bagian 30

5.2K 685 58
                                    

Jeno mengetuk pintu rumah Renjun begitu sampai disana. Tak ada balasan dari Renjun yang sepertinya masih sibuk menangis didalam.

Seingat Jeno dari yang Renjun katakan beberapa waktu lalu, Renjun ini sedang sendirian dirumah. Jeno memberanikan diri untuk membuka pintu kediaman keluarga Lee dan ternyata, akses keluar masuk rumah ini tak dikunci sama sekali. Ini jelas berbahaya untuk Renjun yang tengah sendirian dirumah. Bisa saja kan, ada pencuri masuk atau lebih parahnya lagi, ada pedofil mesum yang menyusup kedalam? Bisa-bisanya Renjun tidak mengunci pintu seperti ini. Benar-benar bocah ceroboh.

Masuk beberapa langkah kedalam, Jeno menarik nafasnya panjang kemudian menghembuskannya dengan teratur. Ia harus menjaga emosinya yang sempat tersulut tadi. Ia harus bicara baik-baik dengan Renjun.

"Renjun" Jeno berusaha mencari sosok Renjun didalam rumah. Tak menemukan sosok yang dicari dilantai satu, Renjun pasti sedang dikamarnya yang terdapat dilantai dua. Jeno sudah cukup hafal dengan setiap petak dirumah ini omong-omong.

"Renjun... kamu dimana?" Bahkan ketika Jeno masuk kedalam kamar Renjun, sosok mungil incarannya tetap tak ditemukan. Jeno khawatir jika pemuda ceroboh satu ini akan melakukan hal bodoh.

Jeno merogoh ponselnya dicelana;  berniat menghubungi Renjun namun sayang, ponsel kekasihnya itu tidak dapat dihubungi. Jeno berdecih kesal.

Jeno memutuskan untuk menghubungi Haechan selaku satu-satunya teman Renjun yang ia punya nomornya.

"Halo, Chan? Renjun ada sama kamu?"

[...]

"Jagain dia, jangan sampe kabur. Saya kesana sekarang"

Jeno bergegas menuju rumah Jaemin. Ya, Jaemin, karena Renjun-nya ada disana. Tengah menangis tentu saja. Bahkan berdasarkan penuturan Haechan di telepon tadi, Renjun sampai mengacak-acak seisi kamar Jaemin. Benar-benar bocah sekali!

Jeno mengetuk pintu rumah Jaemin begitu sampai disana. Tak perlu menunggu lama untuk si pemilik rumah membukakan pintu untuknya.

"Mana Renjun?"

"Masih dikamar aku. Tapi, kak, please, omongin masalah kalian baik-baik. Renjun keliatannya kacau banget"

Jeno mengangguk. Padahal emosinya sudah benar-benar tersulut kali ini. Dalam pikirannya hanya satu, yaitu, memberi pelajaran pada Renjun. Pelajaran agar Renjun tidak lagi bersikap kekanakan, agar Renjun tidak berbuat semaunya sendiri.

Mereka –Jeno dan Jaemin, naik ke lantai dua; menuju kamar Jaemin. Samar-samar dapat Jeno dengar suara tangisan yang sudah pasti milik Renjun dengan berbagai macam sumpah serapah yang dilayangkan untuknya.

Mata Jeno membola ketika ia masuk ke kamar Jaemin. Keadaannya betul-betul berantakan. Bagaimana bisa Renjun berani membuat onar dirumah orang lain. Ah, kesabaran Jeno semakin menipis disini.

"Renjun"

Yang dipanggil menoleh, merasa terkejut dengan sosok yang berada diambang pintu. Renjun sontak memegangi tangan Haechan yang berdiri tepat disampingnya.

"Chan, aku ngga mau ketemu dia" cicitnya.

Haechan hanya diam. Ia bingung harus berbuat apa. Ia merasa tak punya hak untuk ikut campur. Bukankah, masalah akan cepat selesai jika dibicarakan secara langsung?

"stop being childish, Renjun. Kita harus ngomong face to face, jangan justru menghindar kaya gini"

Renjun menggeleng. Ia justru semakin merapatkan dirinya pada Haechan; seakan meminta perlindungan,  padahal Haechan sendiri tidak akan memberi efek apa-apa untuknya.

✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang