bagian 31

4.8K 649 66
                                    

_____________________
Baca A/N dibawah
_____________________

Sepeninggal Jeno dari rumah Jaemin, Renjun justru menangis semakin tersedu-sedu. Tangisannya terdengar begitu pilu, membuat Haechan dan Jaemin seperti ikut terjerumus kedalam lubang hitam yang tengah Renjun singgahi.

"Njun, kamu tenang ya? Everything is okay"

Hanya sebuah kalimat penenang yang keluar dari mulut Haechan. Jaemin justru diam seribu bahasa, drama yang baru saja terjadi didepan matanya, seakan merenggut semua kosakata dalam dirinya hingga yang bisa Jaemin lakukan hanyalah mengelus punggung Renjun yang masih setia mengeluarkan air mata-nya. Jaemin juga paham betul, setidaknya untuk saat ini, Renjun tak akan mendengar omongan siapapun. Melihat kondisinya yang tengah diselimuti oleh amarah seperti ini, akan lebih baik jika membiarkan Renjun tenang dengan sendirinya. Setidaknya untuk saat ini, kalimat-kalimat seperti 'semua akan baik-baik saja', atau ribuan kalimat penenang lain, hanyalah sebuah kata-kata yang tak bermakna bagi Renjun.

"Aku... Aku benci kak Jeno... Aku nggak mau liat muka dia lagi, Chan... Kenapa... Kenapa kak Jeno harus bohong, padahal aku udah berharap banyak sama dia" Racaunya pilu.

Haechan beralih merengkuh tubuh Renjun. Sedangkan, Jaemin, tangannya terulur untuk mengambil segelas air dimeja yang memang sudah menjadi kebiasaan untuk sebuah gelas berisi air tersebut bertengger nyaman disana.

"Njun, minum dulu... Biar kamu lebih tenang" ucapnya penuh perhatian. Renjun menurut, tak dipungkiri jika tenggorokannya terasa kering setelah berkali-kali meneriaki Jeno tadi.

Setelah dirasa cukup tenang, Jaemin memberi titah pada Haechan untuk membawa Renjun ke kamar sebelah; kamar tamu.

"Njun, kamu ke kamar sebelah duluan ya? Nanti aku nyusul. Bobo ya, Njun..." Kata Jaemin sembari mengelus pucuk kepala Renjun.

Tanpa berlama-lama lagi, Haechan segera membawa Renjun ke kamar sebelah. Membaringkan tubuh mungil itu dikasur, disusul dengan Haechan yang ikut membaringkan tubuhnya disamping Renjun.

Sedangkan Jaemin, masih setia dikamarnya yang jika dilihat dari kondisinya ini sudah tidak patut disebut sebagai sebuah tempat tidur. Benar-benar berantakan. Jaemin menatap miris kondisi kamarnya. Renjun benar-benar keterlaluan. Gila! Namun, Jaemin bukan tipe orang yang akan berpikir pendek dan menghakimi Renjun walau ia berhak sekalipun. Mendapati Renjun yang datang kerumahnya dengan kondisi kacau, membuat hatinya iba. Bagaimana-pun, ia dan Renjun sudah bersahabat sedari kecil. Dan jika api dilawan dengan api, permasalahan yang ada tidak kunjung selesai, atau justru malah menambah masalah baru nantinya. Begitu sekiranya pemikiran Jaemin.

Jaemin dengan telaten membersihkan satu persatu pecahan kaca dari botol parfum miliknya yang sempat Renjun pecahkan. Setelahnya, ia beralih menuju sprei yang tergeletak mengenaskan dilantai, kemudian merapatkan kembali sprei tersebut ke tiap-tiap ujung kasur. Tak lupa dengan selimut yang tak luput dari amukan Renjun. Jaemin juga memungut beberapa buku-buku bacaan yang berserakan dilantai, lalu menempatkan-nya kembali kedalam rak yang tersedia. Selesai dengan benda-benda yang berserakan dilantai, tungkainya ia gerakkan menuju lantai satu; mengambil sapu guna membersihkan serpihan kecil yang tak bisa ia pungut dengan tangan kosong.

Jaemin sengaja tak menyuruh asisten rumah tangga dirumahnya untuk membersihkan kamarnya. Selagi masih bisa dilakukan sendiri, mengapa harus meminta bantuan pada orang lain?

Setelah puas dengan kamarnya yang sudah kembali rapi, ia menuju ke kamar sebelah, tempat Renjun dan Haechan berada.

Cklek

Dibukanya pintu kayu berwarna putih tersebut, menampakkan Haechan dan Renjun yang tengah berbaring diranjang. Oh, Renjun sudah tertidur rupanya.

Jaemin ikut membaringkan tubuhnya di kasur king size tersebut. Posisinya adalah Jaemin-Renjun-Haechan.

✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang