bagian 43

5.1K 694 212
                                    

Setelah menempuh perjalanan darat selama kurang lebih empat puluh lima menit, disinilah Doyoung sekarang. Didepan rumah Renjun, bersama Jeno yang tengah sibuk memencet bel. Fyi, Eunwoo juga ikut menjenguk Renjun.

Doyoung merasa kikuk sekarang. Untuk pertama kali nya ia berkunjung ke rumah Renjun. Pertama kali juga bagi Doyoung untuk bertatap mata secara langsung dengan Renjun nanti.

Ngomong-ngomong soal buah tangan, Doyoung juga membawa banyak makanan. Ada parsel berisi buah-buahan, roti dengan berbagai macam toping, serta banyak makanan ringan yang sekiranya Renjun gemari.

Doyoung sempat mampir ke supermarket tadi. Akan sangat tidak elit, jika Doyoung datang dengan tangan kosong. Apalagi ini adalah kunjungan perdana ke rumah uhuk besan.

Jeno sendiri sampai sampai geleng-geleng melihat betapa excited nya Doyoung untuk menjenguk Renjun. Kedua tangannya penuh menenteng kantung belanjaan untuk Renjun. Heran, juga senang disaat yang bersamaan; itulah yang Jeno rasakan sekarang. Sebuah langkah Bagus, untuk mempercepat waktu bagi Doyoung untuk memberi restu untuknya.

"Ini rumah siapa, ayah?" Eunwoo yang berada di gendongan Jeno berceletuk.

"Rumah mama kamu," bisik Jeno lirih. Sekilas, ia melirik Doyoung yang nampak harap harap cemas, karena pintu rumah Renjun belum juga terbuka.

Eunwoo mengerjap polos. Jari telunjuknya ia masukkan kedalam mulut, seperti tengah memakan permen. Eunwoo bingung, mama seperti apa yang Jeno maksud. Seumur hidupnya, ia tak pernah tahu mengenai orang yang disebut mama. Disaat temen sebayanya sibuk memanggil manggil mama mereka, Eunwoo justru sibuk memanggil nenek nya. Ia tak pernah memusingkan soal kehadiran mama dalam hidupnya. Pikiran anak kecil memang sesederhana itu.

Cklek

Pintu terbuka, menampilkan Key dibaliknya. Key terkejut, ketika ada dua orang lain yang datang bersama Jeno. Satu anak kecil yang Key paham betul, jika ia adalah anak Jeno. Dan ada satu orang tua yang seumuran dengannya, yang tak Key tahu siapa.

"Jeno?," ucapnya.

Alisnya terangkat, seolah bertanya mengenai siapa orang tua yang berdiri disamping Jeno dengan kantung belanjaan dikedua tangan.

"Tante, ini ibu saya... Mau jenguk Renjun" ujarnya.

Key tersenyum cerah, begitupun Doyoung. Doyoung meletakkan barang bawaannya, kemudian berjabat tangan dengan Key dan saling mengenalkan diri masing-masing.

"Ayo masuk, masuk" kata Key.

Key mempersilahkan si tamu masuk, seraya membantu membawa barang bawaan Doyoung kedalam.

Mereka mendudukkan diri diruang tamu keluarga Lee.

"Ini buat Renjun, jeng" ujar Doyoung.

"Jadi ngerepotin ini lho... Kalian dateng mau jenguk Renjun aja saya udah seneng nya minta ampun" ucap Key tak enak hati.

"Ngga ada kata ngerepotin buat mantu sendiri" katanya diselingi tawa.

Jeno menatap Ibunya riang.

"Ibu, udah ngasih restu buat kami?" tanya nya antusias.

"Ibu lagi ngga ngomong sama kamu ya Jen" ujarnya ketus.

Key hanya diam. Ia tak paham mengenai topik obrolan yang tengah Jeno dan Doyoung bicarakan.

"Tante, saya ijin ke kamar Renjun duluan ngga papa kan?," tanya Jeno.

Key diam sejenak. Ia hampir melupakan fakta bahwa Renjun sedang tidak ingin bertemu siapa siapa sekarang.

✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang