CHAPTER 37

8 1 0
                                        

Brad berjalan di kamar asramanya yang gelap dan dingin. Jendela kamarnya terbuka dan dia bisa melihat tirainya berkibar - kibar tertiup angin. Dia mengedarkan pandangan kesekeliling kamarnya yang terasa sunyi ini. Tak ada siapapun disini dan tak terdengar suara apapun. Brad merasa agak janggal, kenapa dia bisa ada dikamarnya? Kapan dia kembali ke kamarnya? Dia merasa ada sesuatu yang terlupakan. Dia merasa ada sesuatu yang penting yang harus dia kerjakan, lalu kenapa dia malah ada disini?

Apakah ini mimpi? Tapi keadaan ruangan disekitarnya terlihat nyata.

Brad berjalan perlahan ke ruangan disebelah kamarnya. Kamar temannya. Dia mendapati kamar itu tak berpenghuni. Tempat tidurnya rapih seperti tak ada tanda - tanda bekas ditiduri, disekitarnya juga tidak ada barang - barang lain seperti tas, sepatu atau pakaian yang menandakan bahwa kamar itu ada penghuninya. Hanya ada tempat tidur dan meja yang terdapat sebuah foto disitu. Foto dengan frame ukuran 3R dimana disekitarnya terdapat beberapa vas kecil berisi macam - macam bunga yang cantik dan beberapa tiny cards yang terdapat tulisan on it. Brad melihat siapa yang ada di foto itu.

Mike? Oh God...

Dan dengan bunga - bunga ini, apa yang sebenarnya terjadi? Brad mengambil beberapa kartu kecil yang ada dimeja kecil itu dan membacanya.

Rest in piece. 

May God give him a decent place.

May he now in a better and peaceful place. 

May God grand him the gift he deserves over his goodness in life.

He has been with the Giver of Goodness. May all the pain he had is now gone.

Brad tak sanggup membaca sisanya, kartu - kartu itu terlepas dari genggamannya dan berjatuhan ke lantai.

Tak mungkin. Ini tak mungkin terjadi. Seharusnya tidak berakhir seperti ini. 

Brad keluar dari kamarnya dan berlari menyusuri koridor asrama yang sepi. Tak ada siapapun disitu. Tak ada yang memberinya penjelasan atas apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya tidak berakhir seperti ini, seharusnya dia berhasil menyelamatkan Mike, kenapa dia bisa gagal? Apa karena di terlambat bertindak?

Tidak. Itu tidak mungkin.

He storms out of the building dan berlari di halaman kampus melewati pohon - pohon yang daunnya berguguran. Dia tersandung dan jatuh ditumpukan daun - daun kering. It's hurt. Bukan kakinya yang sakit tapi dadanya. Seperti ada yang mengikat dadanya, membuat perasaan dan emosinya meluap, membuat tenggorokannya tercekat dan membuatnya mencengkram daun - daun kering yang ada dibawahnya.

Mungkin tak apa - apa jika dia menangis disini.

Brad, wake up.

Tidak ada yang melihatnya jika dia menangis disini.

Wake up.

Emosinya meluap dan dia berteriak.

Brad.

Dia berteriak sampai dia merasakan tamparan di wajahnya.

--------------------------------------------------------


Brad terlonjak bangun dan mendapati dirinya ada di mobilnya. Napasnya terengah - engah, kepalanya berdenyut dan pipinya terasa panas seperti habis ditampar. Dia melihat keadaan disekelilingnya dengan pandangannya yang buram. Jalan raya yang sepi dengan deretan pohon - pohon besar di kanan dan kirinya yang dahannya saling bertautan. Suram dan gelap, hanya itu yang suasana yang terpancar dari keadaan disekitarnya.

Saat ini mereka dalam perjalanan menuju Black Forest dan Chester mengemudikan mobil Brad agar Brad bisa beristirahat sejenak. Brad merasakan seorang menepuk pundaknya. Dia menoleh melihat Chester yang sedang mengemudikan mobilnya. Chester sesekali menatapnya dengan tatapan khawatir, "Maaf aku terpaksa menamparmu, kau mengigau, kau tak apa - apa?"

Der Kreuzer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang