan tubuhnya membuat Iblis itu tidak bisa menggunakan tubuh Mike tapi bagaimana jika nanti saat dia bangun? Jujur, jika memang seperti itu yang terjadi, Brad setengah berharap lebih baik Mike tidur terus seperti ini. Selamanya.
Damn it! Apa yang dia pikirkan? Justru sebaiknya Mike segera bangun agar masalah ini bisa cepat terselesaikan.
Brad menegakkan kepalanya dan mendekat ke telinga Mike, "Mike, aku rasa Darek sudah mengetahui keadaan kita tapi tak usah khawatir, aku akan pikirkan jalan keluarnya dan aku butuh dukunganmu jadi...sebaiknya kau segera bangun."
Tentu saja Mike tidak merespon. Brad menghela napas dan merebahkan kepalanya di bantal Mike, dia bisa merasakan rambut Mike yang halus mengenai dahinya. Brad menggenggam tangan Mike, "Oh Mike...kenapa kau terlihat peacefully ketika tidur?" Brad memejamkan matanya tapi pikirannya tidak bisa diam. Otaknya terus berputar memikirkan langkah apa yang akan dia lakukan setelah ini. Entah sampai berapa lama dia seperti itu sampai tiba - tiba dia merasakan sesuatu.
Brad menegakkan kepalanya dan melihat tangan kiri Mike yang dia genggam. Dia yakin tadi Mike meremas tangannya. Dia beralih menatap Mike dan melihat bola mata dibalik kelopak matanya bergerak.
"Mike..." panggil Brad. Dia meremas tangan Mike dan Mike balas meremasnya. Kedua kelopak matanya perlahan terbuka dan memperlihatkan bola matanya yang berwarna cokelat gelap.
"Mike, aku senang kau bangun." kata Brad, dia menekan tombol yang ada didekat tempat tidur untuk memanggil perawat. Kedua mata Mike sekarang sudah terbuka penuh dan terus menatap Brad yang ada disampingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Der Kreuzer [END]
Hayran KurguSejarah kelam dari masa lalu kota Dusseldorf - Jerman tampaknya akan membuka gerbang neraka. Berawal dari sebuah perjanjian masa lampau seorang raja dengan iblis yang akan membuka kotak pandora berisi bencana dan musibah yang akan memakan korban jiw...