bagian 9

6.2K 894 14
                                    

Jeno pulang dengan luka lebam disudut bibirnya. Dalam sebuah pertarungan, tentu kedua belah pihak berusaha melancarkan serangan-serangannya. Begitupun dengan Eric. Meski pada akhirnya Eric lah yang terpukul mundur, ia sempat meninju rahang Jeno sebagai bentuk perlawanan. Jeno tak begitu mempermasalahkan hal itu. Toh ia memang tulus menolong. Yang jadi permasalahan adalah, bagaimana caranya nanti menjelaskan semua ini kepada ibu nya?

Dicegat oleh pemuda pendek agar ia mau membantu temannya yang tengah dicumbu oleh kekasihnya, begitu? Terlihat sedikit memalukan untuk diceritakan. Bukan 'memalukan' dalam artian menjijikan tapi, hal seperti ini adalah hal privasi bagi ke empat pemuda yang ia tolong tadi.




"Lho, Jen? Ini bibir kamu kenapa lebam gini?" Tanya Doyoung khawatir.

"Abis nolong orang yang kena rampok tadi, Bu. Jeno bantuin nangkep rampoknya, malah kena tonjok gini sama si rampok" Jeno terpaksa berbohong; ia tak mau orang tuanya khawatir berlebihan.

"Ya ampun, Jen. Sini! Lebamnya ibu obatin." Doyoung berjalan ke arah dapur; mengambil peralatan untuk mengompres lebam disudut bibir anaknya.

"Eunwoo mana, Bu?" Tanya Jeno setelah ibunya kembali dari dapur.

"Udah tidur. Nangis tadi nyariin kamu, Jen"

"sshh pelan-pelan Bu"

"Ya ini udah pelan-pelan" Doyoung mengobati luka Jeno dengan telaten.






"Ibu" Jeno kembali membuka suara setelah beberapa saat, sesekali mendesis pelan karena luka disudut bibirnya yang mungkin tengah meradang.

"Eum?"

"Kayanya Jeno mau resign aja dari kerjaan"

Doyoung yang kaget dengan pernyataan anaknya tanpa sengaja menekan luka Jeno yang membuatnya mengaduh kesakitan.

"Aahh Bu sakit!"

"Eh iya maaf ibu ngga sengaja." Ia pun kembali mengobati luka Jeno dengan penuh kehati - hatian. "Kamu yakin Jen? Dulu kamu ngotot banget mau ngajar disitu. Kok sekarang berubah haluan? Apa kamu udah ada niatan buat gantiin posisi ibu dikantor ayah?" Lanjutnya.

"Ya, mungkin. Jadi direktur kayanya ngga buruk"

Senyum Doyoung mengembang sempurna; menampilkan deretan gigi putihnya hingga gusi-gusinya ikut terlihat.

"Sip anak ibu! Minggu depan mulai kerja, ok?"

Doyoung mengecup pipi Jeno sayang.

"Apaansi bu cium-cium. Jeno udah dewasa, Bu~"

"Kamu Dewasa nya kan bagi orang lain. Kamu tetep anak kecilnya ayah sama ibu. Lukanya juga udah selesai diobatin, gih istirahat."

"Makasih ibu cantik," puji Jeno.

Baik Doyoung maupun Jeno sama - sama terkekeh sebelum akhirnya beranjak ke kamar masing-masing untuk beristirahat.



━━━━━━━━━━━━━━━



"Renjun"

Tak ada tanggapan. Renjun terus-terusan melamun pasca kejadian tempo hari lalu. Bahkan Renjun tidak menyentuh makanannya sedikitpun. Ia hanya terus menangis. Key merasa bingung. Disisi lain ia juga benar-benar marah terhadap oknum bernama Son Eric. Jika diperbolehkan, ingin sekali Key melempari wajah Eric dengan kotoran Forest — anjing peliharaannya.

"Renjun, makan ya?" Bujuk Key pantang menyerah.

Ia dan Onew juga sudah menyerahkan kasus ini pada pihak yang berwajib. Enak saja pelaku yang telah melukai hati serta harga diri anaknya bisa hidup dengan tenang!

Renjun menggeleng; merespon ajakan ibunya untuk makan.

"Hiks Bunda"

"Tenang ya? Jangan takut. Bunda sama ayah ada disini. Dia ngga bakal macem-macemin kamu lagi" tutur Key.

"Bun, Renjun malu hiks orang-orang pasti mikir yang engga-engga tentang renjun hiks" kata Renjun terbata-bata.

"Ngga bakal. Bunda bakal sumpel mulut orang yang berani ngomong macem-macem tentang kamu pake kaos kaki ayah" bukan apa-apa, kaos kaki milik Onew memang terkadang mengeluarkan bau busuk — cocok untuk menyumpal mulut netizen laknat.

Renjun mengangguk. Tembok keberaniannya seakan mulai terbangun kembali. Memiliki keluarga lengkap yang harmonis dan sahabat yang selalu mendukungnya adalah anugerah terbesar bagi Renjun. Renjun ingin bangkit agar tidak mengecewakan orang terdekatnya.

Ia memeluk ibunya erat hingga tanpa sadar kantuk mulai menyerang. Ia pun memilih untuk tidur dalam dekapan hangat bundanya.

'Besok, renjun harus lebih berani! Yang salah itu eric, bukan renjun' batin renjun teguh.


━━━━━━━━━━━━━━━



Hari minggu ini Haechan, Jaemin dan Daehwi berencana untuk mencari paman yang telah menolongnya tempo hari lalu.

Mereka sudah banyak merepotkan orang asing itu. Akan sangat tidak sopan jika mereka tidak berterima kasih karena telah mau menolong Renjun sekaligus meminta maaf karena telah merepotkan. Namun, pencarian mereka terasa buntu. Pasalnya, mereka bahkan tidak tau siapa nama orang itu. Namun seingat Daehwi, ia adalah orang yang mereka jadikan bahan lelucon ketika tengah berada dicafe minggu lalu. Ah mereka merasa durhaka sekarang.

Mereka akhirnya memutuskan untuk datang lagi ke cafe tersebut. Berharap agar si orang asing akan berkunjung kesana lagi. Renjun juga memutuskan untul ikut bergabung. Bagaimanapun juga, ia adalah orang yang paling mendapat pengaruh dari bantuan si paman.

"Kamu yakin Wi kalo dia itu orang yang waktu itu aku katain orang-orangan sawah karena dateng kesini sendiri?" Tanya Renjun penasaran.

"Iya Jun. Aku inget betul sama mukanya yang ganteng banget itu."

"Ngrasa durhaka aku tuh sama si paman. Aku udah ngejadiin dia jokes, tapi dia malah jadi orang yang nolongin aku" ucap Renjun sendu. Kepalanya ia rebahkan pada meja.

"It's simply menjelaskan kalo orang itu adalah orang baik. Aku yakin itu Jun. Ah beruntung banget yang jadi istri dia" tutur Jaemin.

"Huhu Jaem mau nangis aja deh aku. Eric sialan!"

"Make a move Jun. Kamu pasti bakal nemu orang yang lebih baik dari dia." Kata Haechan menyemangati.

Renjun menghela nafas kasar. Ia benar-benar berharap untuk cepat bertemu dengan si paman.



Hampir 4 jam menunggu, namun orang yang mereka tunggu tak kunjung datang. Ya, memang kemungkinan orang itu datang ke cafe bahkan tidak sampai 1%. Namun mereka tetap optimis untuk terus menunggu.




Kegiatan menunggu dihari minggu ini mereka putuskan cukup. Mereka akan berkunjung lagi esok hari.








TBC

✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang