Hari terasa begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin Renjun bertengkar dengan Jeno. Namun, jika dihitung-hitung, 2 minggu sudah waktu yang terlewat pasca pertengkaran dramatisnya dengan Jeno terjadi.
Sudah lewat dari dua minggu, rasa sesak yang Renjun alami begitu kebohongan Jeno terungkap juga belum hilang. Jangan kan hilang, berkurang barang sedikit saja tidak. Rasanya Renjun hanya berputar-putar dititik itu saja. Titik dimana suasana hatinya ada difase yang paling buruk.
Ibu-nya juga sudah seringkali bertanya perihal Renjun yang menjadi lebih pendiam. Renjun yang biasanya tidak akan tahan untuk tidak bergerak bahkan dalam waktu singkat, kini berubah menjadi kalem. Cantik sih, kalau kalem begini. Tapi ya kalemnya Renjun ini bukan memiliki artian yang bagus. Key paham betul mengenai Renjun yang akan menjadi pendiam jika masalah yang ia hadapi benar-benar berat.
Masalah kuliah pun, kini Renjun hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu. Tidak ada lagi pulang telat karena sibuk bermain setelah kelas selesai.
Namun, setelah pulang kuliah, Renjun justru selalu mengurung diri dikamar. Keluar hanya saat jam makan, itupun harus dipanggil terlebih dahulu.
Jika tidak menghabiskan waktu dengan mengurung diri dikamar, Renjun akan berdiam diri disamping kandang anjing miliknya —Forest. Entah untuk melamun, atau sekedar bermain-main dengan anjingnya.
Haechan, Jaemin maupun Daehwi juga kerap kali datang ke rumah Renjun. Menemani Renjun selagi orang tua-nya masih saja sibuk bekerja.
Seperti sekarang, Jaemin datang mengunjungi Renjun dengan membawa tanghulu (strawberry candy).
Renjun yang tengah mengelusi bulu halus milik Forest, merasa terkejut dengan kehadiran Jaemin yang terkesan tiba-tiba. Sesering apapun Jaemin maupun teman Renjun yang lain datang kerumahnya, mereka setidaknya akan mengirimi pesan untuk memberitahu bahwa mereka akan datang.
"Renjun," panggil Jaemin sembari mendudukkan dirinya disamping Renjun. Mereka duduk beralaskan rumput sintetis omong-omong.
"Jaemin... Tumben dateng ngga ngasih kabar," kata Renjun.
"Hehe soalnya hp aku ilang, Njun. Terus kebetulan tadi lewat depan kedai yang jual tanghulu, aku inget kamu. Jadi ya aku beli, terus langsung kesini," jelas Jaemin sambil menyerahkan kantung plastik berwarna putih berisi tanghulu pada Renjun.
Renjun menerima uluran plastik tersebut. Meskipun mood-nya masih belum membaik, Renjun tetap memaksakan senyum-nya pada Jaemin.
"Makasih," ucapnya.
Renjun mengambil satu tusuk tanghulu, kemudian melahapnya. Rasa manis gula berpadu dengan rasa asam dari strawberry langsung menjajaki lidahnya.
"Njun, gimana hubungan kamu sama kak Jeno?" Tanya Jaemin.
Renjun langsung menghentikan acara mengunyah-nya.
Bagaimana?
Bagaimana apa-nya?
Bukankah hubungannya dengan Jeno sudah berakhir sejak pertengkaran beberapa minggu lalu terjadi? Jaemin juga sudah tahu itu. Lantas, mengapa Jaemin masih saja menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya?
"Gimana apanya? Aku udah ngga ada hubungan apa-apa lagi sama dia. Our relationship is over. Just need to move on, then, everything will be fine," ucap Renjun.
"Stop lying to yourself! Move on nggak segampang itu Renjun... Kita kenal bukan sehari dua hari, dan aku paham banget kalo kamu kali ini serius sama kak Jeno. Kamu masih cinta kan sama dia?," ujar Jaemin menggebu-gebu.
"Aku juga nggak bilang kalo move on adalah hal yang gampang. Kalo move on itu gampang, nggak mungkin sampe detik ini aku masih mikirin dia. Semua butuh waktu, Jaem... Biarin aku ngilangin rasa suka aku ke kak Jeno, slowly."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ completed ✔ Home ✧ NoRen !¡
Fanfic[MDNI; Minors Do Not Interact] Renjun itu childish, memiliki perangai menyebalkan dan bersikap seenaknya sendiri. Berbeda dengan Jeno. Seorang pria dewasa yang selalu menghadapi berbagai masalah dari sisi dewasa-nya. Berstatus duda beranak satu, Jen...