bagian 19

5.2K 766 18
                                    

Jeno duduk dikursi yang terletak diteras rumahnya. Ditemani secangkir kopi dan belaian angin malam yang terasa menusuk kulit. Dingin.

Bukan tanpa alasan Jeno berdiam diri disini dan mengorbankan tubuhnya diselimuti oleh angin malam. Jeno ingin merenung. Merenung mengenai hubungannya dengan Renjun.

Apakah jalan yang ditempuh Jeno ini sudah tepat atau belum.

Apakah Renjun akan tetap mencintainya jika kelak Renjun tau statusnya sekarang.

Apakah Renjun bisa menjadi 'rumah' untuknya dan Eunwoo pulang.

Perihal mengenai status Jeno sekarang ini, yang mana ia adalah seorang duda beranak satu, memang belum diberitahukan kepada Renjun. Bukan, bukan untuk menutupi identitasnya, melainkan Jeno menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan segalanya.

Tapi kapan waktu yang tepat itu datang?

Salah Jeno memang karena tidak memberitahukan ini lebih awal. Jika saja Jeno punya keberanian dan mengesampingkan egonya, mungkin ia tidak akan dilanda dilema sekarang. Jeno mencintai Renjun, sangat. Bahkan disaat baru genap satu bulan berkenalan, ia sudah mencintai Renjun sebesar ini. Jeno takut Renjun tidak mau menerima Eunwoo dan statusnya. Jeno tidak ingin kehilangan Renjun. Jeno juga tidak mau terus-terusan bersembunyi dibalik tembok kebohongan yang ia buat sendiri.

Jujur saja, Jeno bukan pribadi yang suka berbohong. Ia tidak terbiasa berbohong. Tapi kali ini, ia membuat suatu kebohongan besar. Tapi dibilang berbohong-pun, itu tidak sepenuhnya benar.

Renjun tidak pernah menyinggung perihal apakah Jeno pernah berpacaran atau belum maupun rentetan rentetan pertanyaan lain yang bersinggungan dengan status Jeno. Jadi, selama Renjun tidak membahasnya, Jeno juga akan melakukan hal yang sama. Ya, seperti... Renjun tidak bertanya, jadi tak ada hal yang perlu Jeno jawab bukan?

Pengecut sekali kau Jung Jeno!

"Argh maafin saya Renjun. Maaf kalo nanti saya nyakitin kamu lebih parah dari yang lain" Jeno mengacak rambutnya frustasi. Dilubuk hati Jeno, ia sebenarnya ingin menceritakan segalanya, namun Jeno bingung harus memulai dari mana.

Ditengah kegiatan renungan malamnya, ponsel yang sedari tadi tergeletak dimeja bergetar, ada seseorang yang menelepon. Oh, itu Renjun.

[Halo? Kak Jeno?]

"Iya Ren. Belum tidur?"

[Belum ngantuk. Mau dipaksain tidur juga enggak bisa! Ada temen bunda aku disini, nginep, bawa anak juga! Nyebelin!]

"M-maksudnya nyebelin Ren?"

[Aku itu nggak suka anak-anak. Mereka berisik, bau, ingusan. Jorok pokoknya. Please jangan bilang 'kamu dulu juga anak-anak renjun'. Aku udah muak denger orang-orang ngomong gitu ke aku!]

Jeno termangu. Begitu terkejut dengan apa yang dilontarkan Renjun barusan. Jeno semakin ciut sekarang. Sudah dapat dipastikan, jika Renjun tau mengenai status Jeno, Renjun akan pergi meninggalkan Jeno. Jeno yakin itu.

Terlalu sibuk dengan pikirannya, Jeno sampai mengabaikan Renjun diseberang sana.

[Kak jeno? Kak? KAK JENO!]

"I-iya maaf Ren. Ada apa?"

[Nyebelin! Kak Jeno nggak denger aku ngomong apa? Hhh gini ya kak Jeno pacarnya Renjun, besok kan weekend, ayo kita jalan-jalan!]

"Maaf saya nggak fokus tadi. Jalan-jalan kemana?"

[Ya kemana aja asalkan sama kakak hehe]

"Hadeh kelakuan bocah. Yaudah besok saya jemput dirumah kamu jam sepuluh gimana?"

[Ok! Aku tidur duluan ya kak. Bunda udah ngomel soalnya. Good night kak Jeno! ]

Begitu panggilan terputus, Jeno kembali dengan acara renungan malamnya. Semakin lama Jeno berbohong, akan semakin tersakiti pula Renjun nantinya. Apalagi setelah mendapat pengakuan tak mengenakan dari Renjun barusan. Darah disekujur tubuh Jeno seakan tersendat saat mengetahui orang yang diharapkannya akan menjadi sosok pendamping dirinya mengutarakan ketidaksukaannya pada anak-anak.

Bau.

Ingusan.

Jorok.

Eunwoo —anak Jeno jauh dari itu semua. Jeno selalu memberikan perawatan terbaik untuk Eunwoo.

Berisik.

Jeno paham betul mengenai anaknya yang sangat suka berbicara. Ia sangat aktif mengeluarkan kalimat-kalimat yang terkesan lucu bagi Jeno. Jika anaknya tidak termasuk kedalam kategori anak-anak yang menyebalkan versi Renjun, apa ia akan bersedia menerima Eunwoo dengan senang hati?

Jeno bimbang. Renjun harus tau dengan segera mengenai hal ini. Tapi darimana Jeno harus memulai?

Semua memang salah Jeno.
Mungkin kalian bosan dengan kalimat itu. Tapi memang begitu adanya. Jeno merasa bersalah terhadap Renjun. Jika Time turner memang ada, Jeno akan memohon kepada siapapun pemilik benda ajaib tersebut agar Jeno bisa memutar waktu. Tapi itu mustahil! Tidak ada pijakan untuk kembali ke belakang, yang ada hanya undakan tangga yang akan membawanya ke masa depan.

Jeno frustasi, merasa segala hal ia lakukan ini serba salah.

Tak ingin lebih lama lagi menahan hawa dingin yang semakin menusuk kulitnya, Jeno memutuskan untuk masuk kedalam dan segera memejamkan matanya —tidur.

TBC

A/N
Kritik dan saran?

✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang