bagian 7

6.7K 937 76
                                    

"Jaemin! Jaemin!" Renjun berteriak diujung koridor kampusnya; berusaha mengambil atensi Jaemin. Tak peduli dengan beberapa pasang mata yang menatapnya sengit.

"Apa si teriak-teriak?" Tanya Haechan sengit.

"Sini deh kalian berdua"

Renjun menarik tangan Jaemin dan Haechan dengan tidak manusiawi. Kecil-kecil begini tenaga Renjun tidak main-main.

"Kalem, Jun! Nanti tangan aku keseleo!"

Tak mempedulikan ocehan temannya, Renjun tetap menarik mereka berjalan ke arah kantin kampus.

Sudah ada Daehwi disana — teman baru Renjun, yang tengah asik berselfie ria.

"Dewiiiiiii geser!"

"Jaemin, Haechan kenalin ini Daehwi. Daehwi kenalin ini temen aku Jaemin sama Haechan yang suka aku ceritain itu lho"

Mereka berjabat tangan dan memperkenalkan diri masing-masing.

"Jadi, kamu mau ngomong apa Jun?" Tanya Daehwi.

Haechan dan Jaemin menajamkan telinga agar bisa mendengar suara Renjun dengan jelas. Maklum, kantin sedang ramai-ramainya sekarang.

"Aku sama kak Eric, udah resmi jadian" kata Renjun antusias.

Jaemin, Haechan dan Daehwi otomatis membolakan matanya. Merasa benar-benar kaget jika Eric akan langsung menyatakan cintanya secepat ini. Oh, ayolah. Mereka bahkan baru kenal kurang lebih dua minggu.

"Beneran, Jun???" Tanya Jaemin masih tak percaya.

"Kalian kok keliatan ngga percaya? Ngga seneng kalo aku punya pacar?" Tanya Renjun melas.

"Bukan gitu Jun. Kita cuma ngga nyangka aja. Ya semoga aja ya Jun, kak Eric beneran serius sama kamu" ujar Haechan. Sebenarnya, Haechan tak begitu setuju dengan hubungan keduanya. Namun apa boleh buat? Renjun terlihat bahagia bersama Eric.

"Iya, Chan. Aku juga udah percaya sama kak Eric bakal bahagiain aku. Karna aku lagi seneng, kalian wajib traktir aku makan hotpot!"

"Lah Jun ngga kebalik?! Harusnya kita yang minta pajak jadian, ini kok malah kamunya yang minta traktir" protes Daehwi.

Renjun terkekeh, "iya iya bercanda. Nanti sepulang kuliah, kita ketemu dicafe xxx ok? Aku yang traktir" Haechan, Jaemin dan Daehwi memekik girang. Uang jajan mereka aman hari ini.  Ah, mantap.


━━━━━━━━━━━━━━━


Jeno berjalan tergesa keluar dari ruang kepala sekolah. Ia datang kesana atas titah Bae Irene — sang kepala sekolah, dengan alibi ada masalah kesiswaan yang harus dibahas. Namun nyatanya, bukan masalah pekerjaan yang dibahas melainkan mengenai masalah pribadi.

Ya, masalah pribadi. Tentang Irene yang dengan gencar mendekatinya. Jeno tidak ingin masalah pekerjaan dicampuri dengan masalah pribadi. Sangat tidak profesional menurutnya.

Jeno benar-benar jengah. Bagaimana tidak, Irene dengan lancangnya mengelus pahanya dengan sensual. Jeno bukan ingin munafik dengan menolak sentuhan-sentuhan itu. Ia juga seperti lelaki pada umumnya yang membutuhkan sentuhan, namun Jeno bukan laki-laki murahan yang mau bergumul dengan siapa saja. Jeno memiliki prinsip, dalam nafsu birahi yang semembuncah apapun, ia hanya akan melakukan itu dengan istrinya bukan orang lain apalagi dengan seorang jalang berkedok kepala sekolah seperti Irene. Camkan itu.

Yah, katakan saja jika Jeno ini anti-skinship

"Sekolah elit tapi kepseknya sekelas sama jalang. Bikin merinding. Apa saya resign aja dari sini? Hadeh kelakuan bikin mumet aja!" Jeno bermonolog kesal.

✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang