bagian 62

6.1K 511 13
                                    

Renjun dan Jeno duduk bersebelahan, masih dikamar Jeno, dengan Eunwoo yang kini tengah duduk manis dipangkuan Renjun sembari menghabiskan susu dalam sippy cup miliknya. Ini sudah hampir jam nya makan siang, namun, keduanya masih terperangkap dengan pikirannya masing-masing tanpa bisa keluar dari zona frustasi setelah kejadian malam tadi. Sebenarnya, ketiga nya tidak hanya sedang duduk bengong seperti itu. Ada laptop yang jaraknya hanya sekitar satu meter dari tempat mereka duduk tengah menayangkan film Ratatouille, yang tak lain dan tak bukan adalah film kesukaan Jeno. Kendati demikian, Jeno tidak bisa memusatkan atensi nya pada film yang telah ditontonnya berulang kali itu. Begitu pula dengan Renjun. Ia kalut dalam pikirannya sendiri. Mungkin satu-satunya orang disana yang menikmati filmnya hanyalah Eunwoo. Ah, tapi tidak juga. Matanya sudah setengah tertutup, perlahan kembali ke alam mimpinya yang terhenti pagi tadi.

Renjun melirik Jeno sekilas, kemudian kembali merutuki aksi nekat nya menggoda Jeno habis-habisan semalam. Jeno juga tampak tegang sama seperti dirinya. Rasanya canggung sekali. Demi tuhan, bagaimana bisa atmosfer nya menjadi secanggung ini setelah semalam mendesah bersama?? Renjun harusnya bisa bersikap biasa saja. Mengingat ia memang membebaskan Jeno untuk menjamah dirinya kapanpun Jeno siap. Meskipun begitu, Renjun merasa malu terhadap dirinya sendiri. Ia begitu nakal malam tadi. Matanya tertutup rapat saat ingatan mengenai dirinya yang meminta Jeno untuk memuaskannya kembali melintas dikepala. Ah, benar-benar memalukan!

Baik Jeno maupun Renjun sama-sama tidak paham mengapa mereka jadi seperti ini. Keduanya sepertinya sama-sama paham mengenai batasan yang sudah mereka lewati malam tadi. Hal yang seharusnya belum dan tidak mereka lakukan kemarin malam.

Jeno kembali menyesali perbuatannya malam tadi. Kalian boleh menganggap penyesalan ini sebagai sesuatu yang berlebihan atas tindakan tidak benar yang didasari oleh perasaan sama-sama mau. Tapi, ayolah... Jeno adalah orang yang berpendirian kuat, sebisa mungkin mendahulukan logika dari pada nafsunya yang sering kali membuncah tidak tahu waktu. Tapi tadi malam, ia langsung gerak cepat ketika Renjun mengajaknya untuk lepas kendali bersama. Harusnya Jeno berpikir ulang sebelum membobol Renjun 'Kan?

Melakukan sex saat pacaran mungkin bukan hal tabu bagi sebagian pasangan yang sudah menginjak dewasa seperti Jeno dan Renjun. Tapi, ini tetap saja salah! Ini bertentangan dengan prinsip hidup Jeno.

Tapi itu semua sudah terjadi. Kenikmatan satu malam yang mengubah atmosfer antara Renjun dan dirinya menjadi canggung seperti ini. Jeno tidak tahu harus berbuat apa. Untuk pertama kalinya didalam hidupnya Jeno merasa mati kutu seperti ini.

Jeno ingin berbicara layaknya hari kemarin pada Renjun. Namun, lidahnya mendadak kelu begitu mulutnya siap mengucapkan sepatah kata untuk kekasih manisnya itu. Ditambah pagi tadi, Renjun nampaknya langsung jaga jarak dengan dirinya. Terbukti saat ia hendak membantu Renjun menuju kamar mandi untuk mandi. Tawarannya itu langsung ditolak oleh Renjun. Padahal Jeno hanya ingin membantu Renjun berjalan disaat kondisi bawahnya mungkin masih terasa perih saat Renjun bergerak.

Tapi, Jeno harus gentle! Jadi laki-laki harus pemberani! Ia harus mencoba mengajak Renjun bicara.

"Renjun"

"Hm?" Renjun menoleh.

Jeno menatap Renjun sekilas. Didapatinya iris kecoklatan Renjun yang nampak tidak secerah biasanya. Jeno pun menggeleng sebagai respon.

Gagal.

Ia gagal memulai pembicaraan dengan Renjun.

Payah! Payah! Payah!

Eunwoo juga tengah tertidur. Coba kalau tidak, mungkin Jeno bisa memperalat Eunwoo agar ia dan Renjun bisa saling melempar senyum dan bercanda bersama.

Baiklah, Jeno akan melakukan percobaan kedua sesegera mungkin. Jika memang Renjun merasa tidak nyaman karena kejadian semalam, Jeno akan langsung meminta maaf. Tapi, dari mana Jeno harus memulai?

Apa langsung pegang aja ya tangannya, monolog nya dalam hati.

Ide bagus. Memegang tangan sang kekasih akan membuat segalanya terlihat natural. Jeno hanya tinggal menggenggam tangan Renjun, tenang, dan ungkapkan perasaan cinta nya lagi pada Renjun agar kekasih manisnya itu merasa lebih baik.

Akan Jeno coba sekarang.

Pertama, Jeno kembali melirik Renjun yang masih fokus dengan film nya. Perlahan tapi pasti, Jeno menggenggam tangan Renjun.

Renjun refleks menoleh begitu Merasa kan hangat nya genggaman Jeno ditangannya.

Jeno pun mendekatkan badannya pada badan Renjun.

"How did you sleep?" kita mulai bertanya dengan hal yang ringan ringan saja dulu.

"I slept okay," jawab Renjun.

"Just okay?"

Renjun mengangguk, seraya membalas genggaman tangan Jeno.

"Can i ask something, sweetie?"

Renjun lagi lagi mengangguk.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu kamu? Entah perasaan kakak aja, atau kamu juga ngerasain hal yang sama. Kita jadi canggung setelah kejadian semalem," kepalanya tertunduk sejenak saat mengungkapkan kegundahannya hari ini.

Renjun meneguk salivanya. Ah, sudah Renjun duga Jeno akan menanyakan hal ini. Baiklah kalau begitu, Renjun akan berbicara jujur mengenai perasaan nya setelah terbangun pagi tadi. Ia juga tak sudi berlama lama merasa canggung dengan Jeno.

"Eum... Aku cuma malu. Kalo inget kejadian semalem rasanya kayak... Bersalah banget. Aku gak seharusnya begitu. Gimana kalo bunda tau..."

Renjun menjeda ucapannya sejenak. Namun, disaat yang bersamaan sebuah isakan tertahan lolos dari mulutnya.

"Udah nggak ada lagi yang spesial di aku hiks gimana kalo kak Jeno bosen terus ngerasa udah gak ada yang menarik di aku, dan akhirnya pergi" Renjun menangis tanpa suara. Bagaimana pun ada Eunwoo yang tengah tidur di pangkuannya.

Jeno mematut wajah sendu nya. Renjun tidak seharusnya memikirkan hal yang tidak penting seperti itu. Jeno mencintai Renjun, bukan sekedar mencintai selangkangan Renjun saja.

Pipi nya Jeno tangkup, menatap Renjun dengan penuh keyakinan. Si manis awalnya enggan menatap netra Jeno. Tapi, usapan usapan lembut di pipinya berhasil mengumpulkan rasa percaya diri Renjun untuk mau menatap Jeno.

"Kakak udah pernah bilang belum? Soal kakak yang ga pandang selangkangan orang," Jeno menjeda ucapan nya. Matanya menatap lekat pada mata Renjun yang masih mengeluarkan cairan bening nya.

"Renjun, segel nggak nya kamu, itu bukan hal yang penting. Apalagi kalo kamu jadi kayak gini karena ulah kakak. Kakak nggak akan ninggalin kamu, i promise"

"Inget ini, kalo didunia ini tersisa cuma 10 orang yang cinta Renjun, kakak akan jadi salah satu dari mereka. Dan kalo didunia ini cuma ada 5 orang yang cinta sama Renjun, kakak akan tetap jadi salah satu dari mereka."

Renjun kembali berucap saat Jeno seperti nya sudah menyelesaikan ucapannya.

"Terus gimana kalo didunia ini nggak ada orang yang cinta sama Renjun?"

"Surely, i must not be on the planet anymore"

Mendengarnya, Renjun tidak bisa untuk tidak tersenyum. Jeno cepat cepat menghapus jejak air mata di pipi kekasihnya. Renjun yang menangis adalah salah satu hal yang paling tidak ingin Jeno lihat semasa hidupnya lagi.

"Jangan mikirin hal itu lagi, ok? Apapun yang terjadi kedepannya, kakak nggak akan ninggalin kamu. You mean so much to me, be happy, ok?" tuntasnya dengan senyum terpatri indah di bibirnya.

Renjun mengangguk cepat. Di detik berikutnya, ia langsung menyenderkan kepalanya ke dada Jeno. Hatinya merapal syukur atas kebaikan tuhan karena sudah mempertemukan nya dengan jodoh sebaik Jeno.

"I love you, kak Jeno..."


TBC

Hilang feel nya ☺


✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang