Dihadapanku kini ada seorang dengan pakaian tempur yang sangat aku kenali, dia suamiku yang menyebalkan. Aku menyambut kedatangannya dengan sebuah dentuman keras..
BUMMM...
"kemana saja kau.. Heh.. Aku kewalahan menghadapi ceros ceros ini.. Kau malah muncul tak terduga seperti ini.. Mau.. Aku beku kan heh.."
Ali menggeleng, dia menyatukan kedua tanganya. Ali meminta maaf.
Sekumpulan besar ceros yang bagai air bah,.. Tak henti hentinya menyerang.. Kami bertiga yang tengah lengah Tidak menyadari betapa pertempuran masih berlangsung..
1-2 ceros menyerangku dari belakang. Aku tersungkur dibuatnya.
'sial.. Aku lengah gara gara memarahi ali..' batinku.
Aku langsung mengambil tindakan cepat, membekukan ceros dihadapanku.
Blush....
" semuanya... MUNDUR..!!! Kita sudah kehabisan pesukan..!!! Aku punya rencana lain.."
Pasukan mulai merangsek mundur.. Termasuk SP4RK, ali dan seli. Aku maju ke depan ceros ceros yang mengejar kami aku berdiri dihadapan mereka.
Hujan yang sangat lebat menutupi sinar matahari, aku tak tau ini sudah pukul berapa..
'aku akan mengerahkan seluruh tenagaku..'
"hiya...!!!" aku mengalirkan energi dinginku mengerahkannya sekuat tenaga, mengerahkan secara total..
DHUAR..... Aliran es yang benar benar dasyat menghantam para ceros. Kali ini mampu membekukan mereka semua.. Yang sudah terkena energi dingin raib seketika membeku.. Dan yang lainnya mulai bergerak mundur namun terlambat.. Energi itu telah membekukan kaki seluruh ceros.
Raungan ceros terdengar dikejauhan. Hujan seketika perlahan berhenti. Akhirnya terlihatlah matahari yang mulai terbenam.
Raib masih berkonsentrasi mengerahkan tenaganya,.. Sedangkan ali yang berada di belakangnya mencoba menghentikan raib..
"ra.. Cukup ra.. Mereka akan kembali menjadi normal..!!" teriakan ali bagaikan angin.
raib tidak memperhatikan sekeliling masih fokus dengan energinya. Matahari kini benar benar sudah terbenam, teriakan yang tadinya suara binatang kini berganti menjadi teriakan manusia..
"AAAA... Tolong.."
Raib tersentak dan menghentikan aliran tenaganya, tangannya kini tak menyentuh tanah..
Raib membuka mata dan melihat kedepan, dia melihat para penduduk negri bor-o-bdur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"oh.. Tidak.. " splas.. Aku melakukan teleportasi kesana.
Seli yang khwatir langsung memanaskan es tadi.. .
.
.
.
Situasi menjadi kondusif sekarang. Para warga yang tak tahu menau tentang perbuatan yang sudah mereka perbuat secara tidak sadar, para penduduk itu memberikan ramuan obat penyembuh.
Mereka mengobati para warga yang terluka, tapi mereka tidak bisa menolong kalau keadaannya sudah TIDAK bernyawa. Mereka hanya bisa mengucap kata MAAF.
Paman KAY yang bijak masuk kedalam ruangan pemulihan.
" apa yang terjadi,.. Mengapa kalian bisa kesini dan menyerang kota trishi. Apakah ini perbuatan SI TANPA MAHKOTA?" tanya paman kay, ke semua warga.
"benar.. Tapi buakan si tanpa mahkota yang menggiring kami ke sini.. Melainkan TAMUS!!" kata pembesar negri itu.
"owh.. Jadi si licik itu..!!" ali memotong secara spontan. "kurang ajar..!!" teriak ali dan tangannya juga memukul tembok ruangan.
"sudah.. Ali.. Paman dan yang lain akan mengantar seluruh penduduk ini kembali ke negri mereka... Lalu.. -"
Kata kata paman kay terhenti. "tidak mungkin..!!" kata salah seorang warga. "negri yang kami tinggali sudah dihancur luluhkan oleh si tanpa mahkota. Kami sekarang tidak punya tempat tinggal." dia mengatakan itu dengan perasaan yang campur aduk.
"tidak masalah..!!" bibi nay, menengahi dengan lembut.. "klan matahari juga klan bintang bisa memperbaikinya dalam beberapa jam.. Jangan cemas. Kami akan membantu.!!" Solusi yang diberikan bibi nay menenangkan semua mulut. .
.
.
.
Malam telah larut.. Aku mendengarkan perdebatan sambil duduk, dan tidak bisa melakukan apapun. Tenagaku benar benar telah habis.
Aku diantar oleh seli menuju kamar. Untuk memulihkan diriku.
Tak berlangsung lama aku terbaring, ada yang mengetuk pintu kamarku.
Tok.. Tok..
Aku menoleh, menatap pintu kayu itu.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara itu kembali terdengar..
"masuk.." aku tak memikirkan siapa orang yang ada diluar, aku mengizinkannya masuk.
"ternyata kau..!!" dengan suara lemah aku mengatakannya.
"ya.. Ini aku.. Maaf, sudah membuatmu kesal.." wajahnya memelas.
"a. Ali.." aku mencoba duduk agar bisa menatapnya lebih baik..
Ia menggelengkan kepala,. "a.. A.. Kau jangan banyak bergerak.. Kondisimu masih lemah.."
Ali membantuku duduk. Tangan ali menelus kepalaku juga menelusuri rambutku sampai punggung.
"kau kenapa?" tanyaku heran. "ra.. Kau sudah lama tidak memanjakanku.. Kebanyakan hanya aku yang selalu memanjakanmu!! Aku ingin dimanja kali ini." kepalanya kini ada dibahuku yang sebelah kanan.
"manja?! Ini bukan waktu tepat!!" pipiku memerah, dan itu tanpa disadari ali.
"apa!!" ali kembali menatapku dengan wajah terkejut.
Tanpa ku sadari tanganku sudah berada dikepalanya. Dan perlahan turun ke pipinya. Memberikan elusan pelan di kedua pipi ali.
Pipi ali kurasakan panas. "lalu kau sedang apa ra..?" kalimat ali menghentikan gerakan tanganku, membuatku sadar akan tidakanku.
"uu... Umm. Tidak!!" aku akhirnya menarik selimut dan kembali berbaring.
"yah selamat istirahat,. Sayangku.." Kepala ali menunduk dan memberikan kecupan di kepalaku.
Kemudian dia beranjak keluar. Aku menatap kepergiannya dari ruangan ini.
'aku merindukan bibirmu ali..' batinku. .
.
.
. Ali pov.
Dalam situasi ini. Ingin rasanya dimanja istriku tercinta. Namun malam ini aku tak bisa tidur. Karena harus merencanakan sesuatu bersama yang lain. Diskusi tentang rencana perang ini. Dan memikirkan hal apa lagi yang dilakukan max.
Dia sulit ditebak.
'aku akan berusaha menyelamatkan orang tuamu raib cintaku. Dan aku akan melindungimu dengan nyawaku sekalipun. Itu janjiku'