Jeno kembali ke depan ruang operasi. Belum ada tanda-tanda operasi akan berakhir. Ia menghela nafas sedih. Meskipun baru kenal beberapa hari dengan Renjun, Jeno yakin bahwa Renjun adalah pemuda polos yang seharusnya tidak diperlakukan sekasar ini. Ia kasihan terhadap Renjun.
Setelah kurang lebih 4 jam operasi berlangsung, dokter yang menangani Renjun keluar dari ruang operasi yang langsung disambut dengan rentetan pertanyaan dari Key.
"Tenang tuan, nyonya. Operasinya berhasil dan anak anda akan segera kami pindahkan ke ruang rawat inap."
Mendengar kalimat itu, mereka langsung merapalkan kata-kata syukur kepada tuhan. Rasa takut dan khawatir yang sedari tadi menyergap sudah lenyap begitu saja.
Jeno juga tak kalah bersyukurnya. Setelah memastikan keadaan Renjun baik-baik saja, ia memutuskan untuk berpamitan kepada orang tua Renjun.
"Om, tante, saya pamit pulang, ada yang nunggu saya dirumah" kata Jeno dengan senyum tampannya.
"Terima kasih Jen. Sekali lagi kamu menyelamatkan anak saya" onew memeluk tubuh tegap Jeno dan menepuk pundak nya. Sungguh! Jeno adalah malaikat penolong bagi anaknya.
"Makasih Jen. Tante utang banyak sama kamu" key juga tak lupa mengucapkan rasa terima kasihnya.
"Saya ikhlas nolong Renjun om, tante. Kalo gitu saya pamit. Semoga Renjun nya cepet sadar, om, tante" key dan onew tersenyum dan mengaminkan ucapan Jeno.
Sebelum beranjak, Jeno menawarkan diri untuk memberi tumpangan barang kali Jaemin, Haechan ataupun Daehwi juga ingin pulang ke rumah. Haechan dan Daehwi menggeleng; masih ingin menemani Renjun sampai ia sadar.
Jaemin, anak itu mengangkat tangannya seakan meminta ijin untuk ikut pulang. "Kak Jeno, aku boleh numpang gak? Bunda aku dirumah sendirian"
Jeno tersenyum seraya mengangguk. Kemudian mereka beranjak menuju parkiran dan bergerak menuju rumah Jaemin.
"Makasih ya. Saya udah dipinjemin hoodie" kata Jeno memecah keheningan diantara keduanya. Tangannya dengan lihai membelokan stir ke arah kanan.
"Sama-sama kak" Jaemin tersenyum, kemudian tak ada percakapan lagi setelahnya.
Mereka sampai dipelataran rumah Jaemin. Ia menyunggingkan senyum dan berterima kasih kepada Jeno. Jeno mengangguk kemudian kembali sibuk dengan kemudinya membelah jalanan yang masih cukup ramai.
Jaemin terus tersenyum dan memandangi mobil hitam Jeno sampai bayangannya tak tertangkap lagi dipenglihatannya.
"Kak Jeno orang baik" monolognya dengan jantung yang berdebar tak biasa.
***
Renjun tersadar dengan rasa nyeri memenuhi kepalanya. Tubuhnya terasa remuk, seperti habis ditimpa oleh gajah afrika. Ok ini berlebihan, tapi Renjun tidak bohong soal rasa sakit yang dirasakan sekujur tubuhnya.
"Renjun, udah sadar sayang?" Tanya Key dengan senyum bahagianya. Bibirnya tak ada hentinya menciumi pipi Renjun. Ia berhenti melakukan kegiatan menciumi anaknya tersebut ketika satu bulir kristal bening keluar dari ujung matanya.
"Bun... sakit" rintihnya.
"Mana yang sakit? Adek butuh apa? Mau minum?"
Renjun menggeleng. Matanya terus mengeluarkan air mata. Hati key terasa semakin teremat. Jika bisa berganti posisi, ia akan menukar posisinya dengan Renjun saat ini juga!
Key memutuskan untuk menelfon Onew yang tadi pamit ke cafe dekat rumah sakit untuk sekedar mengisi perut. Sedangkan Daehwi dan Haechan sudah pulang satu jam lalu karena ternyata menunggu Renjun sadar membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkiraan. Tubuh mereka juga butuh istirahat.
Onew masuk ke kamar rawat Renjun dengan Dokter disampingnya.
Dokter memeriksa keadaan Renjun dengan teliti.
"Dok, gimana? Renjun ngeluh sakit terus daritadi" tanya key.
"Sudah baik-baik saja. Rasa sakit yang renjun alami itu hal yang wajar karena mungkin efek obat bius nya sudah habis. Kita akan tetap melakukan pemantauan intensif selama 2 hari ke depan."
Setelah selesai dengan agenda pemeriksaannya, si dokter tersebut keluar dari ruangan.
Onew terus memberikan usapan pada rambut Renjun dengan harapan agar rasa sakit yang dialaminya bisa teralihkan dengan usapan usapan lembut pada kepala yang terbalut perban. Key pun begitu, ia terus menyemangati Renjun dan berkata semuanya baik-baik saja hingga Renjun akhirnya tertidur.
***
Jeno kembali membersihkan badannya setelah sampai dirumah. Ia melepaskan hoodie milik Jaemin dan menyimpannya diujung ranjang.
15 menit kemudian, Jeno kembali dengan keadaan yang sudah bersih. Ia turun ke bawah untuk makan malam. Ibunya pasti akan menginterogasi Jeno lantaran ia tak bisa dihubungi sedari siang.
"Ayah!" Eunwoo yang masih berada digendongan Doyoung menjulurkan tangannya ke arah Jeno. Jeno yang mengerti maksud Eunwoo langsung saja membawa eunwoo dalam gendongannya. Ia menciumi seluruh bagian wajah anaknya.
"Ayah kangen banget sama eunwoo. Eunwoo kangen nggak sama ayah?"
"He'em" Eunwoo menganggukan kepalanya antusias yang mengundang kekehan gemas dari Jeno.
Ia membawa Eunwoo untuk duduk dikursi makan khusus miliknya. Sembari menikmati makan malam, Jeno menceritakan apa saja yang sudah ia alami hari ini dan men jelaskan alasan ia tidak datang ke kantor ayahnya untuk menjalankan profesi barunya —direktur.
Doyoung merasa kaget dengan apa yang diceritakan Jeno. Ia juga khawatir jika Jeno akan terluka demi menolong orang lain.
Sedangkan Jaehyun, ia sudah tersenyum bangga. Anaknya benar-benar pria yang bisa diandalkan, sama seperti dirinya.
TBC
A/N
Kritik dan saran?
Semoga jaedo shipper tidak tertipu sama ini ea
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡
Fiksi Penggemar[MDNI; Minors Do Not Interact] Renjun itu childish, memiliki perangai menyebalkan dan bersikap seenaknya sendiri. Berbeda dengan Jeno. Seorang pria dewasa yang selalu menghadapi berbagai masalah dari sisi dewasa-nya. Berstatus duda beranak satu, Jen...