bagian 17

5.5K 892 101
                                    

Renjun mendudukan tubuhnya disalah satu deretan kursi yang terletak didepan ruang rawatnya. Ingin rasanya ia menuju ke taman rumah sakit didepan sana, namun apa daya, tenaganya masih belum cukup untuk berjalan sampai sana. Jujur saja, Renjun adalah anak yang aktif. Tidak bisa diam barang sedetik-pun. Renjun ingin segera sembuh; ia tak mau sampai mati bosan dirumah sakit.

Key, Ibunya, juga tengah pulang ke rumah untuk sekedar membersihkan diri dan mengecek keadaan rumah. Sedangkan Onew, lelaki itu sibuk berbisnis ke China. Terdengar sedikit jahat memang, meninggalkan anaknya yang tengah sakit demi bekerja. Namun apa boleh buat, Ayahnya juga bekerja demi memenuhi semua kebutuhan Renjun.

Renjun tidak suka keheningan seperti yang tengah ia rasakan sekarang ini. Duduk sendiri dengan pikiran yang mengelana bebas. Pikiran negatif mengenai kejadian lalu seakan terputar kembali dalam benak Renjun. Renjun sejujurnya masih trauma terhadap Eric atau siapapun itu kecuali keluarga, teman dekat dan juga Jeno.

Sudah dua kali Renjun tertimpa hal buruk. Yang pertama dilecehkan, yang kedua dihajar habis-habisan. Pelakunya orang yang sama pula.

Tak mau kejadian buruk masa lalu terus terputar diotaknya. Itulah alasan mengapa Renjun selalu meminta teman-temannya agar bisa berkunjung dan menemaninya. Setidaknya, dengan bercerita, pikiran negatif dalam kepala Renjun akan teralihkan setidaknya untuk sementara. Tak hanya teman-temannya, Renjun juga meminta ibunya untuk tidak berpergian keluar ruangan dalam waktu yang lama. Saat berpamitan tadipun, Key harus memohon-mohon pada Renjun untuk pulang dan berjanji akan segera kembali.

Renjun tidak ingin berdiam diri semakin lama disini. Ia membutuhkan Ibunya, Haechan, Jaemin ataupun Daehwi. Karena dengan mereka lah, Renjun merasa terlindungi.

Masalah mengenai Jeno, ia tak mau banyak berharap. Ia dan Jeno tidak memiliki hubungan apapun. Mendapati lelaki tersebut sudah mau repot-repot menjenguknya dan mau direpotkan oleh Renjun, ia sudah sangat senang dengan itu.

Ini sudah jam makan siang omong-omong, dan Renjun juga sudah kembali ke kamar rawatnya. Dan Key belum juga kembali. Renjun takut jika sewaktu-waktu ada orang jahat menyelinap masuk dan membekap wajahnya dengan bantal seperti di sinteron-sinetron yang ia dan ibunya sering tonton.

"Laper. Haus. Pengin eek juga" Renjun memegangi perutnya yang terasa perih karena lapar dan melilit karena ingin buang air besar disaat yang bersamaan.

Renjun memutuskan untuk menuju ke kamar mandi sendiri.

Hendak turun dari kasur, suara pintu yang terbuka berhasil menghentikan pergerakannya.

"BUNDA! Lama banget si! Renjun mau pup tau!" Sungutnya tanpa memandang si lawan bicara yang Renjun sangka adalah ibunya.

"Renjun"

"E--eh loh KAK JENO?!" Renjun terbelalak kaget. Pasalnya, orang yang ia sangka ibunya tak lain dan tak bukan adalah Jung Jeno. Renjun mendadak malu karena sudah mengatakan hal yang tidak-tidak didepan orang yang disukainya. Yah meskipun Renjun juga termasuk tipikal yang blak-blakan saat berbicara.

"Mau saya bantu jalan ke toilet?" Tawar Jeno ramah.

Renjun mengangguk. Ia sudah tak bisa menahan panggilan alamnya lebih lama lagi.

Jeno menuntun Renjun sampai kedalam toilet. Ia segera keluar disaat Renjun memintanya untuk keluar kemudian menutup pintu toilet perlahan.

"KAK, JANGAN DITUNGGUIN DIDEPAN TOILET YA! TAKUTNYA BAU!" Kata Renjun dari dalam toilet yang berhasil mengundang kekehan seorang Jung Jeno. Entah Renjun ini polos atau bodoh, Jeno tak begitu peduli. Menurutnya, Renjun dengan segala sifatnya adalah cute boy ever.

Jeno duduk disofa ruangan Renjun dirawat. Ia menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa.

Harusnya, hari ini Jeno masih sibuk berkutat dengan berkas berkas kantornya. Harusnya hari ini Jeno masih sibuk bertemu dengan rekan kerjanya. Harusnya. Namun, entah kenapa hati nya menuntun Jeno untuk datang menemui Renjun hari ini.

✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang